Sunday, February 5, 2017

EVALUASI PEMBALAJARAN SD/MI


EVALUASI PEMBALAJARAN SD/MI
PENDAHULUAN
Bilamana kita ingin mengetahui apakah tujuan yang kita rumuskan dapat tercapai, apakah aktivitas yang kita lakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah tepat, apakah sumberdaya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai tujuan, apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik, kesemuanya itu membutuhkan proses evaluasi untuk dapat menjawab secara tepat. Sebagaiman pentingnya penetapan atau perumusan tujuan, pentingnya aktivitas dalam suatu kegiatan, maka kedudukan evaluasi dalam proses kegiatan juga memiliki kedudukan yang sama pentingnya, karena evaluasi merupakan bagian intergral dari proses kegiatan secara keseluruhan. Karena itu secara sederhana evaluasi akan menjadi wahana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari keseluruhan aktifitas yang kita lakukan serta menjadi sumber informasi yang terukur hambatan-hambatan atau kendala yang dihadapi di dalam proses pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam proses pembelajaran, evaluasi menempati kedudukan yang penting dan merupakan bagian utuh dari proses dan tahapan kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru dapat mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajran yang dilakukannya pada tiap kali pertemuan, setiap catur wulan, setiap semester, setiap tahun, bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu. Dengan demikian setiap kali membahas proses pembelajaran, maka berarti kita juga membahas tentang evaluasi, karena evaluasi inklusif di dalam proses pembelajaran.
Untuk dapat melakukan evaluasi pembelajaran  dengan benar, maka setiap guru dipersyaratkan mengetahui berbagai dimensi yang terkait dengan evaluasi, terutama berkaitan dengan hakikat evaluasi, fungsi dan tujuanevalauasi, jenis-jenis evaluasi, teknik-teknik evaluasi dan syarat –syarat penyusunan evaluasi dalam pelajaran. Mengingat pentingnnya hal ini, maka pada bagian ini anda diajak untuk mengkaji bersama. Evaluasi sebagai bagian intergral dari proses pembelajran, agar kegiatan pembahasan bagaian ini lebih terarah, maka setelah mengkaji bersama, berdiskusi, tanya jawab dan mengerjakan latihan-latihan yang disediakan, maka diharapkan anda memiliki kompetensi tentang;
1.      Menjelaskan hakikat evaluasi
2.      Menjelaskan fungsi dan tujuan evaluasi
3.      Menjelaskan jenis-jenis evaluasi
4.      Menguraikan Tekni-teknik evaluasi
5.      Mendiskripsikan syarat-syarat penyusunan evaluasi
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan di atas, mari kita kaji bersama uraian materi berikut. Diskusikan dengan rekan-rekan anda bilaman ada bagaian-bagaian tertentu yang belum dapat anda pahami dengan jelas, atau tanyakan kepada dosen anda jika saudara menganggap hal tersebut perlu mendapat penjelasan lebih lanjut.

A.           PENGERTIAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN SD/MI
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat di perlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan[1]. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sudah barang tentu informasi atau data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Sebagai contoh, seorang guru berusaha memperoleh informasi tentang  berbagai hal mengenai permasalah kesulitan belajar peserta didiknya, ia mencari tahu tentang peserta didik tersebut. Ia menanyakan kepada lingkungan pendidikan tersebut yang mengetahui tentang cara belajarnya, keadaaannya dan mencari tahu secara langsung dan tidak langsung agar dapat mengetahui latar belakang kenapa peserta didik tersebut sulit dalam belajarnya dan guru tersebut dapat mengambil keputusan apa yang harus ia lakukan setelah mengetahui latar belakannya. Apa yang telah dilakukan oleh guru tersebut adalah salah satu contoh dari kegiatan evaluasi. Contoh lain banyak terdapat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh kegiatan di dalam kehidupan kita adalah melakukan kegiatan evaluasi, baik secara disengaja ataupun tidak.
Dalam hubungan dengan kegiatan pembelajaran. Norman E. Grounlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut : “evaluasi . . . a systematic process of determining the extent to which intructional objectives are achieved by pupils”. (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.)
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang hampir sama, Wringhstone dan kawan-kawan (1956 : 16) mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut: “educational evaluation is the estimation of the growth andprogress of pupils toward objectives or values in the curriculum.” (Evaluasi pendidikanialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum)[2]
Jika kita cermati berbagai sumber yang membehas tetang evaluasi, kita menemukan beberapa pandangan tentang evaluasi, baik berkenaan dengan konsep, prinsip maupu tujuan yang menggambarkan disamping kesamaan juga keragaman persepsi masing-masing penulis. Diantarannya juga ada yang mencermati beberapa aktivitas atau istilah yang memiliki keterkaitan dengan evaluasi, pengukuran dan penilaian. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan ataupun hubungan anatara ketigannya, dapat dipahami melalui contoh-contoh dibawah ini:
1.             Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita dan kita disuruh memilih anatara dua pensil yang tidak sama panajannnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kta tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang sangat khusus.
2.             Pasar merupakan suatu tempat bertemunnya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibeli, seorang pemebeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya, apabila ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning dan kulitnya halus. Semuannya itu dipertimbangkan karena pengalaman sebelumnya, jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasannya akan manis, sedangkan jeruk yang masih kecil, hijau, dan kulitnya kasar, biasannya masam rasannya.
Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum menentukan pilihan, kita melakukan penilaian terhadap benda-benda yang kita pilih. Pada contoh pertama kita memilih mana pensil yang lebih panjang, sedangkan ada contoh kedua kita menentukan dengan perkiraaan kita atas jeruk yang baik, yaitu yang rasannya manis.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita melakukan pengukuran terlebih dahulu. Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensil yang lebih panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut, dan setelah mengetahui berapa panjang masing-masing pensil itu, kita melaukan penilaian dengan melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita nmenyatakan “ini pesil panjang, dan ini pensil pendek”. Maka pensil yang panjang itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan “ukuran manis”, tetapi menggunan ukuran besar, kuning dan halus kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris tang sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebenarnya kita juga mengukur, yakni membendingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran tertentu. Setelah itu kita menilai dan mentukan pilihan, mana jeruk yang paling memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran yang terstandar (mater, kilogram, takaran, dan sebagainya) dan ukuran tidak terstandar (depa, jengkal, langkah, dan sebagaina), dan ukuran perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang kuning, besar, dan halus kulitnya).
Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
a.       Mengukur          adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
b.      Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif
c.       Menadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.
Di dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation, dari kata evaluation inilah diperoleh kata indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu)[3].
Dari rumusan-rumusan tersebut diatas sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi pengajaran, yaitu:
1.)    Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi (dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai. Yang dimakasud dengan program disini adalah program satuan pengajaran yang akan dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih, program caturwulan tau pun program semester, dan juga program pendidikan yang dirancang untuk satu tahun ajaran (seperti DI), empat tahun ajaran (seperti S1), atau enam tahun ajaran (seperti SD), dan sebagainnya.
2.)    Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. Dalam kegiatan pengajaran, data yang dimaksud mungkin berupa perilaku atau penampilan siswa selama mengikuti pelajran, hasil ulangan atau tugas-tugas pekerjaan rumah, nilai ujian akhir caturwulan, nilai midsemester, nilai ujian akhir semester, dan sebagainnya. Berdasarkan data itulah selanjutnnya diambil suatu keputusan sesuai dengan maksud dan tujuan evaluasi yang sedang dilaksanakan. Perlu dikemukakan disini bahwa ketepatan keputusan hasi evaluasi sangan bergantung kepada kesahihan dan objektivitas data yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
3.)    Setiap kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari tuuan-tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dulu, tidak mungkin menilai sejauh mana pencapain hasil belajar peserta didik. Hal ini adalah karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu kriteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai. Adapun tujuan pengajaran merupakan kreteria pokok dalam penilaian.
Dalam hubungannya dengan keseluruhan proses belajar-mengajar, tujuan pengajaran dan proses belajar-mengajar serta prosesedur evaluasi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:
 

  Tujuan
Pengajaran
 


Prosedur                                                               Proses
Evaluasi                                                          Belajar-mengajar

Bahan atau meteri pengajaran apa yang akan diajarkan dan metode apa yang akan digunakan sangat bergantung pada tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Demikian pula bagaimana prosedur evaluasi harus dilakukan serta bentuk-bentuk tes atau alat evaluasi mana yang akan dipakai untuk menilai hail pengajaran tersebut harus dikaitkan dan mengacu kepada bahan dan metode mengajar yang digunakan dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Dalam penyusunan pogram satuan pelajaran, program caturwulan, dan program semester, ketiga komponen tersebut tidak dapat diabaikan bahkan harus selalu digunakan sebagai acuan[4]

B.            TUJUAN EVALUASI PEMBELAJARAN SD/MI
Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditntukan. Secara spesifik evaluasi memiliki banyak tujuan dan manfaat. Karena itu menurut reece dan walkr (1997:420) terdapat beberapa alasan mengapa evaluasi harus dilakukan, yaitu:
a.       Menguatkan kegiatan belajar
b.      Menguji pemahaman dan kemampuan peserta didik
c.       Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
d.      Mendukung terlaksanannya kegiatan pembelajaran
e.       Memotivasi peserta didik
f.       Memberi umpan balik bagi peserta didik
g.      Memberi umpan balik bagi guru
h.      Memelihara stanar mutu
i.        Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar
j.        Memprekdiksi kenerja pembelajaran selanjutnnya
k.      Menilai kualitas belajar
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, disamping evaluasi pemebelajaran harus dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip evaluasi, juga harus memperhatikan sesuaiannya dengan komponen-komponen kegiatan pembelajaran lainnya. Ketidak tepatan di dalam pelaksanaan evaluasi tidak hannya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa. Dengan demikian maka eva      luasi harus dilakukan secara benar. Reec dan Walker (1997) mengemukakan bahwa dengan melaksanakan evaluasi belajar dengan benar sekurang-kurangnnya memungkinkan kita untuk: (1) mengukur kompetensi atau kapabilitas peserta didik, apakah mereka telah merealiasikan tujuan yang telah ditentukan, (2) menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat direalisasikan, (3) merumuskan rangking peserta didik dalam hal kesuksesan mereka didalm mencapai tujuan yang telah disepakati, (4) memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yng ia hunakan supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan, (5) merencanakan prosedur untuk perbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan[5].
Demikian juga didalam kurikulum SD 1975, sebagai kurikulum yang beroreientasi pada tujuan, aspek-asek kepribadian siswa yang menjadi objek evaluasi secara jelas tergambar didalam tujuan institusinya. Tujuan institusional SD menurut kurikulum tersebut dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan :
a.         Memiliki sifat – sifat dasar sebagai warga negara yang baik
b.         Sehat jasmani dan rohani
c.         Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dasar diperlukan untuk :
1)   Melanjutkan pelajaran
2)   Bekerja di masyarakat
3)   Mengembangkan diri sesuai dengan asas penididikan seumur hidup
Tujuan khusus pendidikan SD adalah agas lulusan:
a.         Bidang Pengetahuan
1)   Memiliki pengetahuan dasar yang fungsional tentang:
(a) Dasar-dasar kewarganegaraan dan pemerintah sesuai dengan pancasila dan uud 1945.
(b) Agama yang dianutnya.
(c) Bahasa inodenesia dan penggunaaannya sebagai alat komunikasi
(d)Prinsip-prinsip dasar matematika.
(e) Gejala dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
(f)  Gejala peristiwa sosial, baik dimasa lampau maupun dimasa sekarang.
2)   Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi nasional.
3)   Memiliki pengetahuan dasar tentang kesejahteraan keluarga, kependudukan, dan kesehatan.
4)   Memiliki pengetahuan dasar tentang kesejahteraan berbagai bidang pekerjaan yang terdapat di masyarakat sekitarnya.

b.         Bidang keterampilan
1)   Meguasai cara-cara belajar yang baik.
2)   Terampil menggunakan bahasa indonesia, baik lisan maupun tulisan.
3)   Mampu memecahkan masalah sederhana secara sistematis dengan menggunakan prinsip ilmu pengetahuan yang telah diketahuinya.
4)   Mampu bekerja sama dengan orang lain dan berpartisipasi delam kegiatan-kegiatan masyarakat.
5)   Memiliki keterampilan berolah raga.
6)   Terampil sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian.
7)   Memiliki keterampilan dasar dalam segi kesejahteraan keluarga dalam usaha pembinaan kesehatan.
8)   Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan khusus uang sesuai degan minat dan kebutuhan linkungannya, sebagai bekal untuk mencari nafkah.

c.         Di bidang nilai dan sikap
1)        Menerima dan melaksanakan pancasila dan Undang-undang dasar 1945
2)        Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap tuhan yang mahaesa yang dianutnya serta menghormati agama yang dianut orang lain.
3)        Mencintai sesama manusia, bangsa dan lingkungan sekitarnnya.
4)        Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5)        Memiliki rasa tanggung jawab.
6)        Dapat menghargai kebudayaan dan tradisi nasional termasuk bahasa indonesia.
7)        Percaya pada diri sendiri dan bersikap makarya.
8)        Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
9)        Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku,bebas, dan jujur.
10)    Memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional dan objektif dalam memecahkan presoalan.
11)    Memiliki sikap hemat dan produktif
12)    Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif tentang olah raga dan hidup sehat.
13)    Menghargai setiap jenis pekrjaan dan prestasi kerja di masyarakat tanpa memandang tinggi-rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-masing jenis pekerjaan tersebut, dan berjiwa pengabdian kepada masyarakat.
14)    Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Dari pada yng telah diuraikan tentang objek evaluasi, tahulah kita bahwa sasaran pokok dalam setiap kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah anak didik. sampai dimana perkembangan anak didik setelah mengalami pendidikan dan pengajaran selama jangk waktu tertentu[6].
Untuk mengadakan evaluasi yang baik, objektif dan realiable, yang telah disampaikan diatas perlu diperhatiakan. Tanpa memperhatikan faktor-faktor tersebut tidak mungkin kita dapat mengadakan perbaikan-perbaikan untuk kemajuan pendidikan pada umumnya.

C.           FUNGSI EVALUASI PEMBELAJARAN SD/MI
Pelakasanaan evaluasi dalam pendidikan mempunyai manfaat yang luas, tidak sekedar mengukur keberhasilan proses belajar akan tetapi dapat memberikan manfaat dalam berbagai kegiatan lain baik bagi guru maupun  peserta didik di(Nurkancana, 1986) beberapa fungsi atau manfaat evaluasi pendidikan dan pembelajaran tersebut adalah untuk:
a.              Mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuh suatu pendidikan tertentu
Melalui evaluasi akan diperoleh data/informasi yang aktual apakah siswa sudah cukup siap untuk mengikuti pendidikan tertentu atau belum. Bilamana dari hasil evaluasi diperoleh data yang mendukung kesimpulan bahwa anak ternyata sudah siap, mka pendidikan dapat segera diberikan. Namun bilamana hasil evaluasi menunjukkan bahwa anak belum siap, maka pemberian pendidikan bagi peserta didik tersebut harus ditunda sampai persyaratan yang ditentukan dapat terpenuhi.
b.             Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan.
Evaluasi yang dilakukan secara benar akan menjadi sumber informasi yang tepat untuk menyimpulkan sejauh mana hasil yang telah dicapai dari proses pendidikan. Evaluasi juga harus dapat menjawab apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Bila dari hasil evaluasi diketahui bahwa hasil yang dicapai belum mencapai sasaran yang ditentukan, maka diperlukan analisis lebih mendalam untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tidak optimalnnya pencapaian hasil tersebut. Kajian-kajian yang mendalam terhadap faktor – faktor yang menjadi kendala dalam pencapaian hasil dari proses pendidikan dan pembelajaran akan menjadi bahasn masukan yang penting untuk memperbaiki proses pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran pada tahap-tahap kegiatan berikutnya.
c.              Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru atau kah harus mengulang pelajaran-pelajaran yang telah lampau.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran umumnya guru telah menentukan secara spesifik materi pelajaran atau bahan pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan porsi waktu yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran berlangsung guru melakukan pemantauan dan melaksanakan evaluasi proses yang terarah pada perubahan-perubahan pemahaman keterampilan ataupun sikap peserta didik. Demikian pula ketika akhir pelajaran, guru juga melakukan evaluasi baik tertulis maupun lisan atau melalui evaluasi performan guna mengetahui secara keseluruhan apakah bahan-bahan pelajaran yang telah dibahas atau disajikan dapat dikuasiai dengan baik oleh para peserta didik. Bilamana diketahui bahan-bahan yang seharusnya dapat dikuasai peserta didik ternyata tidak memenuhi standar yang diharapkan, maka kemungkinan guru belum dapat melanjutkan kebahan yang baru. Itu berarti huru harus mengulang sebagian atau bahkan keseluruhan materi yang telah diajarkannya. Konsekuesinya perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru akan berubah, demikian pula proporsi waktu yang telah ditentukan juga harus disesuaikan. Sebaiknya bilamana peserta didik secara keseluruhan atau sebagian besar mampu mencapai hasil belajar yang cukup baik melalui evaluasi yang dilakukan, maka berarti pelajaran dapat dilanjutkan pada materi atau bahan pelajaran yang baru.
d.             Mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan dan jabatan yang sesuai untuk peserta didik.
Melalui evaluasi yang dilakukan, guru dapat mengetahui kompetensi-kompetensi yang dimiliki peserta didik. Pengetahuan tentang kompetensi peserta didik terebut dapat menjadi informasi awal bagi guru untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menentukan jurusan dan jenis penidikan yang kelak dapat dipilih yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Demikian pula dengan memahami potensi peserta didik tersebut guru juga dapat mengarahkan jenis keterampilan apa yang nantinya dapat siswa dalami delam mendukung pengembangan potensinya sehingga dapat menjadi bekal untuk menetukan jenis jabatan atau lapanga pekerjaannya kelak dapat dipilih.
e.              Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang peserta didik dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang di kelas semula.
Dasar untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas berikutnya atau harus mengulang kelas adalah terpenuhi tidaknya standar yang ditentukan sebagai prasyarat kanaikan kelas peserta didik. Bilamana berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah bahan yang dipelajari dari berbagai mata pelajaran menunjukkan bahwa siswa telah memenuhi syarat-syarat minimal yang ditentukan untuk naik kelas, maka anak tersebut dapat dinaikkan kekelas berikutnya. Namun bilama hasil evaluasi memberikan petunjuk bahwa hasil belajar yang dicapai peserta didik belum mencapai standar yang ditentukan termasuk hasil penilaian sikap dan keterampilannya yang dipersyaratkan, maka peserta didik tersebut harus mengulang lagi pada kelas semula. Karena persoalan naik atau tidak naik kelas memiliki dampak yang luas, baik terhadap peserta didik itu sendiri, terhadap sekolah dan terhadap orang tua, maka kecermatan di dalam melaksanakan evaluasi sangat benar-benar menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh.
f.              Membandingkan apakah prestasi yang dicapai peserta didik sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap peserta didik memiliki kapasitas kemampuan yang berbeda. Untuk mengetahui kapasitas kemampuan peserta didik yang berbeda tersebut, guru perlu melakukan pendekatan-pendekatan individual, mengamati perilaku belajar dan mampu menilai secara tepat. Bilamana di dalam evaluasi diketahui  bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak sesuai dengan kapasitas kemampuannya, maka guru perlu menentukan faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat.
g.             Untuk menafsirkan apakah seorangpeserta didik telah cukup matang untuk kita lepaskan ke dalam masyrakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tingi.
Evaluasi yang dilakukan selama periode pendidikan tertentu akan memberikan gambaran tentang tingkat kematangan peserta dididk. Apabila berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa apeserta didik telah memiliki kemampuan yang disyratkan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, maka peserta didik tersebut dianggap mampu untuk melanjutkan pedidikanaaa ke jenjang atau lembaga pendidikan yang lebih tinggi, atau dianggap matang untuk memasuki kehidupan di masyarakat.
h.         Untuk mengadakan seleksi
Seleksi merupakan kegiatan untuk memilih dan menetukan apakah seseorang dapat memenuhi standar atau kreteria yang ditentukan untuk suatu jenjang pendidikan, pekerjaan/jabatan, atau jenis kegiatan. Informasi tersebut dapat dapat diperoleh melalui evaluasi. Dalam hal ini evaluasi berperan untuk menentukan sejauhmana seseorang dapa memenuhi kreteria yang ditentukan, karena memalui evaluasi yang dilaksanakan akan diperoleh gambaran yang cukup jelas calon-calon mana yang dapat memenuhi syarat untuk jenis jabatan atau pendidikan tertentu.
Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang dipergunakan dalam lapangan pendidikan
Dalam upaya mewujudkan pencapaian hasil penidikan yang optimal, disamping ditentukan berbagai faktor lain seperti sarana dan prasarana, sumber daya manusia, biaya dan dukungan-dukungan lainnya, juga sangat ditentukan oleh penggunaan metode yang tepat sehingga memungkinkan seluruh aktifitas dapat berlangsung secara efektif fan efisien. Meskipun di dalam proses pendidikan kita mustahil hasil kerja yang kita capai belum dapat memberikan kepuasan sesuai denga kriteria yang kita harapkan. Bahkan mungkin bagi sebagian pihak hasil yang dicapai jauh di bawah kriteria yang ditentukan. Oleh sebab itu, dalam hal ini evaluasi diperlukan untuk mengkaji kembali apakah metode yang dipilih sudah tepat. Bilamana metode yang dipilih dianggap tepat, maka perlu juga evaluasi apakah penerapannya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, apakah segala sumber daya pendukung sudah dapat didayagunakan dengan baik untuk mendukung efisiensi metode tersebut.
Untuk dapat melaksanakan evaluasi secara benar, maka guru harus  memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang aspek- aspek berkaitan dengan evaluasi dan memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut didalam proses pembelajaran. Kemampuan memahami dan melaksanakan evaluasi ini menjadi tanggung jawab setiap guru. Sebagaimana diketahui kegiatan belajar dan proses pembelajaran merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga guru harus selalu aktif mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi. Dinamika peserta didik dan proses pembelajaran ini pula yang mendorong agar setiap guru terus dituntut mengembangkan pengetahuannya, termasuk di dalam memahami dan menggunakan bentuk-bentuk evaluasi, menganal, memahami dan mampu menggunakan alat-alat bantu teknologi yang dapat membantu kelancaran proses dan pencapaian hasil belajar yang lebih baik[7].

D.           JENIS-JENIS EVALUASI PEMBELAJARAN SD/MI
Sebagai telah kita bahas sebelumnaya bahwa evaluasi pembelajaran berkaitan denga aktivitas untuk menentukan nilai, jas atau manfaat dari kegiatan pemebelajaran. Karena kegiatan pembelajaran meliputi berbagai aspek kegiatan yang cukup luas, maka evaluasi pembelajaran meliputi berbagai dimensi pula. Berikut ini beberapa bentuk evaluasi pembelajaran yang lazim dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
1.             Evaluasi formatif
Evaluasi formatif sering kali diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pemebelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Tesmer menyatakan formotive evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness anda appeal. Pada prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memberi penekanan tentang maksud evaluasi formatif sebagai kegiatan untuk mengontrol sampai seberapa jauh peserta didik telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Indokator utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi formatif ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumukan dalam rumusan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematanganpeserta didik. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal peserta didik dan tingkat kesulitan yang diperkirakan masih mungkin dijangkau/dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para peserta didik yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada peserta didik  yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi peserta didik yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya. Bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas sehingga memungkinkan mencapai standar keberhasilan yang lebih tinggi.

2.             Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3.             Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada peserta didik sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada  tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya[8].

E.            TEKNIK EVALUASI PEMBELAJARAN SD/MI
Istilah teknik sering ita dengar delam kehidupan kita shari-hari, “teknik-teknik” dapat kita artikan dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah teknik ini adalah cara-cara atau metode-metode. Jadi dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwasannya “teknik evaluasi pengajaran” adalah alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tantang hasil pembelajaran. Dalam evaluasi terdapat dua teknik, teknik tes dan teknik non tes.
1.             Teknik Nontes
Tehnik non tes adalah alat penilaian yang dilakukan tanpa melaliu tes. Tesnini digunakan untuk menilai karakteristik laid dari peserta didik, misalnya komitmen ibadah murid.[9]
Yang tergolong teknik nontes adalah:
a.         Skala bertingkat (rating scale).
b.         Kuesioner (questionair).
c.         Daftar cocok (check list).
d.        Wawancara (interview).
e.         Pengamatan (observation).
f.          Riwayat hidup.
a.         Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Sebagai contoh, skor atau biji yang diberikan oleh guru disekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar anak didik. Peserta didik yang mendapatkan skor 8, digambarkan di tempat yang lebih kanan dalam skala dibandungkan penggambaran skor 5.





 
                                        4                  5                   6                  7                 8
Biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian, skala ini dinamakan skala bertingakat. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif, maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan dalam bentuk skala.
Contoh:Kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu:





 
                                        1                  2                   3                  4                 5
Sangat tidak        Tidak suka       Biasa           Suka              Sangat
                            Suka                                                                                    Suka

Skala sikap yang pernah disinggung dibagian terdahulu, pada umumnya disajikan dalam bentuk bertingkat seperti dicontohkan di atas.

b.         Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, penalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain.
Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi.
1)        Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
a)    Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.
b)   Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh responden. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
2)        Ditinaju dari segi cara menjawab, maka ada:
a)    Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh:
Tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti adalah:
 

      SD           SLTP        SLTA         Perguruan Tinggi

Tanda cek (ü) dibutuhkan pada kotak didepan “Perguruan Tinggi” jika pengisi berstatus mahasiswa.
b)   Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehinga responden bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka ragam. Misalnya, keterangan alamat responden, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
Contoh:
Untuk membimbing mahasiswa ke arah terbiasa membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawab:

3)        Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok (check list) adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membutuhkan tanda cocok (ü) di tempat yang sudah disediakan.
Contoh:
Berikanlah tanda (ü) pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.

NO
                                                          Pendapat
Pernyataan
Penting
Biasa
Tidak
Penting
1
Melihat pemandangan indah



2
Olahraga tiap pagi



3
Melihat film



4
Belajar menari



5
Tulisan bagus



6
Berkunjung ke kawan



Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.

4)        Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
a)         Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk menguatarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi
b)        Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Dalam hali ini, responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kandang-kadang bersifat sebagai yang memimpin dan mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membutuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai dengan keadaan responden.




5)        Pengamatan (observation)        
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 2 (dua) macam observasi:
a)         Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
Contoh:
Untuk mengamati kehidupan mahasiswa penyewa kamar, pengamata menjadi mahasiswa dan menyewa kamar.
b)        Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat barada di luar kelompok. Dengan demikian, pengamat tidak dibingunkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
c)         Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini, ia dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.


6)        Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu keimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

2.             Teknik Tes
Apakah sebenarnya tes itu? Ada bermacam-macam rumusan tentang tes. Di dalam bukunya yang berjudul evaluasi pendidikan. Amir Daien Indrakusuma mengatakan demikian:“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan – keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”Selanjutnya, di dalam buku teknik-teknik evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan:“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.
Definisi terakhir yang dikemukakan di sini adalah definisi yang dikutip dari Webster’s Collegiate.“Test = any series of questions or exercises or orther means of measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.”Yang lebih kurang artinya:“tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang memiliki oleh individu atau kelompok.”
Kutipan ini sisajikan dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluatian yang di dalam buku tersebut diterangkan pula bahwa pengertiannya dipersempit dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:
“Test is comprehensive assessment of an individual or to an entir program evaluation effort.”
Artinya:
“Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.”
Dari beberapa kutipan dan urian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Mengingat betapa pentingnya tes ini, maka uraian yang lebih terperinci akan disampaikan secara terpisah pada bab-bab lain.
Apabila rumusan yang telah disebutkan di atas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran. Dalam bagaian ini hanya akan dibicarakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, tes dibagi menjadi 3, yaitu:
a.       Tes diagnostik,
b.         Tes formatif, dan
c.         Tes sumatif.
Keterangan masing-masing tes adalah sebagai berikut.
a.      Tes diagnostic
seorang guru yang baik, tentu akan merasa bahagia apabila dapat membantu siswanya sehingga dapat mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Untuk mengetahui apakah bantuan yang diberikan sudah memadai, maka diadakan suatu penilaian. Namun, informasi hasil penilaian ini tidak akan ada gunannya seandainya tidak digunakan untuk bahan pertimabangan bagi tindakan selanjutnya.
Seperti halnya kerja seorang dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberikan kepada si pasien, dokter melakukan pemeriksaan secara teliti dahulu. Misalnya, memeriksa denyut nadi, suara napas, reaksi lutut, urine, darah, dan sebagainya. Mengadakan pemeriksaan ini disebut mengadakan diagnosis. Sedangkan mengadakan pengobatan disebut mengambarkan terapi. Demikian juga seoarang guru terhadap siswa. Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, guru harus mengadakan tes yang maksudnya untuk mendiagnosis. Tes ini disebutkan tes diagnostik.

Jika disejajarkan anatara pekerjaan dokter dan guru, maka akan terlihat sebagai berikut:
Dokter
Guru
 
Tes diagnostik
                                               
Diagnosis
Bantuan
1
2
Terapi
 






                                               

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan siswa sehingga berdasaran hal tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat. Dengan mengingat bahwa sekolah sebagai sebuah transformasi, maka letak tes diagnostik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

4
2
1
3
 


         Input                                                                                Output                      
Tes diagnostik ke-1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Dalam pembicaraan tes secara umum, tes ini disebut tes penjajakan masuk yang dalam istilah inggris disebut entering behaviour test. Dalam penggalan kecil, tes diagnostik ke-1 dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaaan pengetahuan dasar untuk dat menerima pengetahuan lanjutannya. Pengetahuan dasar ini biasa disebut dengan pengetahuan bahan prasyarat (prerequisite test.
Contoh:
Sebelum mengajarkan perhitungan untuk korelasi serial, guru harus yakni bahwa siswa sudah menguasai perhitungan tentang rata-rata dan simpangan baku (mean dan standar deviasi). Oleh karena itu, sebelum mulai dengan menerangkan teknik korelasi serial tersebut, guru mengdakan tes diagnostik untuk mengetahui penguasaan siswa atas mean dan standar deviasi tersebut.
Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan uatu pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas, atau kurang. Ini semu memerlukan informasi yang dapat diperoleh dengan cara mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian tes diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement test).
Tes diagnostik ke-3 dilakuakan terhadap siswa yang sedang belajar, tidak semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan oleh guru dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, sebaiknya sesekali melakukan tes diagnostik untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang diberikan belum dikuasai oleh siswa. Selain itu, ia harus dapat mendeteksi apa penyebabnya. Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, guru dapat memberikan bentuan yang diperlukan.
Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran. Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.
b.        Tes formatif
Dari kata frm yang merupakan dasar dari istilah formatif, maka evaluasi formatif dimaksudkan mengetahui sejauh mana siwa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Dalam hali ini, tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.

Program
Pre-test                                                                           post-test
(tes awal)                                                                       (tes akhir)
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu sendiri.
1)        Manfaat bagi siswa
(a)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi program secara menyeluruh.
(b)     Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepada” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan itu akan keberhasilan suatupelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar giat, agar dapat mempertahankan atau memperoleh nilai yang lebih baik lagi.
(c)      Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian, siswa akan termotivasi untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran.
(d)     Sebagai diagnosis. Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan, atau kosep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siwa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang masih dirasakan sulit.
Contoh:
Perkalian dalam hitungan:
12
36x
72
36x
108
Dengan melihat tes yang salah ini, siswa akan diberitahu oleh guru bahwa kelemahannya tidak terletak pada ketidakmampuan perkalian secara keseluruhan, tetapi pada pengertian nilai tempat. Angka 3 pada 36 artinya 30 satuan. Jadi hasil perkalian yang diperoleh seharusnya digeser satu tempat ke kiri. Setelah siswa mengetahui kelemahannya, maka ia dapat memperbaiki diri.
2)        Manfaat bagi guru
Dengan telah mengetahui hasil tes formatif yang diadakan, maka guru:
(a)      Mengetahui sampai sejauh mana materi yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini juga akan menentukan apakah guru perlu mengganti metode pengajaran (strategi) yang lama.
(b)     Mengetahui bagian-bagian mana dari materi pelajaran yang belum dikuasai siswa. Apabila bagaian yang belum dikuasai merupakan materi dasar bagi pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian nateri pelajaran selanjutnya, dan siwa akan semakin tidak menguasainya.


Contoh:


 


Bahan I                       Bahan II                           Bahan III
Dari gambar ini dapat dilihat bahwa dari bahan III ada bagian yang belum dikuasai. Celah yang belum dikuasai pada bagian III lebih besar dari pada bahan II dan bahan I karena bahan yang belum dikuasai dib= bahan I akan terbawa terus dan merupakan hambatan yang membesar.
(c)      Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

c.         Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester. Secara diagramis maka hungungan antara tes formatif dengan tes sumatif ini tergambar sebagai berikut:
Pogram

Pogram

Pogram

Pogram

Pogram

 
                                               


S
F                     F                           F                         F                           F
 

                        Keterangan :
                        F = tes formatif
                        S = tes symatif

Apa bila dalm kaitannya dengn kurikulum tahun 1975 ( baik untuk SD, SMP, maupun SMA), maka tes formatif adalah tes yang dilaksanakan sesudah berakhirnya proses belajar-mengajar tiap-tiap subpokok bahasan, sedangkan tes sumatif diadakan pada:
-                      Akhir caturwulan        : Untuk SD
-                      Akhir semester            : untuk SMP dn SMA
*) sekarang semua jenjang SD, SMP, dan SMA tidak sama, yaitu menggnakan semester.
Manfaat tes sumatif
Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantaranya yang terpenting adalah :
1)        Untuk menetukan nilai. Apabila tes formatif digunakan terutama untuk memberikan informasi demi perbaikan penyampaian, dan tidak untuk memberikan nilai atau penentuan kedudukan seorang anak di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes sumatif ini digunakan untuk menentukan kedudukan  anak.  Dalam penentuan nilai ini setiap anak dibandingkan anak-anak lain.  Asumsi yang mendasari pandangan ini adalah bahwa prestasi belajar siswa-siwa dalam sebuah kelas akan tergambar dalam sebuah kurva normal.
Sebagai besar dari anak-anak dikelas itu akan terletak di tengah-tengah daerah kurva, yaitu daerah :sedang”. Sebagian kecil terletak di daerah “atas” dan sebagaian lain akan terletak di daerah “bawah”.


 







                         -3 SD       -2 SD -1 SD             0        +1 SD       +2 SD       +3 SD

Kurva prestasi belajar kelompok siswa dalam satu kelas
-   Dari -3 SD samapi -1 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi rendah.
-   Dari -1 SD samapi +1 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi cukup.
-   Dari +1 SD samapi +3 SD adalah derah “bawah” atau siswa dengan prestasi tinggi.
Catatan :
Daerah kurva yang diperhitungkan hanya samapi batas -3 SD dan +3 SD walaupun masing masing ekor dapat diperpanjang smapai tidak terhingga.

2)        Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program berikutnya. Dalam hal ini, tes sumatif berfungsi sebagai tes prediksi.
Contoh:
Pada saat kenaikan kelas guru mempertimbangkan siapa saja yang kira-kira mampu mengikuti program di kelas berikutnya. Sebagai bahan pertimbangan adalah nilai-nilai yang diperoleh, terutama dari tes sumatif. Siswa yang sekiranya tidak mampu mengikuti program di kelas berikutnya dipersilahkan tinggal kelas.

3)        Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi:
(a)      Orang tua siswa
(b)     Pihak bimbingan dan penyuluhan sekolah.
(c)      Pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan pindah ke sekolah lain, melanjutkan sekolah, atau memasuki lapangan kerja.
Catatan:
Kemajuan belajar ini dikenal dengan nama rapor dan ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar, STTB). Tentang bagaimana bentuk dan pengisiannya, akan dibicarakan di bab lain[10].

F.            SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN EVALUASI PEMBELAJARAN SD/MI
Agar evaluasi dapat berfungsi secara optimal, dapat memberikan manfaat untuk perbaikan program dan kegiatan-kegiatan pembelajaran, maka evaluasi harus memenuhi beberapa persyaratan. Sejumlah ahli evaluasi mengemukakan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu;
1.             Kesahihan atau validitas
Kesahihan menggantikan kata validitas (vilidity) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan juga dapat diartikan sebagai kelayakan interprestasi terhadap hasil dari suatu instrumen evaluasi tas tes dan tidak terhadap instrumen itu sendiri (grounlound, 1985;57 ). Nurkancana dan sumartana (1986) mengemukakan bahwa validitas dapat ditnjau dari beberapa segi seperti dibawah ini.
a.              Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan dapat diartikan sebagai ketepatan dari suatu alat pengukur ditinjau dari kemempuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapai kemudian. Sebagai contoh, tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan yang tinggi, apabila hasil yang dicapai oleh anak dalam tes tersebut betu-betul dapat memprediksikan sukses tidaknya anak dalam perjalanan-perjalanan yang akan datang.
b.             Validitas bandingan (concurrent validity)
Validitas bandingan adalah ketepatan dari suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara nyata. Perbedaan dengan validitas ramalan adalah dilihat dari segi waktunya.validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkan validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang.
Cara yang dipergunakan untuk menilai validitas bandingan adalah dengan cara mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes yang sudah distandarisasi). Tinggi rendahnya koofisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya validitas tes yang akan kita nilai kualitasnya.
c.              Validitas isi (content validity)
Validittas isi diartikan sebagai ketetapan suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid menurut validitas isi ini bilamana materi tes tersebut betul-betul dapat mewakili secara menyeluruh (reresentatif) dari bahan-bahan pelajaran yang diberikan.
Untuk menilai apakah tes yang disusun memiliki validitas isi atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan materi tes tersebut dengan analisi rasional yang kita lakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut.
b.             Validitas konstruk (construct validity)
Validitas konstruk dapat diartikan sebagai ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan (konstruksi) tes tersebut. Untuk mengetahui apakah tes yang kita susun memenuhi syarat-syarat validitas konstruk ini, maka kita harus membeandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-syarat penyusunan tes yang baik. Apabila tes yang dibuat telah mengacu kepada syarat-syarat penyusunan tes maka berarti te tersebut memenuhi syarat validitas konstruk. Demikian pula sebaliknya, bilaman tes yang buat tidak memenuhi syarat-syarat penyusunan tes, maka berarti tes tersebut tidak memenuhi validitas konstruk ini.
Validitas ramalan (predictive validity), dan validitas bandingan (concurrent validity), disebut juga validitas empirik (empirical validity), sebab pengujian validitas tersebut di dasarkan atas perhitungan-perhitungan secara empiris. Sedangkan validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity) disebut pula validitas rasional (logical validity) sebab pengujian terhadap validitas keduanya didasarkan atas analisis rasional (nurkancan dan sumartana (1986:130)
Kesahihan hasil evaluasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaity faktor instrumen evaluasi, administrasi evaluasi dan penskoran, respon siswa.
1)             Faktor instrumen evaluasi
Faktor yang terdapat di dalam instrumen evaluasi yang mempengaruhi instrumen evalusi di antaranya, yaitu; ketidak jelasan petunjuk, tingkat kesulitan kosakata, dan struktur kalimat pada instrumen evaluasi serta susunan item evaluasi yang kurang baik.
2)             Faktor-faktor administrasi dan penskoran
Faktor yang berkaitan dengan administrasi antara lain pengaturan waktu yang kurang tepat, misalnya waktu yang disediakan tidak cukup, bantuan yang tidak wajar kepada peserta didik yang minta pertolongan, menyontek saat ujian, dan penskoran jawaban essai yang tidak dapat dipercaya karena cenderung ke arah kesahihan yang rendah.
3)             Faktor berkaitan dengan respon siswa
Yaitu kecenderungan siswa untuk merespon secara cepat, atau kecenderungan merespon secara tiba-tiba atau penggunaan gaya tertentu siswa dalam merespon item evaluasi.

2.             Keterandalan (reliabilitas)
Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, bahwa suatu instrumen evaluasi mampu memberikan hasil yang tetap (arikunto, 1990). Keterandalan dapat diartikan sebagao tingkat kepercayaan keajegan (konsistensi) hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrumen evaluasi.
Nrkanca dan smurtana (1986:131) menjelaskan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes.
a.              Teknik ulangan
Teknik ulangan adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencari reabilitas suatu tes dengan cara memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak dalam dua kesempatan yang berlainan. Misalnya suatu tes diberikan kepada sekelompok anak, sebut saja group A. Selang tiga hari atau seminggu kemudian tes yang sama tersebut diberikan lagi kepada group A dengan syarat-syarat tertentu, misalnya soal-soal dalam tes tidak dibicarakan selama waktu antara itu, situasi tempat dibuat sama dan sebagainya. Selanjutnya skor yang diperoleh anak-anak pada kelompok pada periode pertama dikorelasikan dengan skor yang mereka peroleh pada tes periode kedua. Besar kecilnya korelasi yang diperoleh menunjukkan reliabilitas dari tes tersebut.
b.             Teknik bentuk paralel
Pada teknik bentuk paralel digunakan dua bentuk tes yang ejenis (tetapi tidak indentik), baik mengenai isinya, proses mental yang diukur, tingkat kesukaran maupun jumlah item. Kedua tes ini diberikan kepada kelompok subyek yang sama tanpa adanya rentang waktu. Skor yang diperoleh dari kedua tes tersebut selanjutnya dikorelasikan. Besar kecilnya koofisien korelassi yang diperoleh menunjukkan reliabilitas dari tes tersebut.
b.             Teknik belah dua
Dalam teknik ini, tes yang telah diberikan kepada sekelompok subyek dibelah menjadi dua bagian. Tiap-tipa bagian diberikan skor secara terpisah. Lazimnya ada dua prosedur yang dapat dipergunakan untuk membelah dua suatu tes, yaitu;
1)             Prosedur ganjil genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjildikumpulkan menjadi satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain.
2)             Prosedur secara random, misalnya dengan menggunakan undian, atau dengan menggunakan tapi bilangan random.
Korelasi yang diperoleh dari kedua belahan itu menunjukkan reliabilitas tes.

3.             Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada kaitan dengan instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunkan mengolah hasil, menginterpretasi hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam penyimpanannya (diwyati dan mujiono, 1994:184)
a.              Kemudahan administrasi. Kemudahan ini yaitu kemudahan-kemudahan yang berkaitan dengan sistem pengadministrasian instrumen evuasli dan pengaturan pelaksanaanya. Kemudahan pengadministrasian ini dapat dilakukan dengan memberikan petunjuk yang sederhana dan jelas serta pengaturan waktu evaluasi yang sebaiknya tidak menimbulkan kesulitan.
b.             Waktu yang disediakan. Waktu yang disediakan untuk melaksanakan evaluasi hendaknya diperhitungkan secara cermat, sehingga memberikan kesempatan yang cuku untuk melaksanakan rangkaian evaluasi tersebut sehingga tidak menimbulkan kesulitan dari peserta tes dan pelaksana.
c.              Kemudahan meskor. Untuk memberikan kemudahan penskoran diperlukan ketersediaan petunjuak yang jelas untuk penskoran, demikian pula memudahkan untuk kunci penskoran, pemisahan lembar soal dan lembar jawaban atau beberapa bentuk kegiatan lainnya yang dapat membantu kemudahan penskoran.
d.             Kemudahan interprestasi. Untuk memeudahkan interprestasi dan aplikasi hasil evaluasi diperlukan petunjuk yang jelas. Semakin mudah interprestasi dan aplikasi hasil evaluasi berarti semakin meningkat kepraktisan evaluasi.
e.              Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen atau sebanding. Bentuk-bentuk ekuivalen dari sebuah tes mengukur aspek-aspek perilaku melalui butir-butir  tes yang memiliki kesamaan dalam isi, tingkat kesulitan, dan karakteristik lainnya. Adanya bentuk-bentuk yang ekuivalen atau sebanding dari instrumen evaluasi akanmeningkatkan kepraktisan dan melaksanakan evaluasi.[11]

v   LATIHAN

1.    Kemukakan kesimpulan anda tentang hakikat evaluasi pembelajaran !
2.    Jelaskan perbedaan antara evaluasi dan pengukuran. Kemukakan pula saling!
3.    Keterkaitan antara kedua kegiatan tersebut!
4.    Uraikan prinsip-prinsip umum evaluasi !
5.    Ada beberapa syarat evaluasi yang harus diterapkan. Coba anda jabarkan beberapa syarat tersebut !
6.    Uraikan beberapa jenis evaluasi pembelajara !
7.    Diskusikan bersama rekan-rekan ana penerapan prosedur evalusi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang anda kelola.

v   RANGKUMAN
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting didalam seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi secara benar, guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajran yang dilakukannya, pada tiap kali pertemuan, setiap catur wulan, setiap semester, setiap setahun. Bahkan selama berada pada satuan pendidikan tertentu. Melakukan evaluasi ini pula guru dapat mengetahui efektifitas penggunaan metode pembelajaran, kemampuan mengelola proses pembelajaran, kemampuan memotivasi siswa serta kemampuan mendayagunakan sumber-sumber belajar yang tersedia.
Karena evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam proses pembelajaran, maka setiap guru dituntut memiliki kapasitas kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang diperoleh memalui kegiatan evaluasi tersebut mampu memberikan gambaran yang benar dari tingkat kemampuan siswa. Pemahaman guru yang baik tentang hakikat, prosedur, jenis derta prinsip-prinsip evaluasi merupakan kerangka mendasar untuk membangun kemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat. Pada gilirannya evaluasi yang tepat adalah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan prinsi-prinsip tertentu dan tidak terlepas dari kehususan atau karakteristik serta tujuan pembelajaran. Ketidaktepatan didalam pelaksanaan evaluasi tidak hannya menyebabkan kurang serasinya pelaksanaan proses pembelajaran, akan tetapi juga berakibat rendahnya keakuratan di dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.
Evaluasi yang tepat dapat menjadi wahana untuk mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa, menentukan tujuan pebelajaran mana yang belum dioptimaliasi pencapaiannya, merumuskan rangking siwa, memberikan informasi kepada guru tentang ketepatan strategi pembelajaran yang digunakan dan untuk merencanakan prosedur perbaikan perencanaan pelajaran. Masih banyak manfaat-manfaat lainnya jika evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. Untuk mencapai ketepatan tersebut, maka perlu diperhatikan syarat-syarat evaluasi, terutama berkaitan dengan validitas dan reliablilitas. Disamping dua syarat mendasar tersebut juga perlu diperhatikan syarat kepraktisan sevaluasi tanpa mengabaikan kedua syarat utama sebelumnya.

v   TES FORMATIF

1.             Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat di perlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan maka yang akan didapat dalam evaluasi pembelajaran adalah …
a.         Informasi atau data
b.        Sanjungan dari pihak kepala sekolah
c.         Nilai peserta didik menjadi baik
d.        Kualitas pendidik yang lebih baik

2.             Setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, kegunaan dari evaluasi pembelajaran itu sendiri adalah...
a.         mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
b.        merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk membuat keputusan
c.         untuk menyelesaikan permasalahan didalam kelas
d.        membantu peserta didik dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik terhadap teman-teman sekelas.

3.             Dibawah ini terdapat beberapa jenis-jenis dalam mengevaluasi pembelajaran SD/MI, kecuali…
a. evaluasi formatif
b. evaluasi sumatif
c. evaluasi non tes
d. evaluasi diagnostik

4.             Indokator utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi formatif ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumukan dalam rumusan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan peserta didik artinya TIK harus memperhatikan …
a. pokok bahasan yang telah dipelajari
b. guru memberikan soal evaluasi berdasarkan kurikulum
c. kemampuan awal peserta didik dan tingkat kesulitan yang diperkirakan
d. kemampuan peserta didik pada tahun-tahun sebelumnya

5.             Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada peserta didik sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dilakukan pada tahapan….
a. tahapan awal pembelajaran
b. tahapan proses pembelajaran
c. tahapan akhir pembelajaran
d. tahapan awal pembelajaran, proses dan akhir pembelajaran

6.             Dibawah ini terdapat beberapa tehnik-tehnik dalam mengevaluasi pembelajaran SD/MI yang tergolong teknik nonteskecuali…
a. Skala bertingkat (rating scale).
b. Kuesioner (questionair).
c. Diagnostik
d. Wawancara (interview).

7.             Observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya merupakan pengertian dari….
a. observasi partisipan
b. observasi sistematik
c. observasi ekperimental
d. observasi evaluasi

8.             Dibawah ini terdapat beberapa syarat-syarat penyusunan evaluasi pembelajaran SD/MI
kecuali…
a. Kesahihan atau validitas
b. Keterandalan (reliabilitas)
c. Kepraktisan
d. Kerumitan

9.             Perbedaan yang terlihat dalam Validitas bandingan (concurrent validity) dengan validitas ramalan adalah yaitu…
a.    Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, sedangkanvaliditas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang.
b.    Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang sekarang, sedangkan validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa yang akan dating
c.    Tidak ada perbedaan diantara keduanya
d.   Validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang telah lampau, sedangkan validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang

10.            Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada kaitan dengan instrumen evaluasi, baik dalam mempersiapkan, menggunkan mengolah hasil, menginterpretasi hasil maupun kemudahan-kemudahan dalam penyimpanannya yang meliputi kecuali
a. Kemudahan administrasi.                                         
b. Waktu yang disediakan        
c. Kemudahan interprestasi                  
d. Teknik bentuk paralel


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir. Hitunglah jawaban yang benar kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi kegiatan belajar.
Jumlah jawaban yang benar  
Tingkat penguasaan =                                                 X 100%
                                                Jumlah soal
 


Arti tingkat penguasaan 90%-100% = baik sekali
                                       80%- 89% = baik
                                       70%-79%= cukup
                               <70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajarar berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80 anda harus mengulangi materi kegiatan belajar lagi. Terutama bagian yang belum dikuasai.




KUNCI JAWABAN
1.      A
2.      B
3.      C
4.      C
5.      D
6.      C
7.      B
8.      D
9.      C
10.  D

GLOSARIUM

Kuantitatif              : Data yang berupa angka atau hitungan
Kualitatif                :penelitian yang bersifat deskriptif
Merealisasikan        :tindakan mewujudkan atau pencapaian suatu rencana
Institusi                  : suatu lembaga
Korelasi                  :Hubungan
Interpretasi             :tapsiran atau penapsiran




DAFTAR PUSTAKA


Arikunto Suhasimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Penidikan . Jakarta:PT Bumi Aksara.
Aunurahman. 2013.  Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.
Mulyadi. 2010.  Evaluasi Pendidikan. Malang:UIN Maliki Pres.
Purwanto Ngalim. 2002. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT remaja rosdakarya.


[1] Mehrens & Lehmam, 1978:5 dalam kutipan Ngalim purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2002), Hal 3
[2]Ngalim purwanto, Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT remaja rosdakarya, 2002), Hal.3
[3] Suhasimin Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Penidikan (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2012), hal 1-3
[4] Ngalim Purwanto, Op.Cit,  hal 3-5
[5] Aunurahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Alfabeta, 2013), hal 209-210
[6] Ngalim Purwanto. Op.Cit, hal 9-11
[7] Aunurahman, Op.Cit,  hal 211-215
[8] Aunurahman, Op.Cit,  hal 220-222
[9]Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang:UIN Maliki Pres, 2010), hal 61
[10] Suharsimi arikunto, Op.Cit, hal 41-55
[11] Aunurahmam , Op.Cit, hal.215-220

13 comments: