|
A.
PENGERTIAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Pendekatan
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum.
Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum
mempersiapkan perencanaan pembelajaran.[1]
Seorang guru
harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam
penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang
dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif
yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih
dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan
hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan
mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus
pengelolaan kelas.
Sebaliknya,
keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila
alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk
kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang yang kedua, dan
seterusnya.
B.
TUJUAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Tujuan pembelajaran antara lain:[2]
1.
Membuat siswa belajar
semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimilikinya. Setiap guru harus menyadari bahwa semua siswa memiliki potensi belajar yang
berbeda-beda.
Tugas guru adalah mengoptimalkan potensi
yang mereka miliki sehingga dengan pembelajaran yang siswa lakukan, mereka
dapat belajar sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik dan efektif memungkin
proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memungkinkan siswa menggunakan
semaksimal mungkin potensi yang mereka miliki.Sebuah kerugian yang besar jika
dalam pelaksanaan pengajaran, siswa tidak belajar secara maksimal karena adanya
hambatan-hambatan belajar yang diakibatkan karena lemahnya manajemen kelas yang
dilakukan oleh guru.
2.
Menghilangkan atau mereduksi
hambatan-hambatan pembelajaran, baik akan dapat menghilangkan atau paling tidak
mereduksi (mengurangi) hambatan-hambatan belajar yang selalu akan muncul selama
proses pembelajaran berlangsung.
Proses pembelajaran dapat terhambat oleh
beragam sebab. Di dalam sebuah kelas misalnya, hambatan bisa saja muncul dari
salah satu siswa yang mungkin membuat keributan sehingga mengganggu proses
pembelajaran seluruh siswa di kelas itu. Guru yang handal akan dapat memanajemen
hal ini sehingga hambatan yang muncul karena keributan atau gangguan tersebut
tidak berlangsung sampai parah, atau bahkan dapat dihindarkan muncul saat semua
siswa aktif belajar.
3.
Pengaturan lingkungan fisik,
sosial dan emosional sehingga siswa dapat mendukung belajar siswa.
Dalam melakukan manajemen kelas, seorang
guru harus dapat mengelola banyak hal. Salah satu hal penting yang berkaitan
dan berpengaruh dalam manajemen kelas adalah lingkungan belajar siswa.
Lingkungan belajar siswa pada suatu kelas dapat berupa lingkungan fisik seperti
bagaimana susunan meja dan kursi, letak papan tulis, letak alat dan bahan,
hingga sumber pembelajaran. Selain itu lingkungan sosial dan emosional juga
merupakan hal yang amat penting dalam memanajemen kelas. Bagaimana tingkah laku
guru di kelasnya akan membentuk atmosfer yang khas. Seharusnya atmosfer
yang tercipta adalah atmosfer yang mendukung proses pembelajaran
berlangsung efektif. Guru yang ramah, terbuka, dan tanggap terhadap kebutuhan
siswanya dan segera memfasilitasi hal-hal pada tempatnya akan dapat membentuk
lingkungan sosial emosional yang kondusif untuk pengajarannya dan proses
pembelajaran anak.
4.
Membimbing siswa berdasarkan
karakteristik dan kebutuhan mereka masing-masing.
Siswa datang dari beragam jenis keluarga.
Mereka tinggal di lingkungan yang berbeda. Mereka terlahir dari ayah dan ibu
yang berbeda, sehingga semua perbedaan itu membentuk karakteristik yang unik
pada diri setiap siswa. Ini berarti bahwa tidak ada siswa yang identik.
Semuanya berbeda-beda, dan guru harus mampu memenuhi kebutuhan mereka semua
dalam kaitan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Menyelami karakteristik
setiap siswa akan dapat membawa guru untuk mengerti apa sesungguhnya kebutuhan
belajar mereka masing-masing. Pembelajaran yang dilakukan guru seharusnya akan
membantu guru untuk tujuan pemenuhan kebutuhan masing-masing siswa yang berkarakteristik
unik ini.
C.
FUNGSI
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran
adalah:[3]
1.
Sebagai pedoman umum dalam menyusun
langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2.
Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3.
Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.
Mendiaknosis masalah-masalah belajar
yang timbul, dan
5.
Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
D.
JENIS-JENIS
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh
pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa pendapat mengenai
pendekatan mengajar yang digunakan guru. Richard Anderson mengajukan dua
pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada guru atau disebut teachercenter
dan pendekatan yang berorientasi kepada siswa atau disebut studentcenter.
Pendekatan pertama disebut pula pendekatan otokratis dan pendekatan kedua
disebut pendekatan demokratis. Pendapat lain dikemukakan oleh Massialas yang
mengejukan dua pendekatan yaitu pendekatan ekspository dan pendekatan inquiry.
Kedua pendekatan ini pada hakikatnya sama, hanya nama dan istilahnya saja yang
berbeda.[4]
Dan menurut Pupuh Faturraohman pendekatan yang ada dalam pembelajaran
SD/MI terdiri dari beberapa jenis yaitu:[5]
1.
Pendekatan Ekspository
Learning
Pendekatan ini dilator belakangi anggapan terhadap siswa bahwa mereka
masih kosong dengan ilmu. Pendekatan ini sangat cocok diterapkan pada materi
ketauhidan. Dalam pendekatan ini guru berfungsi sebagai desainer dan sebagai
actor.
Dalam system ini juga guru menyajikan materi ajar dalam bentuk yang telah
disiapkan secara rapi, sistematis dan lengkap, sehingga anak didik tinggal
menyimak dan merencanakannya secara tertib dan teratur. Secara garis besar
prosedur pendekatan ekspositori learning ini adalah:
a.
Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan
selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b.
Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian
singkat untuk megarahkan perhatian anak didik kepada materi yang diajarkan.
c.
Persentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara
memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah didiapkan
dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
d.
Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab
sesuai bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri (resitasi), tentang pokok-pokok masalah yang telah
dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan.
Langkah-langkah pendekatan ekspository
learning adalah:
1) Penentuan tema pokok bahasan;
2) Menyusun pokok bahasan;
3) Menjelaskan materi secara baik;
4) Melakukan kegiatan revisi.
2.
Pendekatan Enquiry Learning
Enquiry learning adalah belajar mencari dan menemukan
sendiri. Dalam sisitem belajar mengajar ini guru menyajiakan bahan pelajaran
tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari
dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah.
Pendekatan enquiry learning
dilatarbelakangi oleh anggapan seorang pendidik bahwa siswa merupakan subjek
dan objek yang telah memiliki ilmu pengetahuan. Dalam pendekatan ini guru
berfungsi sebagai supervisor,fasilitator, mediator, dan komentator.
Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah
ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik
bersangkutan lebih jauh dapat meumbuhkan motivasi intrinsik, karena anak didik
merasa puas atas penggunaannya sendiri.secara garis besar prosedur pendekatan
enquiry learning adalah:
a.
Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan
persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan.
b.
Problem Statement. Anak didik diberi kesempatan
mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang
dipanadang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang
dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau
hipotesis, yakni pertanyaan sebagai jawaban semetara atas pertanyaan yang
diajukan.
c.
Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan ujicoba sendiri, dan sebagainya.
d.
Data Processing. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, obeservasi, dan sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat keprcayaan tertentu.
e.
Verification, atau pembuktian. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu, kemudian dicek apakah terjawab atau tidak,
atau apakah terbukti atau tidak.
f.
Generalization. Berdasarkan hasil verivasikasi tadi
anak didik belajar menarik kesimpulan.
Pendekatan enquiry learning sangat cocok untuk materi mata pelajaran yang
bersifat kognitif. Kelemahannnya adalah memakan waktu yang cukup banyak, dan
kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajari
Langkah-langkah dalam proses inkuiri:
a. Pemberian masalah keada siswa
b. Hipotesis (spesifikasi permasalahan)
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan data untuk menjawab hipotesis
yang dibuat
e. Pembuatan kesimpulan
3.
Mastery Learning
Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang disebut
dengan “situasi belajar”. Dalam situasi belajar terdapat aneka macam kecepatan
individu sebagai peserta belajar (baik murid maupun mahasiswa). Ada murid yang
cepat menguasai pelajaran sehingga ia dapat berpartisipasi penuh dalam proses
interaksi kelas. Disamping itu ada pula murid-murid yang lamban sehingga
tingkat partisipasinya rendah. Mereka akanmegalami kesukaran dalam mengikuti
kecepatan belajar yang digunakan guru. Mereka akan mengalami kesulitan apalagi
bantuan yang diberikan terhadap mereka kurang sekali.
Belajar tuntas didasarkan pada kondisi obyektif bahwa setiap siswa dapat
mencapai belajar tuntas, namun biasanya embutuhkan waktu yang berbeda-beda.
Dalam realitasnya ada siswa yang dpat menguasai 90-100% bahan ajar yang
disampaikan guru, namun sebagiannya baru menguasai 50-80% bahkan ada yang baru
menguasai lebih rendah dari rata-rata.
Dalam belajar tuntas setiap orang normal dapat menguasai keterampilan
tertentu pada tingkat penguasaan yang memuaskan. Dengan demikian belajar tuntas
menolak istilah adanya kewajaran dalam kegagalan kalau yang bersangkutan memang
belum mendapatkan bantuan belajar yang seharusnya.
4.
Humanity
Education
Menurut muhibin syah, humanity education adalah sebuah sisitem klasik
yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil para ahli
pendidikan untuk dijadikan sebuah system pendekatan PBM.
Pendekatan ini menekankan pengembangan martabat manusia yang bebas
membuatpilihan dan berkeyakinan. Dalam system ini pengembangan ranah rasa
merupakan hal penting dan perlu diintegrasikan dengan proses belajar
pengembangan ranah cipta. Perbedaan yang menonjol dalam pendidikan humanistic
adalah peranan guru yang lebih banyak menjadi pembimbing daripada pemberi ilmu
pengetahuan kepada siswa. Disamping itu pendidikan humanistic juga
menitikberatkan pada upaya membatu siswa agar dapat mencapai perwujuda dirinya
sesuai dengan kemampuan dasar dan kekhususan yang ada pada diri siswa. Dalam
hal pengguanaanya dalam PBM pada prinsipnya relative sama dengan enquiry
discovery, hanya titik tekannya yang berbeda.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai fasilitas fasilitator.
a.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal
yang baik.
b.
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih
umum
c.
Dia mempercayai adanya keingina dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi sendirinya, sebagai kekuatan
pendorong yang tersembunyi didalam belajar yang bermakna.
d.
Dia mencoba mengatur dan
meyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah
dimanfaatkan para siswa untuk membantu tujuan merek.
e.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok. Di dalam menggapai ungkapan-ugakapan di dalam
kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik sebagai
individual ataupun sebagai kelompok.
f.
Bila mana cuaca penerimaan kelas telah mantap, fasilitator
berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipas,
seorang anggota kelompok. Dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
Selain itu, macam-macam pedekatan juga
terdiri dari beberapa aspek, yaitu :[6]
a.
Pendekatan Kekuasaan
Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang
melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi,
hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.
b.
Pendekatan Kebebasan
Pengeolaan kelas bukan membiarkan anak belajar dengan laisess-faire, tetapi
memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkinkan anak merasa merdeka,
bebas,nyaman, penuh tantangan dan harapan dalam melakukan belajar.
c.
Pendekatan Keseimbangan Peran
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan yang
disepakati guru dan murid.isi atura berkaitan dengan apa yang harus dan apa
yang tidak oleh dikerjakan guru dalam
mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas dan aturan yang boleh
atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
d.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang memungkinkan proses
pembelajaran. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran
yang baik.
e.
Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial
Goleman dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa mengajar tanpa
keterlibatan emosional dan kegiatan syaraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk
merekatkan pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas
merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hhubungan sossial
yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai antar guru-murid
dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social pembelajaran.
f.
Pendekatan Kombinasi
Pada pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan untuk
mempertahankan dan menciptakan suasana belajar yang baik. Guru memiliki peran
penting untuk menganalisis kapan dan bagaimana tindakan itu tepat dilakukan.
Semua orang mudah melakukan tindakan, tetapi bertindak pada waktu yang tepat,
dengan cara yang akurat dan tujuan yang bermanfaat, adalah tidak mudah, dan
guru harus mencermati hal tersebut.
E.
MENENTUKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SD/MI
Seorang guru dalam perencanaan proses pembelajaran diharuskan
memiliki pengetahuan serta kemampuan dalam memilih dan menentukan pendekatan
pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Pendekatan pembelajaran tersebut dapat
menjadi acuan guru dalam memberikan respon-respon yang tepat terhadap muridnya
selama proses pembelajaran berlangsung. Terdapat berbagai macam pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendenkatan tersebut antara lain
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), bermain
peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning),
belajar tuntas (mastery learning).
1.
Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan
konsep belajar yang membentu gutu mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kegidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan keteramplilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questing), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
dan penilaian sebenarnya (autentic assesment). Menurut zahorik ada lima
elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajran kontekstual:
a.
Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating learning);
b.
Pemerolehan
pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan caramempelajari secara
keseluruhan dulu, kemudian mempehatikan detailnya;
c.
Pemahaman
pengetahuan (undrestanding knowledge), yaitu dengan cara: Hipotesis,
Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar
tanggapan itu, Konsep tersebut direvisi dan dikembangkan;
d.
Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge);
e.
Melakukan
refleksi terhadap strategi pengetahuan tersebut;
2.
Bermain
Peran (Role Playing)
Dalam pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan pada
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang
menyangkut hubungan sosial. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan
melalui berbagai cara, melalui diskusi kleas, tanya jawab antara guru dan
peserta didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru
dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara-cara tertentu yang monoton,
melainkan memilih variasi yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu
alternatif yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan
oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang
dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal in, bermain peran
diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar manusia
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi
hubungan-hubunganantar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya
sehingga secra bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan
masalah.
Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada
dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu
para peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi
dirinya. Dari dimensi sosial, model ini memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial, terutama
masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah
tersebut dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui model ini para
peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.
3.
Belajar
Tuntas (Mastery Learning)
Istilah belajar tuntas diangkat dari pengertian tentang apa yang
disebut dengan “situasi belajar”. Dalam situasi belajar terdapat aneka macam
kecepatan individu sebagai peserta belajar. Ada peserta didik yang cepat
menguasai pelajaran sehingga ia dapat berpartisipasi penuh dalam proses interaksi
kelas. Disamping itu ada pula peserta didik yang lambat sehingga tingkat
partisipasinya rendah. Mereka yang terakhir ini akan mengalami kesukaran dalam
mengikuti keepatan belajar yang digunakan guru. Mereka akan mengalami kesulitan
apalagi bantuan yang diberikan terhadap mereka kurang sekali.
Bagi siswa yang tingkat penguasaannya rendah diperlukan perbaikan
yang terus menerus. Itulah sebabnya dalam filsafat belajar, 10x2 lebih baik
dari pada 2x10. Taraf belajar tuntas ini dapat diformulasikan penentuan proporsi
waktu yang tersedia untuk belajar secara tepat dengan waktu yang dibutuhkan
untuk belajar.
Model belajar tuntas dapat digunakan dengan baik apabila tujuan
pengajaran yang hendak dicapai itu adalah tujuan yang termasuk ranah kognitif
dan psikomotorik. Pencapaian ranah afektif tidak sesuia dengan menggunakan
model belajar tuntas, karena kejelasan (ketuntasan) keterukurannya sukar
sekali. Sebaliknya, ranah kognitif dan psikomotorik memiliki batasan ketuntasan
yang lebih jelas dan lebih mudah dirumuskan menjadi obyek yang dapat
dikuantifikasi.
Bentuk pengajaran dalam model-model belajar tuntas ini bisa
dilaksanakan secara individual, tetapi dapat juga secara berkelompok.
Pengajaran individual dapat dilakukan didalam kelas, dalam arti perlakuan
terhadap peserta didik tetap bersifat individual sesuai dengan kemajuan dan
kemmapuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Tentu saja strategi
individual ini memerlukan kelengkapan perangkat penunjang seperti modul,
laboratorium, ataupun teaching machine.
4.
Pembelajaran
Partisipatif
Pada hakekatnya belajar merupakan intaraksi antara peserta didik
dengan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal
perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari pseserta didik dalam
pembelajaran. Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan
menentukan keberhasilam pembelajaran.
Untuk mendorong partisipasi peserta didik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menggapi respon peserta
didik secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur, menggunakan beberapa
instrumen, dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan
peserta didik.
Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan sebagai
keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Indikator pembelajaran partisipati antara lain dapat dapat dilihat dari
keterlibatan emosional dan mental peserta didik, kesediaan peserta didik untuk
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan dan dalam pembelajaran terdapat hal
yang menguntungkan peserta didik.
v
LATIHAN
Pilihlah salah satu pendekatan yang paling efektif untuk pembelajaran
mata pelajaran akidah akhlak, buatlah langkah-langkahnya dan praktikkan!
v
RANGKUMAN
1.
Pendekatan
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum
2.
Adapun
pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum
mempersiapkan perencanaan pembelajaran
3.
Tujuan dari pendekatan
adalah membuat siswa belajar semaksimal mungkin sesuai potensi yang
dimilikinya, membimbing siswa berdasarkan karakteristik dan kebutuhan mereka
masing-masing
4.
Fungsi pendekatan
pembelajaran beberapa diantaranya adalah
sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode
pembelajaran yang akan digunakan, memberikan
garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran, menilai
hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai, mendiaknosis
masalah-masalah belajar yang timbul.
5.
Pendekatan
memiliki beberapa jenis yaitu pendekatan ekspository learning atau bisa disebut
sebagai teacher center, pendekatan enquiry learning atau bisa disebut student
center, mastery learning, dan humanity education.
6.
Pendekatan
pembelajaran tersebut dapat menjadi acuan guru dalam memberikan respon-respon
yang tepat terhadap muridnya selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam
menentukan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendenkatan
tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative
teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning).
v
TES
FORMATIF
Soal pilihan ganda
Kerjakan soal dibawah ini dengan
memberi silang (x)pada jawaban yang menurut anda benar!
1.
Titik
tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum adalah definisi dari…
a.
Metode
pembelajaran
b.
Media
pembelajaran
c.
Pendekatan
pembelajaran
d.
Strategi
pembelajaran
2.
Membuat siswa belajar
semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimilikinya, merupakan salah satu…
a. Tujuan pendekatan pembelajaran
b. Fungsi pembelajaran
c. Alat pembelajaran
d. Strategi dalam sebuah pembelajaran
3.
Salah satu tujuan pendekatan pembelajaran adalah…
a.
Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
b.
Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
c.
Mendiaknosis masalah-masalah belajar
yang timbul,
d.
Pengaturan lingkungan fisik,
sosial dan emosional sehingga siswa dapat mendukung belajar siswa
4.
Berikut
ini merupakan dari prosedur salah satu jenis pendekatan ekspository learning,
kecuali…
a.
Preparasi
b.
Rekomendasi
c.
Apersepsi
d.
Persentasi
5.
Enquiry learning adalah…
a.
Menjelaskan materi secara baik
b.
Melakukan kegiatan revisi
c.
Belajar mencari dan menemukan sendiri.
d.
Penentuan tema pokok bahasan.
6.
Secara garis besar prosedur pendekatan enquiry
learning adalah…
a.
Simulation, Problem Statement, Data
Collection, Data Processing, Verification, Generalization
b.
Apreseption Simulation, Problem
Statement, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization
c.
Simulation, ProblemHipotesis, Data
Collection, Data Processing, Verification, Generalization
d.
Simulation, Problem Statement, Data
Collection, include, Verification, Generalization
7.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai fasilitas,fasilitator adalah…
a. Fasilitator sebaiknya memberi tantangan
yang penciptaan suasana awal yang baik.
b. Fasilitator menyulitkan untuk memperoleh
dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
kelompok yang bersifat lebih umum.
c. Dia tidak mempercayai adanya keinginan
dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi
sendirinya, sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi didalam belajar yang
bermakna.
d. Dia mencoba mengatur dan meyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu tujuan merek.
8.
Berikut ini merupakan jenis-jenis pendekatan pembelajaran, kecuali…
a. Pendekatan kekuasaan
b. Pendekatan pembelajaran
c. Pendekatan kebebasan
d. Pendekatan pengajaran
9.
Komponen utama
pembelajaran produktif yakni…
a. konstruktivisme, bertanya (questing),
b. menemukan (inquiry)
c. masyarakat belajar (learning community),
d. semua jawaban tepat
10.
Terdapat
berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, pendekatan-pendekatan
tersebut antara lain…
a. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning),
bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative teaching and
learning), belajar tuntas (mastery learning).
b. Konstruktivisme, bertanya (questing), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
dan penilaian sebenarnya (autentic assesment)
c. Mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan
berbagai strategi pemecahan masalah
d. Respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman
berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang
bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
Cocokkanlah jawaban anda dengan
kunci jawaban Tes formatif 10. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap modul 10.
Jumlah
jawaban yang benar
Tingkat penguasaan = X
100%
Jumlah soal
|
Arti tingkat penguasaan : 90 – 100% = baik sekali
80 –
89% = baik
70 -
79% = cukup
< 70% =
kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan
80% atau lebih, anda dapat meneruskan ke modul 5. Bagus! Jika masih di bawah
80%, Anda harus mengulangi materi modul 4, terutama bagian yang belum dikuasai.
KUNCI JAWABAN
1.
C 6. A
2.
A 7. D
3.
D 8. B
4.
B 9. D
5.
C 10. A
GLOSARIUM
Alternatif : pilihan diantara dua atau beberapakemungkinan
Mereduksi :menghilangkan,mengurangi
Atmosfer : pelindung bumi
Apersepsi : adalah menyampaikan tujuan pembelajaran yang bertujuan
untuk memotifasi peseerta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
Preparasi : mempersiapkan
Persentasi:
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau
salah satu bentuk komunikasi.
Resitasi : penugasan
Simulation
:suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state
of affairs). Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan
sifat-sifat karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang
abstrak tertentu.
Data collection : kumpulan data atau dokumen
Problem statement : pernyataan masalah
Data processing : Pemrosesan data (Inggris: data
processing) adalah jenis pemrosesan yang dapat mengubah
data menjadi informasi atau pengetahuan
Verifikasi: merupakan proses pemeriksaan kesesuaian model logika
operasional dengan logika diagram alur atau dapat disederhanakan dengan “apakah
terdapat kesalahan dalam program?”.
Validitaas: adalahproses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi
atau abstraksi,merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata?
Hardware: perangkat keras
Mastery learning: belajar tuntas
Humanity education : sebuah
sisitem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil
para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah system pendekatan PBM.
Medium
Eksternal : bagian luar dari suatu hal
Source: sumber
Receiver: penerima
Massage: pesan
Methods : adalah sebuah cara untuk melakukan sesuatu
Software: perangkat lunak
Spesifik: bersifat khusus ataukhas
Komunikatif: mudah dipahami
Produktif : bersifat/mampu
Criteria: ciri tertentu yang dimiliki benda
DAFTAR
PUSTAKA
Ekosiswoyo,Dkk,2002. Manajemen
Kelas. (Semarang:CV. IKIP Semarang Press)
Syaiful Bahri
Djamarah. 2005.Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu
pendekatan teoritis psikologis), ( Jakarta; Rineka Cipta)
Nana
Sudjana,2013. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo)
Pupuh Fathurrohman, Dkk.2014. Strategi
Belajar Mengajar. (Bandung :Refika Ditama)
[1]Ekosiswoyo,Dkk, Manajemen Kelas. (Semarang:CV. IKIP
Semarang Press, 2002), hlm. 30-33
[3]Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif (suatu pendekatan teoritis psikologis), ( Jakarta; Rineka Cipta,
2005) hlm. 25-27
[5]Pupuh Fathurrohman, Dkk. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung :Refika Ditama, 2014), hlm.
30-35
[6] Ibid, hlm 105-106
No comments:
Post a Comment