Sunday, February 5, 2017

PENDEKATAN PEMBELAJARANSD/MI


PENDEKATAN PEMBELAJARANSD/MI

A.           PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran.[1]
Seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas.
Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang yang kedua, dan seterusnya.

B.            TUJUAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Tujuan pembelajaran antara lain:[2]
1.             Membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimilikinya. Setiap guru harus menyadari bahwa semua siswa memiliki potensi belajar yang berbeda-beda.
Tugas guru adalah mengoptimalkan potensi yang mereka miliki sehingga dengan pembelajaran yang siswa lakukan, mereka dapat belajar sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik dan efektif memungkin proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memungkinkan siswa menggunakan semaksimal mungkin potensi yang mereka miliki.Sebuah kerugian yang besar jika dalam pelaksanaan pengajaran, siswa tidak belajar secara maksimal karena adanya hambatan-hambatan belajar yang diakibatkan karena lemahnya manajemen kelas yang dilakukan oleh guru.
2.             Menghilangkan atau mereduksi hambatan-hambatan pembelajaran, baik akan dapat menghilangkan atau paling tidak mereduksi (mengurangi) hambatan-hambatan belajar yang selalu akan muncul selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran dapat terhambat oleh beragam sebab. Di dalam sebuah kelas misalnya, hambatan bisa saja muncul dari salah satu siswa yang mungkin membuat keributan sehingga mengganggu proses pembelajaran seluruh siswa di kelas itu. Guru yang handal akan dapat memanajemen hal ini sehingga hambatan yang muncul karena keributan atau gangguan tersebut tidak berlangsung sampai parah, atau bahkan dapat dihindarkan muncul saat semua siswa aktif belajar.
3.             Pengaturan lingkungan fisik, sosial dan emosional sehingga siswa dapat mendukung belajar siswa.
Dalam melakukan manajemen kelas, seorang guru harus dapat mengelola banyak hal. Salah satu hal penting yang berkaitan dan berpengaruh dalam manajemen kelas adalah lingkungan belajar siswa. Lingkungan belajar siswa pada suatu kelas dapat berupa lingkungan fisik seperti bagaimana susunan meja dan kursi, letak papan tulis, letak alat dan bahan, hingga sumber pembelajaran. Selain itu lingkungan sosial dan emosional juga merupakan hal yang amat penting dalam memanajemen kelas. Bagaimana tingkah laku guru di kelasnya akan membentuk atmosfer yang khas. Seharusnya atmosfer yang tercipta adalah atmosfer yang mendukung proses pembelajaran berlangsung efektif. Guru yang ramah, terbuka, dan tanggap terhadap kebutuhan siswanya dan segera memfasilitasi hal-hal pada tempatnya akan dapat membentuk lingkungan sosial emosional yang kondusif untuk pengajarannya dan proses pembelajaran anak.
4.             Membimbing siswa berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka masing-masing.
Siswa datang dari beragam jenis keluarga. Mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Mereka terlahir dari ayah dan ibu yang berbeda, sehingga semua perbedaan itu membentuk karakteristik yang unik pada diri setiap siswa. Ini berarti bahwa tidak ada siswa yang identik. Semuanya berbeda-beda, dan guru harus mampu memenuhi kebutuhan mereka semua dalam kaitan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Menyelami karakteristik setiap siswa akan dapat membawa guru untuk mengerti apa sesungguhnya kebutuhan belajar mereka masing-masing. Pembelajaran yang dilakukan guru seharusnya akan membantu guru untuk tujuan pemenuhan kebutuhan masing-masing siswa yang berkarakteristik unik ini.




C.           FUNGSI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah:[3]
1.             Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2.             Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3.             Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.             Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul, dan
5.             Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

D.           JENIS-JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar yang digunakan guru. Richard Anderson mengajukan dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teachercenter dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut studentcenter. Pendekatan pertama disebut pula pendekatan otokratis dan pendekatan kedua disebut pendekatan demokratis. Pendapat lain dikemukakan oleh Massialas yang mengejukan dua pendekatan yaitu pendekatan ekspository dan pendekatan inquiry. Kedua pendekatan ini pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya saja yang berbeda.[4]
Dan menurut Pupuh Faturraohman pendekatan yang ada dalam pembelajaran SD/MI terdiri dari beberapa jenis yaitu:[5]
1.             Pendekatan Ekspository Learning
Pendekatan ini dilator belakangi anggapan terhadap siswa bahwa mereka masih kosong dengan ilmu. Pendekatan ini sangat cocok diterapkan pada materi ketauhidan. Dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai desainer dan sebagai actor.
Dalam system ini juga guru menyajikan materi ajar dalam bentuk yang telah disiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan merencanakannya secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur pendekatan ekspositori learning ini adalah:
a.              Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b.             Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk megarahkan perhatian anak didik kepada materi yang diajarkan.
c.              Persentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah didiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
d.             Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi), tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan.
Langkah-langkah pendekatan ekspository learning adalah:
1)   Penentuan tema pokok bahasan;
2)   Menyusun pokok bahasan;
3)   Menjelaskan materi secara baik;
4)   Melakukan kegiatan revisi.
2.             Pendekatan Enquiry Learning
Enquiry learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sisitem belajar mengajar ini guru menyajiakan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Pendekatan enquiry learning dilatarbelakangi oleh anggapan seorang pendidik bahwa siswa merupakan subjek dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan. Dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai supervisor,fasilitator, mediator, dan komentator.
Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat meumbuhkan motivasi intrinsik, karena anak didik merasa puas atas penggunaannya sendiri.secara garis besar prosedur pendekatan enquiry learning adalah:
a.              Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
b.             Problem Statement. Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipanadang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban semetara atas pertanyaan yang diajukan.
c.              Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan ujicoba sendiri, dan sebagainya.
d.             Data Processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, obeservasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat keprcayaan tertentu.
e.              Verification, atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu, kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, atau apakah terbukti atau tidak.
f.              Generalization. Berdasarkan hasil verivasikasi tadi anak didik belajar menarik kesimpulan.  
Pendekatan enquiry learning  sangat cocok untuk materi mata pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannnya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari
Langkah-langkah dalam proses inkuiri:
a.    Pemberian masalah keada siswa
b.    Hipotesis (spesifikasi permasalahan)
c.    Pengumpulan data
d.   Pengolahan data untuk menjawab hipotesis yang dibuat
e.    Pembuatan kesimpulan
3.             Mastery Learning
Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut dengan “situasi belajar”. Dalam situasi belajar terdapat aneka macam kecepatan individu sebagai peserta belajar (baik murid maupun mahasiswa). Ada murid yang cepat menguasai pelajaran sehingga ia dapat berpartisipasi penuh dalam proses interaksi kelas. Disamping itu ada pula murid-murid yang lamban sehingga tingkat partisipasinya rendah. Mereka akanmegalami kesukaran dalam mengikuti kecepatan belajar yang digunakan guru. Mereka akan mengalami kesulitan apalagi bantuan yang diberikan terhadap mereka kurang sekali.
Belajar tuntas didasarkan pada kondisi obyektif bahwa setiap siswa dapat mencapai belajar tuntas, namun biasanya embutuhkan waktu yang berbeda-beda. Dalam realitasnya ada siswa yang dpat menguasai 90-100% bahan ajar yang disampaikan guru, namun sebagiannya baru menguasai 50-80% bahkan ada yang baru menguasai lebih rendah dari rata-rata.
Dalam belajar tuntas setiap orang normal dapat menguasai keterampilan tertentu pada tingkat penguasaan yang memuaskan. Dengan demikian belajar tuntas menolak istilah adanya kewajaran dalam kegagalan kalau yang bersangkutan memang belum mendapatkan bantuan belajar yang seharusnya.
4.             Humanity Education
Menurut muhibin syah, humanity education adalah sebuah sisitem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah system pendekatan PBM.
Pendekatan ini menekankan pengembangan martabat manusia yang bebas membuatpilihan dan berkeyakinan. Dalam system ini pengembangan ranah rasa merupakan hal penting dan perlu diintegrasikan dengan proses belajar pengembangan ranah cipta. Perbedaan yang menonjol dalam pendidikan humanistic adalah peranan guru yang lebih banyak menjadi pembimbing daripada pemberi ilmu pengetahuan kepada siswa. Disamping itu pendidikan humanistic juga menitikberatkan pada upaya membatu siswa agar dapat mencapai perwujuda dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan kekhususan yang ada pada diri siswa. Dalam hal pengguanaanya dalam PBM pada prinsipnya relative sama dengan enquiry discovery, hanya titik tekannya yang berbeda.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai fasilitas fasilitator.
a.              Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal yang baik.
b.             Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih umum
c.              Dia mempercayai adanya keingina dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi sendirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna.
d.             Dia mencoba mengatur dan  meyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu tujuan merek.
e.              Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok. Di dalam menggapai ungkapan-ugakapan di dalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik sebagai individual ataupun sebagai kelompok.
f.              Bila mana cuaca penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipas, seorang anggota kelompok. Dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
Selain itu, macam-macam pedekatan juga terdiri dari beberapa aspek, yaitu :[6]
a.              Pendekatan Kekuasaan
Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.
b.             Pendekatan Kebebasan            
Pengeolaan kelas bukan membiarkan anak belajar dengan laisess-faire, tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka, bebas,nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.
c.              Pendekatan Keseimbangan Peran
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan yang disepakati guru dan murid.isi atura berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tidak  oleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas dan aturan yang boleh atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
d.             Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang memungkinkan proses pembelajaran. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
e.              Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial
Goleman dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa mengajar tanpa keterlibatan emosional dan kegiatan syaraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hhubungan sossial yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antar guru-murid dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social pembelajaran.
f.              Pendekatan Kombinasi
Pada pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan untuk mempertahankan dan menciptakan suasana belajar yang baik. Guru memiliki peran penting untuk menganalisis kapan dan bagaimana tindakan itu tepat dilakukan. Semua orang mudah melakukan tindakan, tetapi bertindak pada waktu yang tepat, dengan cara yang akurat dan tujuan yang bermanfaat, adalah tidak mudah, dan guru harus mencermati hal tersebut.

E.            MENENTUKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Seorang guru dalam perencanaan proses pembelajaran diharuskan memiliki pengetahuan serta kemampuan dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Pendekatan pembelajaran tersebut dapat menjadi acuan guru dalam memberikan respon-respon yang tepat terhadap muridnya selama proses pembelajaran berlangsung. Terdapat berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendenkatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning).

1.             Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan konsep belajar yang membentu gutu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kegidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keteramplilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questing), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (autentic assesment). Menurut zahorik ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajran kontekstual:
a.    Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning);
b.    Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan caramempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian mempehatikan detailnya;
c.    Pemahaman pengetahuan (undrestanding knowledge), yaitu dengan cara: Hipotesis, Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar tanggapan itu, Konsep tersebut direvisi dan dikembangkan;
d.   Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge);
e.    Melakukan refleksi terhadap strategi pengetahuan tersebut;

2.             Bermain Peran (Role Playing)
Dalam pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kleas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara-cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal in, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar manusia terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubunganantar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secra bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Dari dimensi sosial, model ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui model ini para peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.
3.             Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut dengan “situasi belajar”. Dalam situasi belajar terdapat aneka macam kecepatan individu sebagai peserta belajar. Ada peserta didik yang cepat menguasai pelajaran sehingga ia dapat berpartisipasi penuh dalam proses interaksi kelas. Disamping itu ada pula peserta didik yang lambat sehingga tingkat partisipasinya rendah. Mereka yang terakhir ini akan mengalami kesukaran dalam mengikuti keepatan belajar yang digunakan guru. Mereka akan mengalami kesulitan apalagi bantuan yang diberikan terhadap mereka kurang sekali.
Bagi siswa yang tingkat penguasaannya rendah diperlukan perbaikan yang terus menerus. Itulah sebabnya dalam filsafat belajar, 10x2 lebih baik dari pada 2x10. Taraf belajar tuntas ini dapat diformulasikan penentuan proporsi waktu yang tersedia untuk belajar secara tepat dengan waktu yang dibutuhkan untuk belajar.
Model belajar tuntas dapat digunakan dengan baik apabila tujuan pengajaran yang hendak dicapai itu adalah tujuan yang termasuk ranah kognitif dan psikomotorik. Pencapaian ranah afektif tidak sesuia dengan menggunakan model belajar tuntas, karena kejelasan (ketuntasan) keterukurannya sukar sekali. Sebaliknya, ranah kognitif dan psikomotorik memiliki batasan ketuntasan yang lebih jelas dan lebih mudah dirumuskan menjadi obyek yang dapat dikuantifikasi.
Bentuk pengajaran dalam model-model belajar tuntas ini bisa dilaksanakan secara individual, tetapi dapat juga secara berkelompok. Pengajaran individual dapat dilakukan didalam kelas, dalam arti perlakuan terhadap peserta didik tetap bersifat individual sesuai dengan kemajuan dan kemmapuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Tentu saja strategi individual ini memerlukan kelengkapan perangkat penunjang seperti modul, laboratorium, ataupun teaching machine.
4.             Pembelajaran Partisipatif
Pada hakekatnya belajar merupakan intaraksi antara peserta didik dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari pseserta didik dalam pembelajaran. Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilam pembelajaran.
Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Indikator pembelajaran partisipati antara lain dapat dapat dilihat dari keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan dan dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

v   LATIHAN
Pilihlah salah satu pendekatan yang paling efektif untuk pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak, buatlah langkah-langkahnya dan praktikkan!

v   RANGKUMAN

1.             Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum
2.             Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran
3.             Tujuan dari pendekatan adalah membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka masing-masing
4.             Fungsi pendekatan pembelajaran beberapa diantaranya  adalah sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan, memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran, menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai, mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul.
5.             Pendekatan memiliki beberapa jenis yaitu pendekatan ekspository learning atau bisa disebut sebagai teacher center, pendekatan enquiry learning atau bisa disebut student center, mastery learning, dan humanity education.
6.             Pendekatan pembelajaran tersebut dapat menjadi acuan guru dalam memberikan respon-respon yang tepat terhadap muridnya selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendenkatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning).

v   TES FORMATIF
Soal pilihan ganda
Kerjakan soal dibawah ini dengan memberi silang (x)pada jawaban yang menurut anda benar!
1.             Titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum adalah definisi dari…
a.    Metode pembelajaran
b.    Media pembelajaran
c.    Pendekatan pembelajaran
d.   Strategi pembelajaran

2.             Membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimilikinya, merupakan salah satu…
a.    Tujuan pendekatan pembelajaran
b.    Fungsi pembelajaran
c.    Alat pembelajaran
d.   Strategi dalam sebuah pembelajaran

3.             Salah satu tujuan pendekatan pembelajaran adalah…
a.    Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
b.    Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
c.    Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul,
d.   Pengaturan lingkungan fisik, sosial dan emosional sehingga siswa dapat mendukung belajar siswa

4.             Berikut ini merupakan dari prosedur salah satu jenis pendekatan ekspository learning, kecuali…
a.    Preparasi
b.    Rekomendasi
c.    Apersepsi
d.   Persentasi


5.             Enquiry learning adalah…
a.    Menjelaskan materi secara baik
b.    Melakukan kegiatan revisi
c.    Belajar mencari dan menemukan sendiri.
d.   Penentuan tema pokok bahasan.

6.             Secara garis besar prosedur pendekatan enquiry learning adalah…
a.    Simulation, Problem Statement, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization
b.    Apreseption Simulation, Problem Statement, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization
c.    Simulation, ProblemHipotesis, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization
d.   Simulation, Problem Statement, Data Collection, include, Verification, Generalization

7.             Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai fasilitas,fasilitator adalah…
a.    Fasilitator sebaiknya memberi tantangan yang penciptaan suasana awal yang baik.
b.    Fasilitator menyulitkan untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih umum.
c.    Dia tidak mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi sendirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna.
d.   Dia mencoba mengatur dan  meyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu tujuan merek.

8.             Berikut ini merupakan jenis-jenis pendekatan pembelajaran, kecuali
a.    Pendekatan kekuasaan
b.    Pendekatan pembelajaran
c.    Pendekatan kebebasan
d.   Pendekatan pengajaran

9.             Komponen utama pembelajaran produktif yakni…
a.    konstruktivisme, bertanya (questing),
b.    menemukan (inquiry)
c.    masyarakat belajar (learning community),
d.   semua jawaban tepat
10.         Terdapat berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendekatan tersebut antara lain…
a.    Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning).
b.    Konstruktivisme, bertanya (questing), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (autentic assesment)
c.    Mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah
d.   Respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes formatif 10. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap modul 10.

Jumlah jawaban yang benar  
Tingkat penguasaan =                                                 X 100%
                                                Jumlah soal
 


Arti tingkat penguasaan : 90 – 100% = baik sekali
                                         80 –   89%  = baik
                                         70 -  79%   = cukup
                                             <  70%   = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat meneruskan ke modul 5. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum dikuasai.
KUNCI JAWABAN
1.                                                                                                                                             C      6.   A
2.                                                                                                                                             A      7.   D
3.                                                                                                                                             D      8.   B
4.                                                                                                                                             B      9.   D
5.                                                                                                                                             C      10. A




GLOSARIUM

Alternatif : pilihan diantara dua atau beberapakemungkinan
Mereduksi :menghilangkan,mengurangi
Atmosfer : pelindung bumi
Apersepsi : adalah menyampaikan tujuan pembelajaran yang bertujuan untuk memotifasi peseerta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
Preparasi : mempersiapkan
Persentasi: Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu bentuk komunikasi.
Resitasi : penugasan
Simulation :suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang abstrak tertentu.
Data collection : kumpulan data atau dokumen
Problem statement : pernyataan masalah
Data processing : Pemrosesan data (Inggris: data processing) adalah jenis pemrosesan yang dapat mengubah data menjadi informasi atau pengetahuan
Verifikasi: merupakan proses pemeriksaan kesesuaian model logika operasional dengan logika diagram alur atau dapat disederhanakan dengan “apakah terdapat kesalahan dalam program?”.
Validitaas: adalahproses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi,merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata?
Hardware: perangkat keras
Mastery learning: belajar tuntas
Humanity education : sebuah sisitem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah system pendekatan PBM.
Medium
Eksternal : bagian luar dari suatu hal
Source: sumber
Receiver: penerima
Massage: pesan
Methods : adalah sebuah cara untuk melakukan sesuatu
Software: perangkat lunak
Spesifik: bersifat khusus ataukhas
Komunikatif: mudah dipahami
Produktif : bersifat/mampu
Criteria: ciri tertentu yang dimiliki benda



DAFTAR PUSTAKA

Ekosiswoyo,Dkk,2002. Manajemen Kelas. (Semarang:CV. IKIP Semarang Press)
Syaiful Bahri Djamarah. 2005.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan teoritis psikologis), ( Jakarta; Rineka Cipta)
Nana Sudjana,2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo)
Pupuh Fathurrohman, Dkk.2014. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung :Refika Ditama)



[1]Ekosiswoyo,Dkk, Manajemen Kelas. (Semarang:CV. IKIP Semarang Press, 2002), hlm. 30-33
[2]Ibid. hlm 43-44                                                                                                                                  
[3]Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan teoritis psikologis), ( Jakarta; Rineka Cipta, 2005) hlm. 25-27
                [4] Nana Sudjana, dasar-dasar proses belajar mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm. 152
[5]Pupuh Fathurrohman, Dkk. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung :Refika Ditama, 2014), hlm. 30-35
[6] Ibid, hlm 105-106

No comments:

Post a Comment