Wednesday, January 27, 2016

Hakikat Pendidikan Karakter

ABSTRAK

 Sistem yang mengandung makna karakter bangsa berakar pada Undang-Undang Dasar 1945 dan filsafat Pancasila. Sistem nilai tersebut meliputi Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan Bangsa,  Permusyaarahan dan Keadilan. Beberapa tahun lalu sistem nilai tersebut sering ditanamkan dalam bentuk penghayatan dan pengamalan Pancasila (P-4) yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.Sekarang, ketika masyarakat dan bangsa dilanda krisis moral, sistem nilai tersebut perlu direvitalisasi, terutama dalam mewujudkan karakter pribadi dan karakter bangsa yang telah ada seperti tekun beribadah, jujur dalam ucapan dan tindakan, berfikir positif, dan rela berkorban. Melalui revitalisasi dan penekanan karakter di berbagai lembaga pendidikan, baik informal, maupun nonformal; diharapkan bangsa indonesia bisa menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks. Hal ini penting,karena di dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan. Teknologi dan seni berlangsung begitu pesat dan tingginya mobilitas manusia karena jarak ruang dan waktu menjadi sangat relatif. Berbagai tantangan dan permasalahan yang datang silih berganti dalam era globalisasi tak mungkin dihindari, karena meskipun kita menutu pintu, pengaruh globalisasi akan masuk melalui jendela atau merasuk melalui berbagai cara. Bangsa indonesia harus masuk dalam arus perubahan tersebut, dan ikut bermain dalam era globalisasi bahkan harus mampu mengambil peluang agar dapat memnfaatkannya demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Dalam rangka mempertinggi daya saing, kemampuan memahai hakikat perubahan, dan memanfaatkan peluang yang timbul, serta mengantisipasi terkikisnya rasa nasionalisme dan erosi ideologi kebangsaan, serta penanaman sistem nilai bangsa Indonesia diperlukan pengkajian kembali terhadap pendidikan karakter, yang selama ini dipandang sudah hilang dari kehidupan bangsa indonesia. Kalaupun karakter tersebut masih ada, maka hanya dimiliki dan dimalkan di daerah-daerah atau lokasi-lokasi tertentu saja, seperti di lingkungan pondok pesantren. Pemerintah mempertegas pelaksanaan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi. Pemerintah juga telah mengembangkan rencana strategis (renstra) pendidikan karakter yang disusun hingga tahun 2025, dengan harapan pembangunan karakter bangsa dapat berlangsung secara berkelanjutan. Hal tersebut sangat penting sebab akan sia-sia saja berbicara panang lebar tentang pendidikan karakter, jika di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat anak selalu dihadapkan pada nilai-nilai yang bertentangan dengan karakter yang ditanamkan di sekolah. Kitapun kurang memiliki kemauan untuk menjujung tinggi dan mengajarkan prinsip-prinsip dasar kehidupan kepada generasi bangsa, yang dapat  mendorng masyarakat untuk melalukan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemeintah (Mendiknas) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Melalui pendidikan karakter, kita berharap bangsa indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada oranglain dan bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing, bersanding, bahkan dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan global.
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuu ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contok dapat dikemukakan misalnya : ajuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk duduk dengan baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lai, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orangtua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua, menolong teman dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir ( never ending procces), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter harus menumbuhkembangkan nilai-nilai ilosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh (kaffah). Dalam konteks Negara Kesatan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran, pemahaman, dan kecerdasan kultural masyarakat.









DAFTAR ISI
Abstrak...................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................        i
Daftar isi.................................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Pendidikan Karakter............................................................................        1
Kunci Sukses Pendidikan Karakter Di Sekolah.................................        6
Membangun Karakter Peserta Didik..................................................        12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................        16
Daftar Pustaka


BAB II
PEMBAHASAN
2.1       PENDIDIKAN KARAKTER
A.    Hakikat Pendidikan Karakter
Dalam konteks pemikiran islam, karakter berkaitan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan aristoteles,bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.
Wynne (1991)[1] mengemukakan baha karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark” (menandai) danmemfokuskan ada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikataka orang ang memliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama islam Kementrian Agama republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasikan pada perilaku individu yang bersifat unik,dalam arti secara khusus ciri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri tersebut dpat diidentifikasikan pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Dengan demikian, istilah karakter berkaitan erat dengan personality (kepribadian) seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. Meskipun demikian, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang yang telah terbiasa secara sadar menghargai pentingnya nilai-nilai karakter.
 Lebih lanjut lickona (1992) menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character, yaitu moral knowing ata pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau tindakan moral. Moral knowing berkaitan dengan moral awereness, knowing moral values,perspertive taking, moral reasoning, desision making dan self-knowledge. Moral feeling berkaitan dengan conscience, self esteem, empathy, loving the good, self-control dan humility; sedangkan moral action merupakan perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasan (habit). Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, agar peserta didik menyadari, memahmi, merasakan dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari , nilaikebajikan itu secara utuh dan menyeluruh (kaffah).
Megawangi pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan berkarakter, baik sekolah maupun diluar sekolah, yaitu sebagai berikut.
1.      Cinta Allah dan kebenaran
2.      Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3.      Amanah
4.      Hormat dan santun
5.      Kasih sayang, peduli dan kerja sama
6.      Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
7.      Adil dan berjiwa kepemimpinan
8.      Baik dan rendah hati
9.      Toleran dan cinta damai
Dalam prespektif Islam, pendidkan karakter secara teoritik sebenarnya telah ada sejak islam diturunkan didunia, seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah,tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter nabi muhammad SAW, yang memiliki sifat shidi, Tabligh, Amanah, Fathonah (STAF).[2]

B.     Pendidikan Karakter Bangsa
Di indonesia, pendidikan karekter bangsa sebenarnya telah berlangsung lama, jauh sebelum indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional memiliki pandangan tentang pendidikan karakter sebagai asas taman siswa 1922, dengan tujuh prinsip sebagai berikut.2
1.      Hak seseorang untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya persatuan dalam kehidupan umum.
2.      Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinnya, pikirannya dan tenaganya.
3.      Pendidikan harus selaras dengan kehidupan.
4.      Kultur sendiri yang selarasdengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup.
5.      Harus bekerja menurut kekuatan sendiri.
6.      Perlu hidup dengan diri sendiri.
7.      Dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik.
Pada 1946, Taman siswa memiliki Panca Dharma, yaitu kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Oleh karena itu, dewantara mengartikan pendidikan sebgai proses pembudayaan kodrat alam setiap individu dengan kemampuan untuk mempertahankan hidup, yang tertuju pada tercapainya kemerdekaan lahir batin sehingga memperoleh keselamatan,keamanan , kenyamanan dan kebhagiaan lahir batin. Dalam asas taman siswa, dewantara ingin mendidik manusiaIndonesia secara utuh (kaffah), yang dapat hidup mandiri, efektif, efisien, produk, dan akuntabel. Untuk kepentingan tersebut, masyarakat khususnya peserta didik perlu dibekali dasar-dasar kehidupan agar memiliki kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi, menuju masyarakat yang aman, tertib, dan damai.
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang study yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pengembangan diri peserta didik yang selama ini diselenggarakan sekolah/madrasah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan diri peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab , serta potensi, kompetensi dan prestasi peserta didik.
C.    Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidika dan menggunakan penegtahuannya, mengkaji dan menginternasialisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukkan budaya sekolah/madrasah,yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata masyarakat luas.
D.    Implementasi Pendidikan Karakter
Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian,apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain dijadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.
 Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi metode berikut :
(1)   Penugasan,
(2)   Pembiasaan,
(3)   Pelatihan,
(4)   Pembelajaran,
(5)   Pengarahan, dan
(6)   Keteladanan.
Berbagai metode tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan karakter peserta didik. Pemberian tugas yang sangat besar disertai pemahaman akan dasar-dasar filosofisnya, sehingga peserta didik akan mengerakan berbagai tugas dengan kesadaran dan pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan, dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerjasama (team work) dan kegigihan dalam berusaha.
KUNCI SUKSES PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
A.    Pahami Hakikat Pendidikan Karakter
Morak understanding sebagai aspek pertama yang harus diperhatikan dalam pendidikan karakter, memiliki enam unsur yaitu kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing about moral values), penentuan sudut pandang (prespective taking),logika moral dan pengenalan diri (self knowledge). Keenam unsur tersebut merupakan komponen-komponen yang harus ditekankan dalam pendidikan karakter, serta diajarkan kepada peserta didik dan diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran secara kaffah.
Moral loving/moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus diraakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri (self-esteem), motivasi diri (self-motivation), disiplin diri (self-dicipline),kepekaan terhadap penderitaan oranglain (empathy), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri ( self-control), dan kerendahan hati( humility).
Untuk mensukseskanpendidikan karakter disekolah-sekolah, perlu dilakukan identifikasi karakter, karena pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan panjang tanpa ujung, seperti petualangan tanpa peta. Dalam hal ini, heritage foundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya,
2.      Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri,
3.      Jujur,
4.      Hormat dan santun,
5.      Kasih sayang, peduli, dan kerja sama,
6.      Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
7.      Keadilan dan kepemimpinan,
8.      Baik dan rendah hati, serta
9.      Toleransi, cinta damai dan persatuan.
Selain itu, Character Counts di Amerika mengidentifikaskan bahwa karakter-karakter yang menjai pilar adalah
1.      Dapat dipercaya (trusworthiness),
2.      Rasa hormat dan perhatian (recpect),
3.      Tanggung jawab (responsibility),
4.      Jujur (fairness),
5.      Peduli (caring)
6.      Kewarganegaraan (citizenship),
7.      Ketulusan (honesty),
8.      Berani (courage),
9.      Tekun (diligence),dan
10.  Intergrity.
Meskipun demikian, karakter Nabi besar Muhammad SAW, hanya mencakup empat hal, shidiq, amanah, tablig, fathonah (STAF). Namun begitu, keempat hal tersebut telah mencakup seluruh perilaku, sehingga Dia dijuluki sebagai Al Amin (orang yang dapat dipercaya).
 Berkaitan dengan pendidikan karakter ini, Character Education Quality Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut.
1.      Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2.      Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3.      Menggunakan pendekatan yang yaam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
4.      Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepdulian.
5.      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukka perilaku yang baik.
6.      Memiliki cakupa terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang mengargai semua peserta ddik, mmbangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7.      Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik.
8.      Memfungsikan seluruh staf sekolah sebgai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama.
9.      Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif karakter.
10.  Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam membangun insiatif pendidikan karakter.
11.  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

B.     Sosialisasikan Dengan Tepat
Dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah adalah mensosialisasikannya dengan tepat terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap masyarakat dan orangtua serta peserta didik. Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar pendidikan karakter yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan pendidikan karakter. Setelah sosialisasi, kemudian diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyukseskan implementasi pendidikan karakter.
C.    Ciptakan Lingkungan Yang Kondusif
Dalam menyukseskan pendidikan karakter disekolah adalah lingkungan yang kondusif- akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, dipadukan dengan optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik (student-centered activities) merupakan iklim yang dapat membangkitkan nafsu, gairah, dan semgat belajar. Iklim yang demikian akan mendorong terciptanya masyarakat belajar di sekolah, karena iklim yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menmbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
Lingkungan yang kondusif antara lain dapatdikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut.
1.      Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. Pilihan dan pelayanan individual bagi peserta didik, terutama bagi mereka yang lambat belajar akan membangkitkan nafsu dan semangat belajar, sehingga membuat mereka betah belajar di sekolah.
2.      Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau  berprestasi rendah. Dalam sistem pmbelajaran klasikal, sebagian peserta didik akan sulit untuk mengikuti pembelajaran secara optimal, dan menuntut peran ekstra guru untuk memberikan pembelajaran remedial.
3.      Mengembangkan organisasi elas yang efektif, menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. Termasuk dalam hal ini, adalah penyediaan bahan pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik, serta pengelolaan kelas yang tepat, efektif dan efisien.
4.      Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta peserta didik dengan guru  dan pengelola pembelajaran lain. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap peserta memiliki kesempatan yang luas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya tanpa ada rasa takut mendapatkan sanksi atau dipermalukan.
5.      Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran. Dalam hali ini, guru harus mampu memposisikan diri sebagai pembimbing dan manusia sumber. Sekali-sekali, cobalah untuk melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan pembelajaran, agar mereka merasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
6.      Mengembangkan prose pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, an sebagai sumber belajar.
7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pemeblajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (self-evaluation). Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator harus mampu membantu peserta didik untuk menilai bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam proses belajar yang dilaluinya.

D.    Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai
Dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah berkaitan dengan fasilitas dan sumber belajar yang memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dpat dilaksanakan secara optimal. Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, selain guru harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatiff mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah dan sumber belajar yang lbih konkret.
Secara umum dapat dikemukakan dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar dalam menyukseskan implementasi pendidikan karakter. Pertama, membawwa sumber belajar ke dalam kelas. Dari aneka ragam dan bentuknya  sumber belajar dapat digunakan  dalam proses pembelajaran dikelas, atau menghadirkan tokoh masyarakat sebagi manusia sumber. Contoh konkretnya, yaitu klesa yang sedang mengkaji bahaya narkoba, bisa bekerjasama dengan kepolisian untuk menghadirkan anggotanya didalam kelas dan memberikan penjelasan kepada peserta didik. Kedua, membawa kelas ke lapangan di mana sumber belajar berada. Adakalanya terdapat umber belajar yang sangat penting dan menunjang tujuanbelajar tetapi tidak dapat dibawa ke dlam kelas karena mengandung resiko yang cukup tinggi, atau memiliki karakterristik yang tidak memungkinkan  untuk dibawa ke dlam kelas.
Pengembangan fasilitas dan sumber belajar sudah sewajarnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas dan sumber belajar , baik kecukupan kesesuaian, maupun kemutahkhirannya, terutama sumber-sumber belajar dirancang by didesign secara khusus untuk kepentingan pemebelajaran.

E.     Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan ditiru
Guru sebagai pengganti peran orangua di sekolah pelu memiliki kesadaran, emahaman, kepedulian dan komitmen untuk membimbing peserta didik menjadi manusia shaleh yang bertaqwa. Allah berfirman : “ sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu) dan  di sisi Allah-lah pahala yang besar “ (QS. Ath-Thaghabun 14-15)
Mengingat bahwa pendidikan karakter pada spek sikap,nilai, dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari gurunya. Dalam hal ini, bagaimana setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru.
Untuk menyukseskan implementasi pedidikan karakter di sekolah perlu megubah paradigma guru, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tgas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus dilatih menadi fasilitator yang bertuga memberikan kemudahan belajar (fasilitate of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas,dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa gembira, penuh semangat, tidak cemas,dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menadi manusia yang siap eradaptasi, menghadapi berbagai kemungkinan,dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 sikap seperti yang diidentifikasikan Roger (dalam Knowles, 1984) sebagai berikut:
1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendaapt dan keyakinannnya,atau kurang terbuka;
2.      Dapat lebih mendenarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;
3.      Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatf, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun;
4.      Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap pembelajaran;
5.      Dapat menerima balikan feeback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, an menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perlakunya;
6.      Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selam proses pembelajaran; dan
7.      Menghargai prestasi peserta didik, meskipun mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.

F.     Libatkan Seluruh Warga Sekolah
Pelibatan seluruh arga sekolah dalam menyukseskan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui strategi umum dan strategi khusus.
1.      Srtategi Umum
Harus dilakukan berdasarkan rancana kebutuhan yang jelas (educational planning on manpower recruitment). Dengan demikian, tidak akan terjadi ketimpangan antara kebutuhan akan tenaga pendidikan dengan tenaga kependidikan yang tersedia. Perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan profesional. Setiap warga sekolah harus mampu untuk tidak bergantung pada pekerjaan yang diberikan oleh orang lain. Dan dunia industri perlu terus menerus dikembankan ,terutama dalam memanfaatkan perusahaan dan dunia industri untuk laboratorium praktik, dan objek studi.
2.      Strategi Khusus
Strategi khusus adalah startegi yang langsung berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan manajemen yang lebih efektif.
Pertama, dalam kaitannya dengan kesejahteraan,perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut: (a) penghasilan perlu disesuaikan agar tercapai standar yang wajar bagi kehidupan, (b) peningkatan kesejahteraan,(c) perlu diberlakukan sistem kontrak, dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.
Kedua, pendidikan prajabatan perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) memperbaiki sistem pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat dan pembangunan, (b) perlu dilakuakan reorientasi program pendidikan, (c) perlu dipersiapkan secara matang melalui pendidikan yang bermutu.
Ketiga, tenanga kependidikan perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan kualitas,(b) sejalan dengan semangat reformasi, (c) pembinaan tenaga kependidikan sehingga dapat mengembangkan kemampuan sesuai kebutuhan.

2.2       MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK
A.    Membangun Karakter Peserta Didik yang Lamban( Slow Learner)
Slow learning menunjuk pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akibat kelambanan dalam perkembangan, terutama perkembangan mental.


1.      Intelegensi
Merupakan kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa, memecahkan masalah, menyesuaikan diri, dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupan berfikir seseorang. Untuk mengetahui status peserta didik yang memiliki IQ tertentu, maka perlu diketahui kiteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan intelegensi.
TINGKAT IQ
KELOMPOK
130 keatas
Pandai sekali (genius)
110-129
Pandai
90-109
Rata-Rata atau Normal
79-89
Kurang pandai
50-69
Lemah ingatan
30-49
Debiel
Kurang dari 30
Imbeciel-ideot

Hasil tes yang diperoleh oleh peserta didik disebut Mental Age (MA) atau umur mental, sedangkan umurnya Cronological Age (CA). Dengan demikian, tingkat kecedasan seseorang atau intelegensi Question (IQ) dapat diformulasikan sebagai berikut.
       
Untuk memperoleh bilangan bulat maka dikalikan 100 sehingga
Misalnya seorang siswa berumur 12 tahun (CA),hasil tesnya 10 tahun (MA), maka tingkat kecerdasannya adalah
            = 83
2.      Ciri-ciri Peserta didik lambat belajar akan menampakkan gejala-gejala yang menjadi ciri-cirinya sebagai berikut.
a.       Lamban. Peserta didik kelompok belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran.
b.      Kurang mampu. Kurang mampu berkonsentrasi, berkomunikasi dengan orang lai, mengemukakan pendapat, sertaa kurang kreatif.
c.       Tidak berprestasi.
d.      Motoriknya lamban.
e.       Perilakunya negatif.
3.      Memahami latar belakang peserta didik lambat belajar.
a.       Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi,melalui :
Buku catatan pribadi, dokumentasi, catatn kesehatan
b.      Menumpulkan data baru sebagai pelengkap

4.      Usaha- usaha bimbingan
a.       Pemberia informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik secara belajar di sekolah atau di rumah.
b.      Bantuan penempatan(placement)
c.       Mengadakan pertemuan dengan orangtua untuk konsultasi.
d.      Memberikan pembelajaran remidi
e.       Menyajikan pembelajaran secara konkret
f.       Memberikan layanan konseling
g.      Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik




BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Disinilah perlunya kerjasama antara orangtua, sekolah dan masyarakat dalam pendidikan karakter. Bukan lagi mencari kambing hitam terhadap kualitas pendidikan kita, tidak pada tempatnya saling menyalahkan kebobrokan generasi bangsa. Saatnya sekarang adaah menjadi negara dan bangsa yang terhormat, dan bermartabat, bukan bangsa yang korupsi, kasar, dan yang suka kekerasan, juga bukan teroris yang dituduhkan sekarang ini. Belum lambat untuk bertindak,marilah kita mulai memperbaiki kehidupan, kehidupan berbangsa, dan bernegara agar kita bisa menjadi negara maju, dan bangsa yang bermartabat, dengan masyarakat yang kuat.
Hasil analisis terhadap perilaku kehidupan masyarakat di negara maju, dalam kehiduan sehari-hari mayoritas penduduknya memnuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut :
1.      Memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Menjunjung tinggi kejujuran dan integritas,
3.      Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya,
4.      Menghormati aturan dan hukum,
5.      Mengormati hak-hak orang lain,
6.      Menekuni dan mencintai pekerjaannya,
7.      Berusaha keras untuk menabung dan investasi,
8.      Mau bekerja keras, cerdas, dan ikhlas,
9.      Disiplin dan tepat waktu,
10.  Bertawakal dalam perbuatan.





DAFTAR PUSTAKA

Jalal, Fasli Dan Supriadi, Dedi. 2011. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita.
Koesoma A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kementrian Pendidikan Nasional.2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta :Kemendiknas.
Prof.Dr.H.E. Mulyasa, M.Pd.2011.Management Pendidikan Karakter. Jakarta-PT Bumi Aksara



[1] Prof.Dr.H.E. Mulyasa, M.Pd.2011.Management Pendidikan Karakter. Jakarta-PT Bumi Aksara hal 3
2 Koesoma A, Doni.2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia hal 25

1 comment: