“Nikmat Allah Dan Cara Mensyukurinya”
Dosen: Jimi
Harianto, M.Pdi
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas berkat dan rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan semangat yang tinggi pula
merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan
dan pengetahuan tentang “Nikmat Allah dan cara Mensyukurinya”. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat yang banyak untuk sendiri maupun orang lain.
Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
segala pihak yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya dan saya memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya kami sadari bahwa, tidak
ada satupun yang sempurna didunia ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan
alam semesta dan isinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk para pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.
Bandar
Lampung, 31 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................ i
Kata Pengantar..................................................................................................................
ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
1
A.Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya ............................................ 2
B. Ayat al-Qur’an Tentang
Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya .............................. 2
1. Surat az-zukhruf ayat 9-13 ............................................................................... 2
2.
Surat Al-Ankabut Ayat 17 ............................................................................. 7
C.
Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya ........................................... 10
D. Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta’ala ........................................................................ 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
A.Kesimpulan ................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka...................................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan
Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia
sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah
belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada
Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak
dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar
bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah
tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk
sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada
padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri.
Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya.Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang
senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam
mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya
untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin
kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk
Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah
untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist,
Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
1. Ayat tentang nikmat Allah?
2.Hadist tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya?
3.Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah
dikaruniakan Allah kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu
nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak
membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan
banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih
apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk
menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah kepada
hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang
memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada
Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang
keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan
terimakasih kepada allah swt, dan penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia
yang diberikannya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam,
disetiap detik yang dilalui maninusia tidak pernah lepas dari nikmat allah,
nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak akan dapat menghitungnya.
B. Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara
Mensyukurinya
1. Surat az-zukhruf ayat 9-13
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَلَئِن
سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ
الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ {9} الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ
لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {10} وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ
السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ
تُخْرَجُونَ {11} وَالَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ
الْفُلْكِ وَاْلأَنعَامِ مَاتَرْكَبُونَ {12} لِتَسْتَوُا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ
تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ {13}
Terjemah Ayat:
(09) Dan sungguh jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?",
niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat
menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu
mendapat petunjuk.
(11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan
dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu
ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu
mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami
padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,
a.
Makna Mufrodat
Kalian akan
dikeluarkan/dibangkitkan (dari kubur)
|
تُخْرَجُوْنَ
|
Dan sungguh
apabila
|
وَ لَءِىنْ
|
Dan Dia yang
|
وَالَّذِيْ
|
Kamu tanyakan
kepada mereka
|
سَاَلْتَهُمْ
|
Telah
menciptakan
|
خَلَقَ
|
(tentang)
siapa
|
مَّنْ
|
Pasangan-pasangan
|
الْاَزْوَاجَ
|
(yang) telah
menciptakan
|
خَلَقَ
|
(atas) semua
makhluk
|
كُلَّهَا
|
Semesta
langit
|
السَّمَوَتِ
|
Dan Dia telah
menciptakan
|
وَجَعَلَ
|
Dan bumi
|
وَالْاَرْضَ
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Niscaya
mereka menjawab
|
لَيَقُوْلُنَّ
|
(Berupa)
|
مِّنْ
|
(yang) telah
menciptakan langit dan bumi
|
خَلَقَهُنَّ
|
Kapal-kapal
|
اْلفُلْكِ
|
(Allah) yang
maha perkasa
|
الْعَزِيْزُ
|
Dan
hewan-hewan ternak
|
وَالْاَنْعَامِ
|
Maha mengetahui
|
الْعَلِيْمُ
|
(sebagai)
sarana
|
مَا
|
Dia yang
|
الَّذِيْ
|
(yang) kalian
dapat tnggangi
|
تَرْكَبُوْنَ
|
Telah
menciptakan
|
جَعَلَ
|
Supaya kalian
dapat duduk/berada
|
لِتَسْتَوُا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Diatas
|
عَلَ
|
Bumi
|
الْاَرْضَ
|
Punggung-punggungnya
|
ظُهُوْرِهِ
|
(sebagai)
tempat menetap/tidur
|
مَهْدًا
|
Kemudian
|
ثُمَّ
|
Dan Dia telah
menciptakan
|
وَّجَعَلَ
|
Kalian
mengingat
|
تَذْكُرُوْا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Nikmat
|
نِعْمَةَ
|
Didalam bumi
|
فِيْحاَ
|
Tuhan
pencipta kalian
|
رَبِّكُمْ
|
Jalan-jalan
|
سُبُلاَ
|
Ketika
|
اِذَا
|
Supaya kalian
|
لَّعَلَّكُمْ
|
Kalian telah
duduk berada
|
اَسْتَوَيْتُمْ
|
Mendapat
petunjuk/tidak tersesat
|
تَهْتَدُوْنَ
|
Diatasnya
|
عَلَيْهِ
|
Dan Dia yang
|
وَالَّذِيْ
|
Dan supaya
kalian mengucapkan
|
وَتَقُوْلُوْا
|
Telah
menurunkan
|
نَزَّلَ
|
Maha suci
|
سُبْحَنَ
|
Dari
|
مِنْ
|
Dia yang
|
الَّذِيْ
|
Langit
|
السَّمَا~ءِ
|
Telah
menundukan
|
سَخَرَ
|
Air (hujan)
|
مَا~ءِ
|
Untuk kami
|
لَنَا
|
(sesuai)
dengan ukuran
|
بِقَدَرٍ
|
(Semua) ini
|
هَذَا
|
Lalu kami
hidupkan/suburkan
|
فَاَنْشَرْنَا
|
Dan tidaklah
|
وَمَا
|
Dengan air
itu
|
بِهِ
|
Kami dahulu
|
كُنَّا
|
Sebuah negeri
|
بَلْدَةً
|
Terhadap
semua ini
|
لَهُ
|
(Yang) mati/tandus
|
مَّيْتًا
|
(adalah)
orang-orang yang mampu menguasai
|
مُقْرِنِيْنَ
|
Seperti
itulah
|
كَذَلِكَ
|
b. Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang
menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka
menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan
dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu
dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi
bagiNya.[1][1]
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta
isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka
menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.[2][2]
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi
terhampar bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak
dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah
membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari
satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu.[3][3]
Sedangkan
menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati
Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah ini
merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui
nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk
menuju penghidupan kalian.[4][4]
Ayat ke 11
dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar
(yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi
yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum
nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan
mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang
diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa
yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang
ternak kalian.[5][5]
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas
menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai
pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِmaksudnya adalah bahwa Allah
menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang
kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun
yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.[6][6] …لِتَسْتَوُوْا
عَلى ظُهُوْرِهِsupaya kamu dapat berada di atas
punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang
dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu
bagimu di darat dan di laut.
2. Surat Al-Ankabut Ayat 17
اِنَّمَا تَعْبُدُ
وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ
تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَايَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ
اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ
اِلَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ
Sesungguhnya apa yang kamu
sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya
yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka
mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
a.
Makna mufrodat
Tidak mereka
memiliki (mampu Memberi)
|
لَايَمْلِكُوْنَ
|
Sungguh apa
yang
|
اِنَّمَا
|
Untuk kalian
|
لَكُمْ
|
Kalian sembah
|
تَعْبُدُوْنَ
|
Rezeki
|
رِزْقًا
|
Dari
|
مِنْ
|
Maka
carilah/mintalah
|
فَبْتَغُوْا
|
Selain
|
دُوُنِ
|
Disisi
|
عِنْدَ
|
Allah
|
اللهِ
|
Allah
|
اللهِ
|
(hanya)
berhala-berhala
|
اَوْثَانً
|
Rezeki
|
الرِزْقَ
|
Dan kalian
menciptakan(mengatakan)
|
وَتَحْلُقُوْنَ
|
Dan sembahlah Dia(beriman dan taat
|
وَاعْبُدُوْهُ
|
Kebohongan
|
اِفْكَا
|
Dan
bersyukurlah kalian
|
وَاشْكُرُوْا
|
Sesungguhnya
|
اِنِّ
|
Kepada-Nya
|
لَهُ
|
Yang
|
الَّذِيْنَ
|
Kepada-Nya
|
اِلَييْهِ
|
Kalian sembah
|
تَعْبُدُوْنَ
|
Kalian akan
dikembalikan
|
تُرْجَعُوْنَ
|
Dari
|
مْنْ
|
|
|
Selain
|
دُوْنِ
|
|
|
Allah
|
اللهِ
|
b. Penjelasan ayat
(Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain
Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan
kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya
yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada
kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka
mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan
sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan
dikembalikan). [7]
c. Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya
ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau
menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri.
Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka
sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki
untuk kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu
sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun
akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish
Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim,
yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang
disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan
rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo”
yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.[8][8]
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu”
artinya mintalah.Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk
rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu”
digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya
dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu
juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut
disembah.Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah
melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak
nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah mendapatkan
nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan masyarakat
Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup
berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman.
Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba
menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَهُ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا اِنَ اللهَ لَغَفُوْرُ رَّحِيْمٌ
Artinya :“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS
An Nahl : 18).
C. Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat
1.
Teks
Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ
مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا
تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]
2.
Terjemah
Hadits
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah
saw bersabda : lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada
kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik
untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)[9][9]
3. Penjelasan
Hadits
Dalam
hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang
orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya,
kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya.
Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan
mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi
saw. melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat
menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat
menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang
buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau
pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang
lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam
hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
D. Cara Mensyukuri
Nikmat Allah Ta’ala
Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), yaitu:
1. Bersyukur dengan hati.
Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl: 53]
2. Bersyukur dengan lisan.
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]
Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.
3. Bersyukur dengan anggota tubuh.
Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ta’ala.
Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]
Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta.Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat makanan.Demikianlah seterusnya.[10][10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang
diberikan ALLAH SWT kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala
sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara
berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulillah, dengan
hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata
hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan
perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan
rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT, dan manusia yang tidak mau
bersyukur maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa
syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan
sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
- Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari,
(penerjemah Misbah Abdul Somad), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
-
Al-Qurtubi, Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad
Khotib), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-
Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro,
Bandung, 2004;
-
Matsna, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits,
Karya Toha Putra, Semarang, 2009;
-
Muslim, Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir
Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati,
Jakarta 2002;
[1][1]Abu
Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, Penerjemah Misbah Abdul
Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hal. 964
[2][2]Syekh Imam al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Penerjemah
Ahmad Khotib, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009), hal.160
[8][8]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah
Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2002),
hal. 461