A. Kurikulum Pendidikan Musik
SD/MI
Bagi sebagian masyarakat dan para pemangku kebijakan,
musik bukan merupakan sesuatu hal yang penting, musik hanyalah sebagai hiburan,
musik hanyalah pengisi waktu bagi anak-anak. Musik tidak akan memberikan
kontribusi untuk kehidupan masa datang, musik tidak akan memberikan sesuatu
profesi yang menjanjikan. Bahkan dilingkungan sekolah pun masih banyak yang
menganggap bahwa musik bukan suatu mata pelajaran yang begitu penting,
betulkah?
Banyak guru dan orang tua anak baik itu yang belajar
disekolah formal ataupun informal yang memandang sebelah mata tentang
pendidikan musik. Sehingga apabila anaknya memiliki kekurangan pada mata
pelajaran tertentu, maka orang tua menganggap anaknya “kurang pandai”, tetapi
apabila anak memiliki nilai bagus pada mata pelajaran seni baik itu seni musik,
seni rupa atau seni tari, orang tua menganggap hal tersebut bukan yang luar
biasa, padahal anak tersebut mempunyai potensi dalam mata pelajaran tersebut
yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Nah, disinilah perlunya kesadaran guru dan
orang tua untuk mengetahui potensi apa yang terdapat pada anak-anaknya.
Hal yang sama terjadi pada sekolah informal, misalnya
kursus musik. Karena anggapan awalnya para orang tua mengkursuskan anaknya
hanya untuk mengisi waktu luang saja, maka pengawasan dirumah pun tidak serius,
misalnya mengatur jam latihan atau meminta dan mengawasi anaknya untuk
berlatih. Kenapa harus orang tua? Karena waktu terbanyak adalah di rumah dalam
hal ini orang tualah yang mempunyai waktu terbanyak untuk mengawasi anaknya,
guru les hanya bertemu 40-60 menit saja dalam seminggu. Kerjasama orang tua dengan
guru les sangat ditekankan dalam hal ini apabila ingin mencapai kesuksesan
dalam pendidikan.
Berbicara mengenai mata pelajaran di sekolah, pada
kurikulum 2007, terdapat sejumlah mata pelajaran yang salah satunya mata
pelajaran Seni dan Budaya. Jika diamati uraian bahasannya, mata pelajaran Seni
dan Budaya ini terdiri atas bahan ajaran pendidikan seni rupa, seni musik, seni
tari dan seni teater. Mata pelajaran ini disajikan mulai dari kelas 1 SD sampai
dengan kelas III SMA, dengan alokasi waktu mungkin sekitar 2 jam pelajaran
setiap minggu. Ya, hanya 2 jam saja pelajaran seni diberikan di sekolah. Dengan
alokasi waktu yang disediakan dan bahan ajar yang beragam, pada umumnya para
guru tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran sebagaimana mestinya. Apalagi
kalau di sekolah tersebut hanya terdapat guru seni musik saja, maka nyaris
pelajaran seni yang lain akan ditinggalkan. Disamping itu, ada diantara mereka
yang berpendapat bahwa pendidikan musik merupakan pelajaran yang tidak penting,
sangat disayangkan dengan pendapat itu. Alasannya karena mata pelajaran
pendidikan musik tidak di-UAN-kan.
Padahal apabila ditelaah lebih lanjut, menurut para
ahli, pendidikan musik merupakan sarana yang paling efektif bagi pendidikan
kreativitas. Pendidikan musik juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif
untuk menyalurkan emosi dan ekspresi anak. Selain itu, pendidikan musik dapat
menjadi pendidikan keterampilan. Jadi secara konseptual, pendidikan musik
sangat besar peranannya bagi proses perkembangan anak, terutama di Sekolah
Dasar.
Sebagai materi pembelajaran, mata pelajaran Seni dan
Budaya perlu di pahami guru, mau dibawa kemana anak didik kita sehingga
tercapai arah yang tepat. Eisner (1972) dan Chapman (1978) mengatakan bahwa,
arah atau pendekatan seni baik itu seni rupa, seni musik, seni tari ataupun
seni teater, secara umum dapat dipilah menjadi dua pendekatan, yakni seni dalam
pendidikan dan pendidikan melalui musik.
Pertama, seni dalam pendidikan. Secara hakiki materi
seni penting diberikan kepada anak. Maksudnya adalah, keahlian melukis,
menggambar, menyanyi, menari, memainkan musik dan keterampilan lainnya perlu
ditanamkan kepada anak dalam rangka pengembangan kesenian dan pelestarian
kesenian. Seni dalam pendidikan ini sejalan dengan konsep pendidikan yaitu sebagai
proses pembudayaan yang dilakukan dengan upaya mewariskan atau menanamkan
nilai-nilai dari generasi tua kepada generasi berikutnya (baca: guru kepada
murid). Oleh sebab itu, seni dalam pendidikan merupakan upaya kita sebagai
pendidik seni dan juga lembaga yang menaungi kita untuk mewariskan,
melestarikan, dan mengembangkan berbagai jenis kesenian yang ada baik lokal
maupun mancanegara. Sangat beragam sekali kesenian yang berkembang di Indonesia
ini. Dari mulai kesenian tradisional sampai pada kesenian modern, banyak
terhampar di depan mata kita. Misalnya batik, ukiran, anyaman, lukisan, pupuh
sunda, gamelan, kecapi, biola, piano, tari tayub dan tari bedaya, balet sampai
pada berbagai jenis seni kontemporer. Dari kekayaan tersebut apabila tidak
diwariskan kepada anak melalui jalur pendidikan maka kita akan menunggu saatnya
kesenian tersebut akan dijauhi oleh anak kita.
Dari uraian di atas, maka seni dalam pendidikan
merupakan sebuah program yang mengharapkan siswa pandai dalam bidang seni.
Pandai menggambar, pintar menyanyi, terampil dalam menari, pandai memainkan
alat musik dan sebagainya. Memang terasa sangat sulit sekali apabila diterapkan
pada sekolah umum, karena harus mempertimbangkan kualifikasi guru terhadap
bidang seni tertentu, waktu yang cukup, dan sarana- prasarana yang memadai.
Tetapi bagi orang tua yang ingin anaknya terampil dalam bidang seni tertentu
jangan khawatir, sudah banyak terhampar di depan mata kita sanggar-sanggar,
kursus musik, kursus menggambar dan sebagainya, untuk kita pergunakan seoptimal
mungkin bagi perkembangan anak kita.
Kedua, pendidikan melalui seni. Plato menyatakan bahwa
seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Dari pendapat ini kita bisa
beranggapan bahwa sesungguhnya seni atau pendidikan seni mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menunjang pendidikan secara umum.
Konsep pendidikan melalui seni juga dikemukan oleh
Dewey bahwa seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan
bukannya untuk kepentingan seni itu sendiri. Maka melalui pendidikan melalui
seni tercapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan rasional dan emosional,
intelektual dan kesadaran estetis.
Merujuk pada konsep pendidikan melalui seni, maka
pelaksanaannya lebih ditekankan pada proses pembelajaran dari pada produk.
Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka sasaran belajar pendidikan seni
tidak mengharapkan siswa pandai menyanyi, pandai memainkan alat musik, pandai
menggambar dan terampil menari. Melainkan sebagai sarana ekspresi, imajinasi
dan berkreativitas untuk menumbuhkan keseimbangan rasional dan emosional,
intelektual dan kesadaran estetis. Kalau memang ternyata melalui pendidikan
seni dapat menghasilkan seorang seniman maka itu merupakan dampak saja.
Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka guru
pun dapat melaksanakannya. Kekurangan kemampuan guru dalam hal pendidikan seni
dapat ditutup dengan penggunaan berbagai media pembelajaran yang memadai.
Seperti yang telah dipaparkan di atas, pendidikan musik khususnya banyak sekali
memberikan kontribusi bagi perkembangan dan keseimbangan rasional, emosional,
intelektual dan kesadaran estetis. Banyak sekali hasil penelitian yang
memberikan informasi kepada kita tentang pentingnya pendidikan seni khususnya
musik bagi perkembangan anak, berikut beberapa hasil penelitian yang penulis
rangkum dari Bulletin of the Council for
Research in Music Education, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan musik/pendidikan seni,
memudahkan perkembangan anak dalam bahasa dan kecepatan membaca.
2. Aktivitas bermusik/berkesenian sangat bernilai
bagi pengalaman anak dalam berekspresi dan lain-lain.
3. Aktivitas bermusik/berkesenian membantu
perkembangan sikap positif terhadap sekolah dan mengurangi tingkat
ketidakhadiran siswa di sekolah.
4. Keterlibatan dalam kegiatan
bermusik/berkesenian secara langsung mempertinggi perkembangan kreativitas.
5. Pendidikan musik/pendidikan seni
memudahkan perkembangan sosial, penyesuian diri, dan perkembangan intelektual.
Dari penjelasan-penjelasan di atas,
ternyata pendidikan musik sangat penting untuk perkembangan anak di masa depan.
Pendidikan musik tidak lagi sebagai mata pelajaran tambahan yang sewaktu-waktu
bisa saja dihilangkan atau hanya sekedar pengisi waktu luang bagi anak-anak
yang kursus musik. Bukankah pendidikan itu merupakan sesuatu hal yang penting
untuk menolong siswa dalam mengembangkan intelektual, emosional dan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka? Hal ini merupakan tugas para guru
dan orang tua untuk mewujudkan hal tersebut. Maka pendidikan musik/pendidikan
seni adalah bagian penting dan efektif untuk mewujudkan hal tersebut, walaupun
sampai saat ini masih diragukan dan dikesampingkan.
1.
Hakekat Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar
Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan
keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Pengajaran musik ialah pengajaran tentang kemampuan
bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang membentuk
suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid melalui
kegiatan-kegiatan pengalaman musik.
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang
memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif
untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional
yang seimbang.
2.
Pendidikan
Seni Musik SD
Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan
keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang kita cita-citakan
bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik di SD hendaknya kita mempunyai
rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu, agar dalam pelaksanaannya kita dapat
selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai.
Rumusan tujuan pengajaran musik itu dapat
bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam
kurikulum yang berlaku dan tujuan umum yang kita cita-citakan di atas. Salah
satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu dapat dibuat sebagai
berikut : untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki
murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya
melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera
artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan
kepekaan terhadap dunia disekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan
mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang musik.
Tujuan pengajaran musik di SD ini harus dijabarkan
menjadi beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut TIU sesuai dengan
pengelompokkan unsur-unsur musik yang esensial seperti yang telah diutarakan
pada bab I, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi.
TIU-TIU untuk unsur-unsur musik yang esensial ini dapat pula dilihat dalam bab
III yang lalu tentang sasaran belajar A, B, C, D, dan E. Agar lebih jelas,
TIU-TIU untuk pengajaran musik di SD ini dirumuskan kembali sebagai berikut.
a. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama,
merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan
gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan
membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi,
merasakan melidi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca
notasi melodi dengan benar.
c. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni,
merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik
harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
d. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang
bentuk/struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai
bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
e. Mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi,
menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.
3.
Tujuan Pembelajaran Seni Musik
Salah satu tujuan pengajaran musik di SD dapat dibuat sebagai berikut :
a. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama,
merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama
sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi,
merasakan melodi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca
notasi melodi dengan benar.
c. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni,
merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan
penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik
harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
d. Murid dapat memiliki pengetahuan tentang
bentuk/struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai
bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
e. Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan
ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan
bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat
ekspresi yang tinggi.
4.
Sifat Pembelajaran Seni Musik
a. Pendekatan ”Belajar dengan Seni”
Proses pemerolehan dan pemahaman
pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni musik misalnya siswa
belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka dengan mempelajari lagu tersebut
siswa dapat mengetahui dan memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa
seharusnya tahu tentang apa yang diceritakan lagu, dan dari pengetahuan
tersebut mereka bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu Indonesia Raya
menginginkan terwujudnya sikap cinta tanah air, kebanggaan terhadap tanah air,
dan sikap mempertahankan tanah air, serta menanamkan jiwa patriotis.
b. Pendekatan “Belajar Melalui Seni”
Proses pemahaman emosional yang tercermin ke dalam penanaman nilai-nilai
atau sikap yang terbentuk melalui kegiatan berkesenian. Seperti dalam
menyanyikan sebuah lagu, dituntut untuk membuat keteraturan tempo/ketukan.
Apabila kita tidak bisa mengikuti tempo tersebut, maka lagu yang dibawakan
menjadi kacau atau tidak teratur. Jadi melalui bernyanyi akan tertanam sikap
disiplin yang tinggi untuk membuat keteraturan.
c. Pendekatan “Belajar tentang Seni”
Proses penekanan pada pembelajaran tentang penguasaan materi seni musik
yang tergambar pada unsur-unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi,
tangga nada, bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo, dinamik, dan warna).
5.
Seni Musik Kurikulum 2013
Ketika kita mendengar kata musik maka alat musik yang
terbayang oleh kita biasanya adalah gitar, piano, drum dan berbagai musik
modern. Padahal negara kita memiliki beragam musik tradisional. Musik
tradisional ini asalnya adalah dari kegiatan-kegiatan masyarakat. Ciri-ciri
umum dari music tradisional adalah musik harus dimainkan bersama-sama. Contoh
musik tradisional adalah angklung, gamelan(karawitan), kulintang dan masih
banyak lagi. Ada juga musik Indonesia yang merupakan serapan dari Arab tapi
cukup terkenal di Indonesia yaitu kasidahan.
Posisi musik tradisional di kurikulum 2013 :
-
Kelas VI yaitu menampilkan musik nusantara dengan alat musik sederhana.
-
Kelas V yaitu menyanyikan secara
berkelompok lagu anak-anak dengan iringan musik vokal sesuai dengan asal
daerahnya.
-
Kelas IV yaitu menyanyikan lagu
daerah yang harus dikenal.
-
Kelas III yaitu menyanyi lagu permainan dari daerah.
-
Kelas I yaitu siswa dikenalkan dengan lagu anak-anak.
Beberapa tema untuk siswa kelas I dengan menggunakan
lagu anak-anak:
-
Diriku : Kepala, Pundak, Lutut, Kaki; Dua Mata Saya (ciptaan Pak Kasur),
Siapa Namamu (ciptaan AT Mahmud)
-
Kegemaranku : Basri Jago Kasti (ciptaan Bu Kasur), Cing Gemerincing (ciptaan AT Mahmud)
-
Kegiatanku : Bangun Tidur (ciptaan Pak Kasur)
-
Keluargaku : Sayang Semuanya (ciptaan Pak Kasur)
-
Pengalamanku : Naik Delman (ciptaan Pak Kasur); Hai Becak (ciptaan Ibu Sud)
-
Lingkungan bersih, sehat
dan asri : Sebelum Kita Makan (ciptaan Pak Kasur)
-
Benda, binatang dan tanaman di sekitarku : Melati, kenanga ; Cit Cit Cuit
(dipopulerkan Joshua Suherman); Lihat Kebunku (ciptaan Ibu Sud); Desaku
(ciptaan Ibu Sud)
-
Peristiwa alam :
Pelangi (ciptaan AT Mahmud); Bintang Kecil (ciptaan Daljono); Naik Naik ke
Puncak Gunung (ciptaan Ibu Sud); Tik Tik Bunyi Hujan(ciptaan Ibu Sud).
6.
Implementasi
Pendidikan Seni Musik SD
Tak banyak sekolah yang mencantumkan seni
musik sebagai kurikulum wajib. Tapi, semua siswa SD Laboratorium Unesa wajib
mengikuti pelajaran tersebut karena masuk kurikulum formal. Mulai ensambel
biola sampai musik patrol. Pukulan triol bersahutan diikuti suara jimbe,
kentungan, simbal, dan bass drum. Kemudian, mengalunlah Eling-Eling. Lagu Jawa
itu terdengar lincah dengan beat sedikit mengentak.
Sembilan bocah pemain musik itu pun berjingkat-jingkat
seiring irama. Sesekali mereka berganti posisi dengan pemain lain dengan
gerakan lincah serta indah. Para guru dan siswa yang melihat latihan tersebut
memberi aplaus saat lagu usai.
Kemudian, mengalun lagu kedua, Para
Pencari Tuhan dari Ungu. “Kami tidak butuh latihan lama untuk membawakan sebuah
lagu. Biasanya, satu lagu hanya latihan maksimal lima hari”, kata Dewi
Kurniasari, pembina musik SD Laboratorium Unesa, yang ditemui di aula sekolah
(6/1). Selain Dewi, latihan kelompok musik patrol tersebut ditunggui pembina
lain, Mukmin Efendi. Meski bernama musik patrol, instrumen yang digunakan bukan
hanya kentungan, sebagaimana biasa dipakai patrol membangunkan sahur waktu
Ramadan.
Tapi, ada triol yang dimainkan Februar
Nugraha (kelas IV) dan Rifqi Sani (kelas VI). Jimbe dipegang Dimas Syah Putra
Ramadhan (kelas II) dan Mohammed Aden Suryana (kelas V). Sedangkan kentungan
dipukuli Alva Rezha (kelas V) dan Andyta Prima (kelas V). Kedua pemain tersebut
merangkap pemukul simbal yang berjumlah empat unit, diletakkan terpisah.
Instrumen terbesar, bass drum, digebuk oleh Eko Tantra (kelas VI). Vokalisnya
dua orang, Afifal Putri, siswa kelas IV yang menyanyikan dua lagu tersebut,
serta Muthia Tsania, siswa kelas VI, yang waktu itu absen. “Saya senang bermain
musik patrol”, ujar Dimas, anggota termuda. “Sejak kelas satu, saya ikut main”,
lanjutnya.
Karena itu, Dimas hampir tak pernah absen.
Selasa itu misalnya, seusai ujian, dia tak pulang. Tapi, langsung ganti seragam
latihan, kaus berkerah warna hijau dan celana panjang putih. Mendidik anak-anak
SD bermain musik, kata Dewi, tidaklah gampang. Harus telaten dan paham
keinginan mereka. “Beruntung, anak didik kami mengerti dan tahu kapan harus
serius berlatih, bercanda, atau bermain-main,” ungkap wanita berambut sebahu
itu. Selain musik patrol, SD Laboratorium Unesa mengajarkan musik jenis lain.
Mulai drum band, ensambel gitar, ensambel biola, band, paduan suara, hingga
musik angklung. Semua alat tersedia lengkap di sekolah itu. “Tapi, yang sering
tampil ya musik patrol ini. Dibanding musik lain, patrol ada nilai budaya
tradisionalnya”,' tegas Mukmin Efendi.
Musik patrol memang identik dengan musik
rakyat. Biasanya muncul saat Ramadan, keliling kampung pada malam untuk
membangunkan warga makan sahur. Umumnya hanya menggunakan kentungan. “Intinya,
musik patrol itu menggunakan alat-lalat yang tak bernada,” jelas Mukmin. “Semua
alat yang dipakai anak-anak tidak bernada. Berbeda dari gitar, biola, atau
piano yang mampu menghasilkan nada do, re, mi, dan sebagainya,” sambung alumnus
Pendidikan Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik), Fakultas Bahasa dan Seni,
Unesa, tersebut.
Karena alatnya tak bernada, para pemain
dituntut mampu membuat musik yang indah. Kolaborasi yang tepat antara alat yang
satu dengan lain perlu diperhatikan dengan cermat. “Tidak boleh asal pukul.
Tempo ketukan pun harus diperhatikan,” ujar Mukmin yang mengajar di situ
bersama Dewi sejak 2006. Grup musik patrol tersebut sering diundang tampil
dalam berbagai acara. Di antaranya, temu budaya Jepang-Indonesia di Sekolah
Jepang Surabaya pada 3 Desember tahun lalu, pembukaan Smala Cup di SMAN 5
Surabaya, serta berbagai kegiatan lain. “Kami pernah menjuarai lomba musik
patrol pada 2007 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Surabaya,” kata Kepala
SD Laboratorium Unesa Endang Ariadi Suwarno. Sekolah tersebut, lanjut Endang,
didirikan pada 1998. Pelajaran seni musik sudah dimasukkan sebagai pelajaran
wajib. Menjadi kurikulum yang berdiri sendiri, tidak digabung pelajaran
kesenian dan kerajinan. “Pelajaran seni musik sangat bermanfaat untuk
anak-anak,” jelasnya. “Musik patrol kami cukup dikenal karena mayoritas
anak-anak di sini muslim. Tapi, dulu ada anak-anak nonmuslim yang juga bermain
musik patrol,” ungkapnya.
Manfaat paling utama dari pelajaran musik,
kata Endang, adalah meningkatkan kecerdasan emosional anak. “Dengan musik, otak
anak akan berkembang seiring sejalan. Otak kiri maupun otak kanan, sehingga
mereka memiliki kecerdasan sempurna,” jelasnya.
Tidak sekadar cerdas dalam hal intelektual
yang mengandalkan kemampuan otak kiri. Tapi, juga perasaan anak-anak akan lebih
halus. “Lebih dari itu, musik juga bisa digunakan menggali kemampuan lain
selain kepandaian,” tuturnya. Sebab, tidak semua anak punya kecerdasan
intelektual tinggi. Kadang mereka justru punya kemampuan di bidang lain yang
menonjol, seperti musik. “Nah, musik inilah yang digunakan untuk melatih
kemampuan soft skill mereka,” ucap ibu dua anak tersebut. Wanita kelahiran
Banyumas, 9 Januari 1942, itu mengaku, awalnya tak sedikit yang menentang
dirinya memasukkan pelajaran seni musik dalam kurikulum formal. Alasannya,
anak-anak akan mendapat beban belajar tambahan. Mereka harus mengikuti seni
musik seminggu sekali selama dua jam. Tapi, Endang bergeming. Dia bahkan lebih
terpacu untuk membuktikan bahwa musik sangat bermanfaat bagi anak-anak. Selain
musik, dia memberikan pendidikan budi pekerti untuk melatih siswanya berlaku
sopan santun sejak dini. '”Hasilnya, di sekolah lanjutan, alumnus kami
dinyatakan sebagai anak-anak yang sopan,” katanya.
Adanya pendidikan seni musik dalam
kurikulum di sekolah dasar merupakan sebuah terobosan karena hanya beberapa
sekolah dasar saja yang sudah menerapkannya. Seperti pada contoh sebuah sekolah
di Surabaya tadi, pendidikan seni ternyata belum banyak sekolah dasar yang
memasukkannya ke dalam kurikulum wajib. Hal ini mungkin dikarenakan kebanyakan
sekolah dasar di Indonesia belum mempunyai cukup modal untuk melaksanakan
pendidikan seni musik.
Kenyataan ini dapat dipahami mengingat
untuk mengadakan latihan musik secara rutin dan berkala diperlukan banyak
peralatan musik yang lengkap dan tentunya membutuhkan banyak dana. Jadi sampai
saat ini hanya sekolah-sekolah yang favorit dan mempunyai kekuatan finansial
yang mampu melaksanakan pendidikan seni musik di sekolah dasar.
No comments:
Post a Comment