Wednesday, November 25, 2015

pemikiran pendidikan islam menurut Muhammad Iqbal

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Muhammad Iqbal adalah filosof pendidikan islam pada abad 20. Dimana melalui karyanya beliau banyak sekali menyumbang untuk memperbaiki pendidikan Islam. Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Menurutnya kemunduran Islam akibat kebekuan para pemikir pendidikan Islam. Sehingga perlu ada perbaikan dalam dunia pendidikan
Pendidikan Islam mengalami kemunduran dan belum bisa menyaingi pendidikan barat yang sudah maju semenjak bangsa barat menguasai dunia. Padahal meihat sejarah, Islam lebih dahulu maju daripada bangsa barat. Sehingga untuk lebih maju, perlu melihat kembai kekurangan-kekurangan pendidikan islam agar bisa berkembang menjadi lebih baik.

2.      Rumusan Masalah
A.    Siapakah Muhammad Iqbal itu?
B.     Bagaimana pemikiran Muhammad Iqbal dalam dunia pendidikan islam?
C.     Apa saja Karya-karya Muhamad Iqbal?
D.  Relevansi pemikiran pendidikan islam Muhammad Iqbal dengan masa kini?

3.      Tujuan dan Kegunaan
A.    Untuk mengetahui biografi Muhammad Iqbal
B.     Untuk mengetahui pemikiran Muhammad Iqbal tentang Pendidikan Islam
C.     Untuk mengetahui karya-karya Muhammad Iqbal
D.  Untuk mengetahui relevansi pendidikan islam Muhammad Iqbal dengan masa kini
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 9 november 1977 yang bertepatan dengan tanggal 3 dzulqodah tahun hijriyah 1294.[1] Iqbal adalah keturunan Kasta Brahmana dari Kasymir. Kakeknya bernama Syeikh Muhammad Rofiq. Ayahnya, bernama Nur Muhammad adalah seorang tokoh sufi, dan ibunya bernama Imam Bibi, dikenal juga dikenal sebagai muslimah yang sholeh. Keshalihah bapak iqbal mempunyai pengaruh yang mendalam pada Muhammad Iqbal.[2]
Pendidikan Iqbal dimulai dilingkungan keluarganya. Ia didik agama secara ketat oleh ayahnya. Selanjutnya, ia dimasukkan kesekolah Maktab (surau) untuk belajar al-Qur’an. Pendidikan formal Iqbal dimulai di Scottish Mission School di Sialkot. Kemudian melanjutkan sekolah ke Lahore. Disini Iqbal belajar Governement College yang diasuh oleh Thomas Arnold yaitu seorang orientalis yang ternama dan mahir dibidang filsafat. Pada tahun 1897, ia memperoleh gelar B.A (Bachelor of Arts). Ia mendapat medali emas sebagai penghargaan karena prestasinya dalam ujian bahasa arab. Kemudian pada tahun 1899 Iqbal memperoleh gelar M.A (Master of Arts) ia mendapat medali emas pula dalam ujian magister ini. Kedekatan antara gutu dan murid antara Iqbal dan Thomas Arnold sangat erat. Ketika Thomas Arnold kembali ke Inggris, Iqbal merasa sedih dan kehilangan, sehingga munculah bait-baitnya yang bertemakan “Rintihan Perpisahan.” Ketika Iqbal memeperoleh gelar Doctor karya disertasinya dipersembahkan kepada gurunya “Thomas Arnold”.
Pada tahun 1905, Iqbal melanjutkan studi di London di Universitas Cambrigde dan bidang yang ditekuninya adalah filsafat moral. Ia mendapat bimbingan dari James Wird dan seorang oe-Hegelian, James Tagart.[3] Juga sering diskusi dengan pemikir lain serta mengunjungi perpustakaan Cambridge London dan Berlin. Untuk keperluan penelitiannya, ia pergi ke Jerman mengikuti kuliah selama dua semester di Universitas Munich yang kemudian mengantarkannya meraih gelar Doctoris Philishophy grandum, gelar doctor dalam bidang filsafat pada November 1907, dengan desertasi The Development of Metaphisics in Persia,
 dibawah bimbingan Hommel. Selanjutnya, balik kelondon untuk meneruskan studi hukum dan sempat masuk school of political science.
Yang penting dicatat dalam kaitannya dengan gagasan estetika Iqbal adalah tren pemikiran yang berkembang di Eropa saat itu. Menurut MM Syarif, masyarakat jerman, saat Iqbal tinggal disana, sedang berada dalam cengkraman filsafat Nietzsche (1844-1990), yakni filsafat kehendak pada kekuasaan. Gagasannya tentang manusia super (super-man) mendapat perhatian besar dari pemikir Jerman, seperti Stefen George, Richard Wagner dan Oswald Spengler. Hal yang sama terjadi juga di Perancis, berada di bawah pengaruh filsafat Henri Bergson (1859-1941), elan vital, gerak dan perubahan. Sementara itu di Inggris Lloyd Morgan dan McDougall, menganggap tenaga kepahlawanan sebagai esensi kehidupan dan dorongan perasaan keakuan sebagai inti kepribadian manusia. Filsafat vitalis yang muncul secara simultan di Eropa tersebut memberikan pengaruh yang besar pada Iqbal.
Selanjutnya, saat di London yang kedua Kalinya, Iqbal sempat ditunjuk sebagai guru besar bahasa dan sastra Arab di Universitas london, menggantikan Thomas Arnold. Juga diserahi jabatan ketua jurusan filsafat dan kesusastraan Inggris di samping mengisi ceramah-ceramah kislaman. Namun itu tidak lama, karena Iqbal lebih memilih pulang ke Lahore, dan membuka praktek pengacara di samping sebagai guru besar di Goverment Colleg Lahore. Akan tetapi, panggilan jiwa seninya yang kuat membuat ia keluar dari profesi tersebut. Ia juga menolak ketika ditawari sebagai guru besar sejarah di universitas Aligarh 1909. Iqbal memilih sebagai penyair yang kemudian mengantarkannya ke puncak popularitas sebagai seorang pemikir yang mendambakan kebangkitan dunia Islam, yang kemudian juga menyampaikannya untuk mendapat gelar sir dari pemerintah, sekitar tahun, 1922.[4]

B.      Karya-Karya Muhammad Iqbal
Iqbal terus berkarya dan membangkitkan semangat jiwa bangsanya. Tahun 1935 ia diangkat sebagai ketua Liga Muslim cabang Punjab dan terus berkomunikasi dengan Ali Jinnah. Namun, pada tahun yang sama, ia mulai terserang penyakit dan semakin parah sampai mengantarkannya pada kematian, tanggal 20 April 1938.[5]


Iqbal mewariskan banyak karya tulis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atas tanggapan orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Karya-karyanya, antara lain:
a.         The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)
b.      Asra-I Khudi (Lahore, 1916, tentang proses mencapai insan kamil)
c.       Rumuz-I Bukhudi (Lahore, 1918)
d.      Javid Nama (Lahore, 1932)
e.       The Reconstruction or Religious Thought in Islam (London, 1934)
f.       Musafir (Lahore, 1936)
g.      Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)
h.      Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
i.        Letters and Writings of Iqbal (Karachi, 1967, kumpulan surat dan artikel Iqbal.) 


C.    Konsep  Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan Islam
1.     Tujuan
Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil.
Adapun rincian dari tujuan penudidikan itu, di antaranya:
1.      Pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
2.      Tujuan akhir dari pendidikan hendaknya dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka.[6]
3.      keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Dalam kaitanya dengan ini Muhammad Iqbal menjelaskan beberapa pemikiranya tentang kehendak kreatif. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Muhammad Iqbal disebut dengan Soz.[7] Yaitu diri yang selalu bergerak kesatu arah. Aktivitas kreatif, perjuangan tanpa henti dan partisipasi aktif dalam permaslahan dunia harus menjadi tujuan hidup. Berkat kreativitas itulah manusia telah berhasil mengubah dan menggubah yang belum tergarap dan belum terselesaikan dan mengisinya dengan aturan dan keindahan.[8]
4.      Tujuan pendidikan harus mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kondisi perorangan dan masyarakat atau menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.

2. Materi
1. Pertumbuhan individualitas peserta didik
Pertumbuhan dan perkembangan individu menuntut kegiatan yang intensif dan aneka ragam serta tak kenal putus dalam pertautan individu yang bersangkutan dengan lingkungannya yang berlangsung terus menerus dan timbale balik, mencekup segi material maupun budayanya.
2. Nilai sejarah dan budaya
Menurut Muhammad Iqbal materi pembelajaran hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai sejarah dan budaya . seperti ungkapan Iqbal berikut ini:
Bila ia mengabaikan sejarah masa lewat,
Kedalam ketiadaanlah ia akan terjerat”
Karena sejarah menjalin masa lalu dengan masa kini serta menciptakan suatu kesinambungan pada kehidupan dan kebudayaan masyarakat.
Menurutnya, berkat tradisi religious dan filosofisnya, mereka akan dapat menghargai dan menyetujui ide-ide dan nilai-nilai yang bertautan dengannya.
3. Perpaduan antara sisitem nilai ilmu pengetahuan dan agama.
Ilmu pengetahuan saja tiadak akan mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan memuaskan peserta didik mengenai dunia keyataan atau realita. Sedangkan system nilai agama sumber yang sangat vital bagi idealism dan kasih saying kemanusiaan sehingga berkat kehidupan yang religious itu manusia akan menggunakan segala dayanya demi kebaikan bukan kejahatan. Oleh karena itu agama hendaknya dipandang sebagai pelengkap yang mengimbangi pandangan yang didapat melalui ilmu pengetahuan.


3.    Metode
Metode pendidikan merupakan bagian dari alat-alat pendidikan dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.[9] Metode pendidikan didasarkan pada tingkat usia anak didik berdasarkan pertimbangan periode perkembangan anak didik. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah :
1.      Self activity: metode yang terbuka bebas bagi keaktifan sendiri. Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.
2.      Learning by doing. Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesdaran akan tujuan yang di galinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. Metode eksperimen sangat di butuhkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan tidak hanya sekeder bersifat teoritis saja akan tetapi perlu pembuktian dan aktualisasi.
3.      Tanya jawab: Menurut Muhamamad Iqbal pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.
4.      Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah masalah, kemudian di bahas dari  yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan harus ditinjau dari berbagai macam segi agar tuntas dalam melibatkan mata pelajaran yang ada kaitannya sebagai sumber dari pemecahan masalah tersebut. Metode pengajaran seperti metode proyek, sepanjang bertopang pada kegiatan yang tertuju kepada sasaran, lebih besar kemungkannaya untuk mengembangkan sikap intelektual yang tepat daripada metode tradisional yang lebih mengutakan ingatan serta cara belajar yang pasif.
5.      Metode pemecahan masalah atau problem solving . Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang di mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.


4.     Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepoada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT.[10] Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis.
 Sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Hal ini dikarenakan bahwa anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, yaitu untuk menumbuhkan kreativitasnya.[11]
Pemikiran pembaharuan Muhammad Iqbal secara garis besar terdiri dari 3 bidang, yaitu :
1.      Keagamaan, Muhammad Iqbal memandang bahwa kemunduran umat Islam di sebabkan oleh kebekuan umat Islam dalam pemikiran dan di tutupnya pintu ijtihad. Oleh karenanya ijtihad di anggap sebagai prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia sehingga ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam.
2.      Pendidikan, Muhammad Iqbal tidak menjadikan barat sebagai model pembaharuannya karena menolak kapitalisme dan imperialisme yang dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama. Yang harus diambil umat Islam dari barat hanyalah ilmu ilmu pengetahuannya.
3.      Politik, Muhammad Iqbal memandang bahwa India pada hakikatnya tersusun dari dua bangsa Islam dan Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan negara tersendiri, terpisah dari negara Hindu di India sehingga beliau di pandang sebagai bapak Pakistan




5.    Peserta didik
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun psikis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui proses pendidikann.[12] Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Dengan kebebasannya itu, peserta didik memungkinkan untuk diarahkan agar memiliki kreativitas berfikir tinggi sehingga dapat memunculkan inovasi-inovasi baru yang dapat dipergunakan untuk menjawab berbagai tantangan dimasa sekarang dan akan datang yangmerupakan dampak negatif dari globalisasi dan industrialisasi. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.[13] Muhammad Iqbal mengharap agar sekolah dapat membina dan mengembangkan pribadipribadi yang bebas, berani dan kreatif.












BAB III

Relevansi pemikirean pendidikan islam Muhammad iqbal dengan pendidikan masa terkini.
1. tujuan
Menurut pemakalah tujuan yang di gagas oleh Muhammad Iqbal masih cukup relevan apabila tujuan tersebut diterapkan pada masa sekarang ini, karena kami melihat Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil
2. Materi
Materi yang rancang menurut pendapat Muhammad Iqbal menurut kelompok kami juga masih mempunyai nilai relevansi, akan tetapi kami kontektualisasika dengan para paradigma yang sekarang tentunya harus adanya pemilahan yang jelas dari segi kecapaiaan ketiga ranah yang yang diusung oleh Bloom yaitu materi yang disampaikan mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Metode
Metode yang digunakan pada saat ini yang menggunakan metode belajar aktif apabila kita teliti bersama ternyata metode tersebut juga sudah ada pemikiran pada masa jamannya Muhammad Iqbal semisal metode problem solving dan metode yang lainnya, hal ini mempunyai pengertian bahwa matode pembelajaran Muhammad Iqbal cukup relevan untuk saat ini. Bahkan metode yang digagas oleh UNESCO selaku badan yang menangani pendidikan yang dinaungi oleh PBB untuk pendidikan masa depan sudah dilakukan oleh Muhammad Iqbal.
4. Pendidik
Relevansi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran Muhammad Iqbal juga masih cukup mempunyai nilai-nilai yang perlu dipertahankan, akan tetapi tentu masih ada penambahan peran pendidik semisal pengenalan terhadap teknologi informasi dan komuniksi.
5. Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek pendidikan tentunya mempunyai peran yang paling besar dalam pendidikan, sebagaimana yang telah diharapkan oleh Muhammad Iqbal peserta didik harus mampu bermasyarakat karena pola masyarakat tidaklah statis akan tetapi selalu dinamis mangikuti perkembangan zaman.



BAB IV
KESIMPULAN

Pendidikan senantiasa selalu berkembang dan berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Dari hal itu maka tidak dapat dipungkiri bila dalam pendidikan selalu muncul sebuah problematika yang sangat actual berkembang didalamnya. Dalam hal ini Muhammad Iqbal memberikan konsep tujuan pendidikan, peranan pendidik, peserta didik, kurikulum, metode dan lingkungan yang dibangun oleh Muhammad Iqbal sangat sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidikkan pada zaman sekarang secara ideal.
 Dan berbagai Karya-karya Beliau seperti; The Development of Metaphysic in Persia, The Reconstruction or Religious Thought in Islam, Letters and Writings of Iqbal dll.  Dan menurut kami relevansi pemikiran pendidikan islam muhammad iqbal dengan pendidikan masa terkini masie relevan karena kami melihat Pendidikan merupakan daya budaya yang mempengaruhi kehidupan perorangan maupun kelompok masyarakat untuk membentuk manusia mukmin sejati atau yang biasa disebut dengan Insan Kamil Relevansi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran Muhammad Iqbal juga masih cukup mempunyai nilai-nilai yang perlu dipertahankan, akan tetapi tentu masih ada penambahan peran pendidik semisal pengenalan terhadap teknologi informasi dan komuniksi.











DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997),
Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996)
A. Khudari Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012
Aziz. Abdul, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Teras, 2009)
Miss Luce dan Claude Maitre, Introduction ala pense d`iqbal. (Pengantar ke Pemikiran Iqbal) diterjemahkan oleh Djohan Effendi. (Jakarta : Pustaka Kencana,1981)
Muhammad Iqbal. The Achievement of love (Metode Sufi Meraih Cinta Illahi), /diterjemahkan oleh Tim Inisiasi Press. (Jakarta : Innisiasi Press, 2002)
K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I. Soelaeman, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981),
Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011)
















[1] Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hal.105

[2] Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 4

[3] Ibd, hal. 5

[4] A. Khudari Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 300-302

5. Ibid, Wacana Baru Filsafat Islam, hlm, 302-303



[6] K.G. Saiyidain, Iqbals Educational Philosophy, Penerjemah : M.I. Soelaeman, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981), hal. 90

[7] Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju), hal. 83
[8] Ibid,  Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 120.
[9] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 179

[10] Ibid, Filsafat Pendidikan Islam. Hlm, 179

[11] Ibid, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 56

[12] Ibid, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 194
[13] Ibid, Iqbal`s Educational Philosophy, hal. 35

14 comments: