Pemetaan kajian Tartildan Ilmu Tajwid serta
Macam-macam Imlaq dan Metode Pembelajarannya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-qur’an
adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril sebagai suatu mu’jizat yang paling agung. Bahwasanya Allah yang maha
agung serta mulia mempunyai para ahli dari golongan manusia. Dikatakan
“siapakah mereka ya Rasulallah?” Rasulullah SAW. Bersabda: ahlul al-Qur’an,
mereka adalah ahlullah yang telah dikhususkan dan telah diistimewakan oleh
Allah.
Allah SWT tidak
akan menerima suatu amal perbuatan kecuali perbuatan itu dilakukan dengan
ikhlas, tulus serta benar maksud ketulusan atau kemurniannya suatu perbuatan
itu sendiriadalah sesuatu yang dituntut untuk dilakukan semata pada Allah SWT
sedangkan kebanaran suatu perbuatan yakni sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan yang
syar’i.
Oleh karena itu
kita sebagai pembaca al-Qur’an hendaknya mengetahuicara membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar, dengan mempelajari Ilmu Tajwid agar kita dapat membaca
Al-Qur’an dengan Tartil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
Tartil?
2. Apa yang dimaksud dengan
Tajwid?
3. Apa yang dimaksud dengan
Imla’?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Tartil.
2. Untuk mengetahui tentang
Tajwid.
3. Untuk mengetahui tentang
Imla’.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tartil
1.
Definisi Tartil
Tartil adalah
perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan potongan
ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir
terhadap apa yang sedang ia baca.
Allah Ta’ala berfirman, :“Dan
bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil: 4).
Ibnu Katsir berkata, “Bacalah
dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan membantu untuk memahami Al-Qur’an
dan men-tadabburi-nya. Dengan cara seperti itulah Rasulullah membaca Al-Qur’an.
Aisyah berkata, “Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil sehingga seolah-olah
menjadi surat yang paling panjang.”Beliau senantiasa memutus-mutus bacaannya
ayat demi ayat.
Tata cara membaca Al-Qur’an
yang dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara
bacaan. Zaid bin Tsabit radiallahu ‘anhu pernah ditanya, “Bagaimana pendapatmu
tentang bacaan Al-Qur’an dalam tujuh hari?” Ia menjawab, “Baik, dan jika saya
membacanya dalam setengah bulan atau satu bulan lebih saya sukai, mengapa
demikian?” Orang tadi bertanya, “Saya akan bertanya
demikian itu.”Zaid berkata, “Agar saya dapat men-tadabbur-i dan berhenti dalam
setiap bacaan.”
Ibnu Hajar
berkata, “Sesungguhnya orang yang membaca dengan tartil dan mencermatinya,
ibarat orang yang bershadaqah dengan satu permata yang sangat berharga,
sedangkan orang yang membca dengan cepat ibarat bershadaqah beberapa permata,
namun nilainya sama dengan satu permata.Boleh jadi, satu nilai lebih banyak
daripada beberapa nilai atau sebaliknya.”
Pendapat yang benar adalah,
sesungguhnya seseorang yang membaca dengan tergesa-gesa, maka ia hanya
mendapatkan satu tujuan membaca Al-Qur’an saja, yaitu untuk mendapatkan pahala
bacaan Al-Qur’an, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil disertai
perenungan, maka ia telah mewujudkan semua tujuan membaca Al-Qur’an, sempurna
dalam mengambil manfaat Al-Qur’an, serta mengikuti petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat yang mulia.
2.
Macam-Macam Tartil
Terdapat empat macam tingkatan
atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan:
a. Pertama At- Tahqiq: Bacaannya seperti
tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti membetulkan bacaan huruf dari
makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. Tingkatan bacaan tahqiq
ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran supaya dapat
melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul, atau lebih
tepat dipakai untuk proses belajar mengajar atau dunia pendidikan.
b. Kedua Al-Hadr: Bacaan yang cepat dengan
tetap menjaga hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan bacaan hadr ini biasanya
bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya mereka dapat mengulang
bacaannya dalam waktu yang singkat.
c. Ketiga At-Tadwir: Bacaan yang
pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadr, dengan tetap menjaga
hukum-hukum tajwid.
d. Keempat At-Tartil: Bacaannya
perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari makhrajnya secara tepat
serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya,
hukum dan pengajaran dari ayat.Tingkatan bacaan tartil ini biasanya bagi mereka
yang sudah mengenal makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum
tajwid. Tingkatan bacaan ini adalah lebih baik dan lebih diutamakan.
3. Lahn
Lahn adalah suatu kesalahan atau kondisi yang
menyimpang dari kebenaran. Kesalahan itu dibagi menjadi dua macam :
1) Lahn Jali (besar) yaitu
kesalahan yang terdapat dalam lafazh dan mempengaruhi tata cara bacaan, baik
itu mengubah arti atau tidak mengubahnya. Dinamakan “kesalahan besar” karena
kesalahan ini diketahui oleh ulama qiro’ah maupun orang awam, seperti:
a. Perubahan huruf dengan huruf
Seharusnya
اَلْمُسْتَقِيْمَ dibaca اَلْمُصْتَقِيْمَ
Seharusnya
اَلَّذِيْنَ dibaca اَلَّزِيْنَ
Seharusnya
اَلضَّالِّيْنَ dibaca اَلظَّالِّيْنَ
Seharusnya
اَلْمَغْضُوْبِ dibaca اَلْمَقْضُوْبِ
b. Perubahan harokat dengan harokat
Seharusnya
قُلْتُ dibaca قُلْتِ
Seharusnya
رَبِّ dibaca رَبُّ
Seharusnya
أَنْعَمْتُ dibaca أَنْعَمْتِ
Seharusnya
لَمْ يَلِدْ dibaca لَمْ يَلِدُ
c. Penambahan huruf
Seharusnya
مَنْ كَانَ dibaca مَانْ كَانَ
Seharusnya
مِنْكُمْ dibaca مِينْكُمْ
d. Penghilangan tasydid
Seharusnya
عَرَّفَ dibaca عَرَفَ
Seharusnya
بَدِّلْ dibaca بَدِلْ
e. Penambahan tasydid
Seharusnya
فَرِحَ dibaca فَرِّحَ
Seharusnya
مَرَجَ dibaca مَرَّجَ
f. Penghilangan bacaan panjang
Seharusnya
اَلْكِتَابُ dibaca اَلْكِتَبُ
Seharusnya
اَلْبَيَانَ dibaca اَلْبَيَنَ
Kesalahan-kesalahan
di atas hukumnya haram. Ulama
telah sepakat tentang keharamannya, dan pelakunya berdosa.
2) Lahn Khafi (kecil) yaitu
kesalahan yang berkaitan dengan tidak sempurnanya pengucapan bacaan; kesalahan
seperti ini hanya diketahui oleh orang yang ahli dalam bidang ini (bidang
qiro’ah, pent.), seperti:
a. Tidak sempurna dalam pengucapan dhommah.
وَنُوْدُوْا →
Seharusnya dibaca wa nuuduu tetapi dibaca wa
noodoo
b. Tidak sempurna dalam pengucapan kasroh.
سَبِيْلِهِ → Seharusnya dibaca sabiilih
tetapi dibaca sabiileh
c. Tidak sempurna dalam pengucapan fathah.
اَلْبَاطِلُ → Seharusnya
dibaca al-baathilu tetapi dibaca al-boothilu
d. Menambah qalqalah pada kata yang seharusnya tidak berqalqalah.
فَضْلَهُ → Seharusnya dibaca fadhlahuu
tetapi dibaca fadhe‘lahuu
e. Mengurangi bacaan ghunnah.
أَنَّ → Seharusnya tasydid
dibaca dengan dengung sekitar dua harakat tetapi tidak dibaca dengan dengung.
f. Terlalu memanjangkan bacaan panjang.
اَلرَّحْمَانُ →
Seharusnya mim tersebut dibaca dua harakat tetapi dibaca empat, lima,
atau enam harokat.
g. Terlalu menggetarkan ro’.
الَذُّكُوْرُ →
Seharusnya dibaca adz-dzukuur tetapi dibaca adz-dzukuurrrr
B.
Ilmu Tajwid
1.
Definisi
Ilmu Tajwid atau Tahsin
Tajwīd (تجويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan
indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab.Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci
al-Quran maupun bukan.
Istilah (terminologi) ialah:
إ
ِخْرَاجُ كُلّ ِحَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مَعَ إِعْطَائِهِ حَقَّهُ وَ مُسْتَحَقَّهُ
“Mengeluarkan setiap huruf dari tempat
keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.”
Haq huruf yaitu sifat asli yang
senantiasa ada pada setiap huruf atau seperti sifat Al-jahr, Isti’la, dan lain
sebagainya.Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat keluar huruf.
Mustahaq huruf yaitu sifat yang
sewaktu-waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu ,seperti; izh-har, ikhfa, iqlab,
idgham, qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.
Imam Ali bin Tholib mengatakan bahwa
Tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya dan memberikan hak
setiap huruf (yaitu sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti qolqolah,
Hams, dll) dan mustahaq huruf (yaitu sifat-sifat huruf yang terjadi karena
sebab-sebab tertentu, seperti izhar, idghom, dll.)
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah
menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat
al-Quran.
Pengertian tahsin (تحسين) secara bahasa sama seperti pengertian tajwid yang berasal dari
kata حَسَّنَ-
يُحَسِّنُ-
تَحْسِيْنًا
yang berarti membaguskan atau memperbaiki.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan
dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul
huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul
maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai
dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
2. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
(Tahsin)
Para ulama
menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi
mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada
lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.
Dalil kewajiban membaca Alquran dengan
tajwid adalah sebagai berikut:
1. Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala
وَرَتِّلِ
الْقُرْ ا نَ تَرْتِيْلًا..
“Dan bacalah AlQuran dengan tartil.”
(Q.S. Al-Muzzammil 73: 4).
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah
Subhanhu Wa Ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wasallam
untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang
lain:
“Dan Kami (Allah) telah bacakan
(Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad ) secara tartil (bertajwid)”. (Q.S. Al-Furqaan
(25): 32)
Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala:
“Orang-orang yang telah kami berikan Al
Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu
beriman kepadanya.Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah
orang-orang yang rugi.” (Al Baqarah: 121)
Dan mereka tidak akan membaca dengan
sebenarnya kecuali harus dengan tajwid, kalau meninggalkan tajwid tersebut maka
bacaan itu menjadi bacaan yang sangat jelek bahkan kadang-kadang bisa berubah
arti. Ayat ini menunjukkan sanjungan Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi siapa yang
membaca Al-Qur’an dengan bacaan sebenarnya.
2. Sabda Rasul:
إ
ِقْرَؤُوْا الْقُرْآَنَ بِلُحُوْنِ الْعَرَبِ وَ أَصْوَاتِهَا
(رواه
الطبران)
“Bacalah Al-Qur’an dengan cara dan suara
orang Arab yang fasih”. (HR. Thabrani)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu
Salamah Semoga Allah meridhainya (istri Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi
Wasallam), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan dan sholat Rasulullah
Shallallaahu’alaihi wasallam, maka beliau menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda
Shallallaahu’alaihi wasallam sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika
beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti
ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika
beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah)
mencontohkan cara bacaan Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam dengan
menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu
persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari
Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat
orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal dan Ubai bin
Ka’ad.” (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari).
Dalam hadits lain:
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau
menjawab bahwa bacaan beliau Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu
dengan panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim”
memanjangkan (bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar
rahiim.” (HR. Bukhari)
C.
IMLA’
1.
Definisi Imla’
Imla’ adalah membaca sesuatu
dengan keras supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik
belajar bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh
guru atau teman sekelas secara tepat. Bahan pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat
sederhana, atau bacaan singkat.
2. Macam-Macam Imla’
a.
Al Imla’ Al Hijaiy yaitu pembelajarn menulis huruf-huruf
hijaiyah
b.
Al Imla’ Al Manquly yaitu memberikan latihan meniru
tulisan kalimat pendek yang ada di buku atau papan tulis.
c.
Al Imla’ Al Mandzury yaitu guru membacakan beberapa teks
yang tertulis dipapan tulis, kemudian diperintahkan kepada siswa untuk ditulis
dengan benar dan baik sesuai dengan tulisan yang ada di papan tulis.
d.
Al Imla’ Al Ikhtibary yaitu guru membacakan beberapa teks
arab kemudian siswa diperintahkan untuk menulisnya tanpa melihat teks yang ada.
3.
Manfaat Kegiatan Imla’
Kegiatan Imla’ memiliki
beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut.
a)
Imla’ menyebabkan guru dan siswa mengetahui kesalahan
penulisan atau ejaan sebuah kata, kalimat, atau bacaan singkat secara cepat. Kesalahan
tersebut biasanya di buat tiap-tiap siswa saat mengevaluasi hasil dikte.
b)
Imla’ dapat meningkatkan kemahiran mendengarkan dan menulis
bagi para siswa.
c)
Imla’ dapat menambah perbendaan kosakata.
d)
Imla’ melatih daya ingat jaka pendek siswa akan kata-kata
kalimatyang didengar sebelum dituliskan pada kertas.
e)
Selama dan sesudah Imla’, semua siswa terlihat aktif.
f)
Imla’ dapat menjadi acuan yang baik bagi keseluruhan kemahiran
bahasa.
4. Tujuan Metode Imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
a.
Agar anak didik dapat menuliskan
kata-kata dan kalimat dalam bahasa arab dengan mahir dan benar
b. Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan
kalimat-kalimat dalam bahasa arab, akan tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi inegral.
(terpadu)
c. Melatih semua
panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran,
pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa arab.
d. Menumbuhkan agar
menulis Bahasa arab dengan tulisan indah dan rapi
e. Menguji pengetahuan
murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
f.
Memudahkan murid mengarang dalam
Bahasa arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.
5. Metode Mengajar Imla’
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
pengajaran imla’ di
kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan
murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid
menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Memberikan
apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang
akan dimulai.
b) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imlaq maka langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut :
Ø
Guru menuliskan materi pelajaran
di papan tulis dengan tulisan yang menarik
Ø
Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
Ø Setelah guru
membacakan imla’, maka suruhlah
di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
Ø
Setelah selesai membaca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk
mencatatnya di buku tulis
Ø
Mengadakan soal jawab, hal-hal
yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali
lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
Ø Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
Ø
Guru menyuruh semua siswa untuk
mencatat / menulis imla’
didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar
dan rapi.
Ø
Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa
atau dinilai
c) Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru
membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut :
Ø
Mengadakan apersepsi terlebih
dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’
Ø
Guru memulai mendikte acara imla’
secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara
sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang
cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
Ø
Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian
diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
Ø
Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru
saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya
di papan tulis
Ø
Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat
menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
Ø
Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk
dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
d) Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post
test, mengenai materi imlaq, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau
belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya,
memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang
pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.
2.
tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau
mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
3.
Imla’ adalah membaca sesuatu
dengan keras supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik
belajar bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh
guru atau teman sekelas secara tepat. Bahan pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat
sederhana, atau bacaan singkat.
4.
Daftar Pustaka
http://www.alquran-sunnah.com/alquran/ilmu-tajwid.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid
http://farizsalmanalfarisi.blogspot.com/2012/12/hubungan-ilmu-tahsin-tajwid-dan-ilmu.html
http://dinulislami.blogspot.com/2013/06/hukum-dan-tujuan-mempelajari-ilmu-tajwid.html
http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/19/pengertian-dan-hukum-mempelari-ilmu-tajwid/
http://ilmu-tajwid-lengkap-syemzoel.blogspot.com/2011/10/ilmu-tajwid.html
http://save4your.blogspot.com/2011/06/hukum-mempelajari-ilmu-tajwid.html
http://tajwidmu.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html
Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/ilmu-tajwid-tahsin-tilawatil-quran.html#ixzz3UnSzDuOe
Sumber
http://cahayaummulquro.com/muqaddimah-ilmu-tajwid/
No comments:
Post a Comment