PPKN SD/MI
“ARTIKEL”
MEDIA
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dosen : M. Affandi,,
M.Pd
Disusun oleh :
Ega Nifia Rananda : 1411100181
Farisa laili Purnama : 1411100191
Lia Mustika D. Ayu : 1411100209
Jurusan/Semester : PGMI/3
Kelas : D
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam tetap terlimpah kepada nabi besar kita Nabi Muhammad Saw kepada
keluarga dan para sahabatnya sampai generasi berikutnya hingga akhir zaman.
Makalah
ini dapat diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta
teman-teman yang memberikan semangat dan motivasi kepada kami dan kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan kami .
Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca. Kami
mengharapkan kritik dan saran sebagai
bahan pembelajaran untuk kami semua. Sekian yang dapat kami sampaikan dan kami mengucapkan terimakasih.
Bandar
Lampung, Januari 2016
PENYUSUN
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR
ISI.......................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Abstrak ...............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan esensi tekonolgi pendidikan.......................................
2.2 Alat
– alat teknologi dan jaringan informasi.......................................
2.3 Keserasian
pendidikan dikota dan di desa..........................................
BAB
III PENUTUP
3.3 Kesimpulan.......................................................................................... ....
DAFTAR
PUSTAKA
Abstrak
Berkomunikasi antara pribadi, atau secara ringkas
berkomunikasi, merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka
serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Komunikasi sebagai
ilmu. Struktur ilmu (pengetahuan)
mencakup aspek epistemologis, ontologis, aksiologis. Sedangkan komunikasi
pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam suasana
pendidikan. Dengan demikian komunikasi pendidikan merupakan proses perjalanan
pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan.
Dalam lingkup ini komunikasi tidak lagi bebas tetapi dikendalikan dan
dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
pendidikan komunikasi menjadi kunci yang cukup determinan dalam mencapai
tujuan. Sedangkan media komunikasi merupakan
medium yang berguna sebagai perantara yang mengantar informasi dari sumber dan
penerima. lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi,
teknologi, sampai politik mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali
bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi dan
bagaimana harus berinteraksi dengan perubahan tersebut. Komunikasi memegang
peranan penting dalam pengajaran. Komunikasi dan media pembelajaran mempunyai
keterkaitan antara komponen yang satu
dengan komponen lainnya, saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Salah
satu perubahan lingkungan yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan adalah
hadirnya teknologi informasi. Maka kami ingin mengangkat judul ini dikarenakan
media komunikasi pendidikan sangat berperan penting dalam proses
pendidikan. serta seberapa pentingkah
peran media pendidikan dikota
maupun di Desa. Jika tidak adanya media
komunikasi dalam pendidikan m
aka
tidak akan berjalan pendidikan tersebut,
apalagi di zaman era globalisasi saat ini yang sangat memerlukan media komunikasi yang inovatif kreatif dan afektif untuk
mencerdaskan anak bangsa . semakin berkembang nya zaman, media juga semakin
berkembang baik di desa maupun dikota.
Media pun ada yang berdampak positif dan negatif, itu semua tergntung
pada penerimaan siswa dan sekolah. Seperti contoh internet, kita memang harus
mengikuti perkembangan zaman. Tetapi dengan adanya internet maka siswa menjadi
malas untuk membaca buku. Berbeda dengan didesa yang penyebaran jaringan internet
belum menyeluruh, maka siswa tidak ketergantungan menggunakan jaringan
internet, mereka lebih suka mencari pengetahuan melalui buku atayu langsung
bertanya ke pada guru sebagai fasilitator muid-muridnya, jadi dapat disimpulkan
bahwa peran teknologi media komunikasi pendidikan sangat berperan penting dalam
dunia pendidikan baik didesa maupun dikota, meskipun ada kesenjangan penyebaran
media tersebut, tetapi pada dasarnya penyebaran media komunikasi itu sama, hal
ini dapet membedakan penyebaran media komunikasi antara pendidikan dikota dan
didesa, maka tingkat urbanisasi di kota lebih tinggi, dikarenakan masyarakat
didesa juga ingin menempuh pendidikan semaksimal mungkin dengan cara mencari
pendidikan yang lebih maju dikarenakan media pendidikan dikota lebih berkembang
dari pada pendidikan di desa. Jadi teknologi dalam pendidikan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas kemajuan pendidikan tersebut. Maka kita sebagai calon
pendidik harus cermat dalam menggunakan media pembelajaran di era globalisasi
saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
Esensi Tekonolgi Pendidikan
Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan alat bantu sangat
membantu aktivitas proses belajar mengajar dikelas. Terbatasnya alat teknologi
pendidikan yang dipakai dikelas diduga merupakan salah satu sebab lemahnya mutu
pelajar masyarakat pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekonologi komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat dan berpengaruh
terhadap pola kumunikasi di masyarakat. Tuntutan masyarakat yang semakin besar
terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
pendidikan tidak mungkin lagi di kelola hanya dengan melalui pola tradisional,
disamping cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Teknologi
pendidikan memungkinkan adanya
1. penyebaran informasi secara luas, merata, cepat, seragam dan
terintegrasi
2. teknolgi pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah
dan sistematis
3. teknologi pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan
proses belajar mengajar yang efektif, efesien dan produktif
4. teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar,
dapat menyakijakan materi secara menarik jika disertai dengan kemampuan
memanfaatkannya.
Teknologi pendidikan memungkinkan adanya perubahan kurikulum, baik
strategi, pengembangan maupun aplikasinya. Karena fungsi teknologi pendidikan
yang sangat luas yang tidak hanya terbatas pada kebutuhan kegiatan belajar
mengajar dikelas, melainkan dapat berfungsi sebagai masukan dan pengembangan
kurikulum yang dikaji secara ilmiah, logis, sistematis dan rasional. Teknolgi
berperan penuh dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan (capability) yang terbatas dan dengan
teknologi pendidikan itulah keterbatasan bisa tertolong. Teknologi pendidikan
pendidikan juga dapat dianggap sebagai sumber belajar dan biasanya memberikan
rangsangan positif dalam proses pendidikan.
Pengertian teknologi pendidikan sering mengandung konotasi
penggunaan peralatan atau mesin yang lebih rumit dan menjadi ciri utama.
Konotasi atau pengaitan itu tidak selamanya benar, karena teknologi pendidikan
pendidikan dapat berarti suatu pendekatan yang kritis, logis dan sistematis dan
ilmiah terhadap pendidikan. Dalam teknologi pendidikan bukanlah semata mementingkan
alat teknologi khususnya teknologi komunikasi, akan tetapi yang lebih
diutamakan adalah proses yang logis, sistematis dan ilmiah. Yang paling penting
adalah proses integrasi antara manusia, ide, organisasi dan peralatan.
Media pendidikan
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang diguanakan oleh pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan peserta didik. Alat bantu itu disebut media
pendidikan, sedangkan komunikasi adalah sistem penyampaiannya. Teknologi
komunikasi pendidikan adalah suatu spesifikasi dalam bidang pendidikan yaitu
yang lebih banyak merupakan prinsip dan konsep ilmu komunikasi, serta lebih
memperhatikan penggunaan sumber belajar berupa media komunikasi massa atau
elektronis. Kegunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar yaitu :
1.
memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbaistis(dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka.
2.
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya
indera, seperti objek yang terlalu besar
bisa digantikan dengan realita : gambar ataupu film.
3.
penggunaan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, seperti menimbulkan
kegairahan belajar, memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4.
dengan
sifat yang unik pada tiap sisw ditambah lagi dengan lingkungan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru memilki kesulitan bila mana semua itu harus diatasi sendiri.
Masalah itu bisa diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya
dalam : memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, menimbulkan
persepsi yang sama.
Adapun manfaat
media teknologi menurut Ely (1979) yaitu :
1.
memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya
lebih individualdengan jalan memperkecil dan mengurangi kontrol guru yang
tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang
menurut kemampuannya, memungkinkan mereka belajar menurut cara yang
dikehendaki. .
2.
Memberi
dasar pengajaran yan ilmiah dengan jalan menyajikan/ melaksanakan program
pengajaran secara logis dan sistematis.
3.
pengajaran dapat dilakukan secara mantap
dikarenakan meningkatnya kemampuan manusia sejalan dengan pemanfaatan media
komunikasi, informasi, dan data dapat disajikan lebih konkret dan rasional.
Teknologi dan media, setidaknya menurut teori, merupakan modal dasar ke arah
sukses pendidikan, kalaupun tidak dianggap sebagai kunci pokok.
2.2 Alat – alat
teknologi dan jaringan informasi
Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang
semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu dan dan teknologi
mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka
kemajua itu. Beberapa media yang dapat diguanakan mulai dari yang paling
sederhana sampai kepada yang canggih. Beberapa media teknologi pendidikan yang
diamksud antara lain yaitu : (1) papan tulis (2) gambar dan ilustrasi fotografi
(3) slide dan filmstrip (4) rekaman pendidikan (5) radio pendidikan (6)
televisi pendidikan (7) peta dan globe (8) buku pelajaran (9) alat – alat
pendidikan lainnya seperti : mesin belajar, laboratorium, lab bahasa,
perpustakaan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi oleh institusi pendidikan terutama memasuki abad ke 21 ini.
Orang makin sadar, bahwa akumulasi modal, kemampuan teknologi, situasi dan
sumber daya alam hanya menyumbang 20%
bagi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi pada umumnya.selebihnya,
sekitar 80% ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, berupa keterampilan
dan kemampuan profesional dalam bidang manajemen.
Orang sudah
merasakan nikmat dan dampak globalisasi di desa orang tetap beralat dengan alam
untuk mecari sesuap nasi, berbeda dengan dikota yang sudah tidak lagi
bergantung kepada alam.
Beberapa susunan secara sistematis dalam mengembangkan program
media yang efektif dan efisien :
a.
Menganalisis
kebutuhan dan kateristik siswa;
b.
Merumuskan
tujuan intruksional dengan operasional dan khas;
c.
Merumuskan
butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan;
d.
Mengembangkan
alat pengukur keberhasilan;
e.
Menulis
naskah media;
f.
Mengadakan
tes dan revisi
Dukungan
teknologi informasi dalam pembelajaran ini mencangkup aspek infrastruktur
informasi dan telekomunikasi, sumber daya manusia dan acuan/ produk hukum
telematika sehingga dapat berperan untuk membelajarkan manusia dengan
mengembangkan atau menggunakan aneka sumber belajar. Masing-masing cara memliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya program pembelajaran
menggunakan fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah
dibanding yang lain ,dan memiliki kekurangan yaitu lebih sulit mengelolanya
karena sifatnya yang tidak terigrasi.[1]
Dengan demikian, dukungan teknologi informasi terhadap teknologi pembelajaran
diperlukan untuk dapat menjangkau peserta didik dimanapun mereka berada dan
kapan saja karena jarak geografis dan waktu bukan merupakan kendala utama.
Selai itu, untuk melayani sejumlah besar dari peserta didik yang belum
memperoleh kesempatan untuk belajar, memenuhi kebutuhan belajar untuk dapat
mengikuti perkembangan, dan meningkatkan efesiensi, efektivitas dalam belajar.
Itulah salah satu bentuk aplikasi teknologi pembelajaran yang didukung oleh
efektivitas pemanfaatan teknologi informasi. Mengingat masing-masing media
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga dalam tindakan komunikasi yang
berbeda tentu diperlukan media yang berbeda pula. Berdasarkan penelitian
Sovocom Company dari Amerika (Siswosumarto,1994), ditemukan adanya hubungan
antara jenis media dengan daya ingat manusia untuk menyerap dan menyimpan
pesan, jenis media dengan kemampuan otak dalam mengingat pesan. Misalnya
kemampuan daya ingat media audio 10% visual(teks visual), 40% dan audio visual
50%.
Dalam proses
pembelajaran, media bukan sekedar alat bantu belaka, melainkan sebagai media
penyalur pesan dalam audio atau visual dari pemberi pesan (guru, penulis,
produser media dan lain-lain) ke penerima pesan (peserta didik,konsumen dan
lain-lain). Pemanfaatan media dalam hal fungsinya sebagai media pembelajaran
bukanlah merupakan hal yang baru. Pemanfaatan media massa dalam konteks
pendidikan, merupakan bagian dari suatu revolusi(Cuban,1986). Penggunaan buku
film,radio, tv dan multimedia interaktif telah menjadi harapan masyarakat
sebagai sarana untuk membantu memecahkan berbagai masalah proses belajar dan
pembelajaran dalam sistem pendidikan , merupakan uapaya pemanfaatan teknologi
komunikasi untuk menunjang peningkatan kualitas proses pembelajaran.
2.3 Keserasian
Pendidikan Dikota dan di Desa
Pendidikan sebagai alat pengubah perilaku manusia menempati posisi
tersendiri dalam kancah kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan
dianggap sebagai alat (tool) untuk mengubah taraf hidup manusia dari kondisi buruk saat ini ke
kondisi yang lebih bermutu di masa mendatang (Faure, 1972). Manusia berkualitas
adalah manusia terdidik, meskipun tidaklah mutlak bahwa tingkatan pendidikan
tertentu akan membuahkan keterampila, sikap dan pengetahuan tertentu persis
yang diharapakan. Tidak ada kolerasi mutlak antara tingkat pendidikan dengan
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan dan
tuntutan akan pengetahuan, keterampilan, dan sikap semacam itu tumbuh dan
berkembang dan sikap semacam itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada kecendrungan mutu
hidup di kemudian hari di tentukan oleh sejumlah indikator itu dan karenanya,
kejar – kejaran terhadap pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan lain – lain
pada taraf tinggi semakin menonjol. Ini berarti meningkatkan aspirasi
pendidikan, tidak hanya dalam aspek kualitatif tetapi juga aspek kuantitatif
yang menyebutkan bahwa aspirasi memasukkan anak ke sekolah semakin besar.
Gejala meminati pendidikan dikota tetntu saja tidaklah terbatas pada tingkat
perguruan tinggi. Pada tingkat pendidikan menengah pun sangat menonjol,
terutama di daerah – daerah di tingkat desa atau kecamatan, dimana pendidikan
menengah belum ada. Bahkan tidak jarang, dengan alasan tertentu, orang tua
menyekolahkan anaknya di kota sejak dari pendidikan dasar, yang nota bene masih
dapat dilakukan di desa tempat ia tinggal. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menyebabkan pengelola pendidikan dituntut keras mengejar ketinggalan
dan apa yang diperoleh melalui penelitian dan pengembangan seringkali sulit
diserap dalam waktu singkat oleh lembaga pendidikan. Kalaupun demikian tidak
menutup mata bahwa pendidikan memberikan sumbangan besar bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sumber alam yang langka, pembangunan fisik yang
masih memusat terutama untuk tingkat pendidikan tertentu, sulitnya sumber
informasi, kualitas guru yang masih diragukan dan sejumlah gejala lain yang
merupakan penyebab meningkatnya aspirasi masyarakat untuk memasuki pendidikan
di perkotaan. Meskipun pada akhirnya mereka menghadapi masalah yang sangat
kompleks.
Peserta didik i desa berasal
dari kalangan miskin atau tidak beruntung dan dampak ekologi juga berpengaruh.
Hasil observasi singkat menunjukkan berbagai gejala buruk dari aktivitas
pendidikan anak desaterpencil antara lain :
1.
Tingkat
ketidakhadiran murid tinggi, terutama pada saat penggarapan lahan pertanian dan
msuim panen.
2.
Proses
belajar disekolah ditunjang hanya dengan alat seadanya, bangku yang reot, ruang
kotor, buku tulis yang sudah kumaldan debu pada musim kemarau.
3.
Sepulang
sekolah membantu orang tua di tanah pertaniannya atau membuuh dan pulang
menjelang atau sesudah waktu magrib
4.
Tidak
ada kesempatan menambah ilmu pengetahuan lain melalui televisi, bimbingan
belajar dari guru, apalagi membaca media masa, seperti koran atau majalah
Cerita
pendidikan di perkotaan lebih baik, kesempatan memperoleh pendidikan di kota
lebih luas dan kemajuan dalam bidang komunikasi dan informasi mudah dirasakan.
Meningkatnya kemampuan ekonomi menyebabkan perubahan perilaku penduduk kota
dari statistik di masa lampau ke dinamis dimasa kini. Desa dan kota sulit di
pisahkan terutama ditingkat impian anak.
Perilaku keruangan menurut kacamata pendidikan terjadi karena aspirasi
masyarakat memasuki pendidikan di perkotaan semakin tinggi, bukan hanya mudah
dijangkau, akan tetapi dianggap lebih memberikan pandangan luas dan
meningkatkan prestise peserta didik. Urbanisasi anak usia sekolah menjadi tidak
terbendung. Ini merupakan gejala yang sangat umum, lebih – lebih di negara
berkembang. Penduduk desa, dalam hal ini anak usia sekolah lebih – lebih
tingkat pendidikan menengah keatas secara otomatis membanjiri kota. Kebijakan
membanjiri urbanisasi telah ada, meskipun tidak senuhnya efektif. Negara
memberikan kesempatan yang sama bagi para rakyatnya untuk memperoleh
pendidikan.
Permasalahannya adalah bagaimana kita
memberikan kesempatan luas bagi anak usia sekolah untuk memperoleh pendidikan
dan bagaimana pula mencegah urbanisasi secara berlebihan.
Dari sudut pemerataan, pendidikan apat
dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
kualitas (quality dimension) dan dimensi kauntitas (quantity
dimension). Pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan dibahas dalam
kaitannya dengan upaya mengurangi urbaninasi anak usia sekolah. Asumsinya,
pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan mempunayai kaitan langsung dengan
urbanisasianak usia sekolah. Urbanisasi (berangkatnya anak usia sekolah dari
desa ke kota) disebabkan oleh pendidikan yang belum merata di pedesaan, baik
kuantitas dan lebih – lebih kualitas. Upaya rasioanl untuk mengatasi akibat logis
itu adalah memberikan kesempatan kepada anak usia sekolah pada tingkat tertentu
untuk memasuki pendidikan di tempat mereka berdomisili atau tinggal secara
tetap. Karenanya sangat diperlukan adanya jaminan kedua dimensi ini.
Aspek kuantitatif pendidikan mengacu
kepada konsep bahwa setiap warga negara berhak mendapatan pendidikan dan
pengajaran dalam batas mana mereka mampu. Hal ini jelas dirumuskan dalam Undang
– Undang Republik Indonesia 1945.Di desa,kondisi itu
jauh berbeda dan sulit diubah,lebih-lebih bagi Indonesia yang wilayahnya sangat
luas,rumit dan kompleks,disamping kemampuan ekonomi,komunikasi dan motivasi
warga belum menunjang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,menyebabkan pengelola pendidikan di tuntut keras mengejar ketinggalan
dan apa yang diperoleh melalui penelitian dan pengembangan (Research and
Development) Seringkali sulit di serap dalam waktu singkat oleh lembaga
pendidikan.Kalaupun demikian tidak menutup
mata bahwa pendidikan memberikan sumbangan besar bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesenjangan yang menurut saya adalah
sebab dari krisis pendidikan itu akan Nampak jelas dipedesaan,di mana
modernisasi rakyatnya berjalan lamban,tidak ada motivasi belajar,kolot,kurang
gizi,mempertahankan warisan budaya masa lampau
dan segalanya.Coombs dan Ahmed (1984) mengemukakan bahwa,pada umumnya seluruh
usaha pembangunan nasional mengalami akibat krisis pendidikan ini,lebih-lebih
di pedesaan.
Alasan
krisis itu menurut Coombs dan Ahmed (1984) ada tiga yaitu:
1.Daerah
perkotaan memperoleh lebih banyak jatah sumber
daya yang memang serba langkah
2.Ketidaksesuaian
apa yang dipelajari dengan apa yang seharusnya dipelajari,dan
3.Kebijaksaaan pendidikan yang lebih
banyak menempatkan arti persekolahan formal,oleh karna itu apa yang mayoritas
dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan diabaikan sama sekali.
Ledakan penduduk membawa dampak
terhadap bertambahnya kebutuhan akan pendidikan karenannya harus diberi arti
tersendiri bagi pengembangan pendidikan lebih lanjut.Di Indonesia,penduduk
tersebar tidak merata dan sebagian besar tinggal di desa dalam kondisi yang
memprihatinkan.Sebagian besar penduduk ada di desa di satu pihak,fasilitas
pendidikan lebih banyak di kota di pihak lain.
Masyarakat di desa dengan kemampuan yang ada menjadi berperilaku
seperti masyarakat kota,oleh sebab itu membanjirlah anak didik untuk memasuki
lembaga pendidikan tertentu dalam batas mana ia mampu.
Peserta didik dari desa berasal dari
kalangan miskin atau tidak beruntung dan Nampak ekologi juga berpengaruh.Hasil
observasi singkat menunjukan berbagai gejalah buruk dari aktivitas pendidikan
anak di desa terpencil antara lain:
1.Tingkat
ketidakhadiraan murid tinggi,terutama pada saat penggarapan lahan pertanian dan
musim panen.
2.Proses
belajar anak disekolah ditunjang hanya dengan alat seadanya,bangku yang
reot,ruang kotor,buku tulis yang sudah kumal,sepatu penuh lumpur pada musim
hujan atau debu pada musim kering.
3.Belajar
dirumah dengan menggunakan penenerangan dari lampu lentera yang asapnya
memenuhi lubang hidung.
4.Sepulang
sekolah membantu orang tua ditanah pertaniannya atau memburuh dan pulang
menjeng atau sesudah waktu magrib
guru,apalagi
membaca media masa,seperti Koran dan majalah.
Citra pendidikan dikota lebih
baik,kesempatan memperoleh pendidikan dikota lebih luas dan kemajuan dalam
bidang komunikasi dan informasi mudah dirasakan.Meningkatnya kemampuan ekonomi
menyebabkan perubahan perilaku penduduk kota dari statis dimasa lampau ke
dinamis dimasa kini.Antara desa dan kota sulit di pisahkan terutama dibagian
tingkat impian anak.Orang desa banyak pergi pulang (komuter),pagi hari ke kota
membawa hasil pertanian dari desa pulang sore hari.Penduduk kota banyak turunke
desa,baik untuk tujuan rekreasi maupun ekonomis.
Dari sudut pemerataan,pendidikan
dapat dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi kualitas dan dimensi kualitas.Penekanan
pada aspek kuantitas,seringkali mengabaikan aspek kualitas dan demikian
sebaliknya.
Pemerataan kuantitas dan kualitas pendidikan di bahas dalam
kaitanya dengan upaya mengurangi urbanisasi anak usia sekolah;
Asumsinya,pemerataan kuantitas dan kualitas pendidikan mempunyai kaitan
langsung dengan urbanisasi anak usia sekolah.
Aspek kuantitatif pendidikan mengacu
kepada konsep bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan
pengajaran dalam batas mana mereka mampu.Hal ini jelas dirumuskan dalam
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.Komisi Pembaruan Pendidikan
Nasional (KPPN) dalam laporannya mengisyaratkan bahwa pendidikan yang
menyeluruh dan terpadu harus dinikmati oleh seluruh warga Negara
(KPPN,1980).Konsep pemerataan kuantitatif pendidikan sangat seperti dikatakan
oleh Boediono (1980),sangat kompleks dan sulit dirumuskan.Hal ini disebabkan
karena pemerataan mempunyai arti tersendiri dalam diri seseorang sesuai dengan
kemampuan pribadinya.
Masyarakat
dan orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam hal-hal seperti:
a).memberikan
dana untuk lencarnya roda pendidikan persekolahan,baikdisekolah-sekolah
pemerintahan maupun sekolah swasta;
b).memilih
pendidikan yang paling cocok,kalaupun anak mempunyai kebebbasan lebih untuk
memilih jenis pendidikan yang diinginkan nya;dan
c).memberi
kemudahan bagi anak (anggota keluarga) untuk memperlancar kegiatan pendidikan.
Masalah yang dihadapi pendidikan di
Indonesia antara lain adalah banyak nya anak usia sekolah di satu pihak dan
rendahnya angkat partisipasi pendidikan di pihak lain,terutama pada tingkat
pendidikan setelah pendidikan dasar.Anak usia sekolah umur 7 tahun sampai 24
tahun sangat besar jumlahnya dan tidak sedikit di antara mereka tidak
memperoleh pendidikan dengan berbagai sebab,yang pada umumnya bersifat sangat
pribadi.
Bertambahnya
tingkat partisipasi pendidikan membawa dampak yang tidak kecil,antara lain:
a).banyaknya
anak yang harus di tamping pada tingkat berikut,dari SD ke SMTP dan seterusnya;
b).semakin
banyak jumlah fasilitas fisik yang diperlukan pada tingkat pendidikan tertentu;
c).penambahan
guru pada setiap tingkat pendidikan ;
d).dana
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
dan orang tua; dan
e).tuntutan
terhadap pelayanan pendidikan yang efektif dan efisien
Kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri adalah,bahwa bangsa Indonesia itu berbhineka
tunggal ika,seperti yang selalu tertuang pada “benda yang jadi pijakan” Burung
Garuda.
Atas dasar kebhineka itu,upaya
menyelaraskan pendidikan antara kota dengan desa,baik kualitatif maupun
kuantatif,dan apalagi untuk setiap level pendidikan,tidak lain seperti memutar
ujung menjadi pangkal.Pada tingkat Pendidikan Dasar yang menurut UU No. 2 Tahun
1989 berarti Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama,konsep keserasian
secara kuantitatif,walau bagaimana pun tidak mungkin,terutama pada tingkat SLTA
dan perguruan tinggi,keserasian keduanya akan tetap merupakan
keremangan,kalaupun tidak disebut kegelapan.
Satu kebijakan bidang
pendidikan,meskiput tujuan positif yaitu untuk mengukur standar prestasi
belajar secara nasional,namun banyak mengundang
diurbanisasi dan kecemburuan adalah pola Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (EBTANAS).Kebijakan EBTANAS mengandung makna kemauan menyamakan ketidaksamaan.Kebhineka
bangsa kita (dalam makna kebhinikaan seperti diuraikan pada bagian
sebelumnya),membuat kebijakan EBTANAS yang berproduk Nilai EBTANAS murni (NEM)
dirasakan benar-benar tidak adil,terutama pada tingkat SLTA ke
bawah.Permasalahnnya akan menjadi sederhana,jika NEM tidak menjadi ukuran dapat
diterimanya peserta didik pada pendidikan jenjang selanjutnya,karena kenyataan
secara kontras menunjukan bahwa,lulusan institute pendidikan di pedesaan
umumnya ber NEM rendah,Akibatnya,mereka harus masuk kesekolah-sekolah “kelas
dua”,baik negri maupun swasta.Kondisi ini membangun lingkaran setan baik jangka
pendek maupun jangka panjang dirasakan kurang adil.
Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis
berupa kemampuan untuk :
a.
membuat konsep yang abstrak menjadi konkret.
b.
melampaui batas indra, waktu, dan ruang.
c.
menghasilkan keseragaman pengamatan.
d.
memberi kesempatan pengguna control arah maupun
kecepatan belajar.
e.
membangkitkan keingintahuan dan inovasi belajar.
f.
dapat memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh
dan dari abstrak hingga yang konkrit.
Beberapa kelompok media pembelajaran
diantaranya :
1.
media cetak dan non cetak.
2.
Media elektronik dan non elektronik.
3.
Media projected dan non projected.
4.
Media tradisional dan modern.
Media yang paling banyak di gunakan
secara luas diantaranya:
-
Foto atau gambar. - poster.
-
Sketsa. - peta dan globe.
-
Diagram. - film.
-
Bagan (chart). - audion atau radio.
-
Grafik (graphs). - internet
-
Kartun. - dan lain-lain.
Media dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran karena berbagai kemampuannya sebagai berikut :
a.
Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak Nampak
oleh mata.
b.
Menyajikan benda atau peristiwa yang terlalu jauh
dari peserta didik.
c.
Menyajikan peristiwa yang kompleks.
d.
Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya ke hadapan
peserta didik.
e.
Meningkatkan daya Tarik pelajaran dan perhatian
peserta didik.
f.
Meningkatkan sistematika pembelajaran.
Beberapa lain media antara lain
: a. Bermaksud mendemostrasikannya. B. Merasa sudah akrab dengan media
tersebut. C. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit.[2]
A. Waktu Tatap Muka.
Pendidik
harus mengetahui alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran
dan waktu yang di gunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran.
B. Pengelolaan Kelas
serangkaian
tindakan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku peserta
didik yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku peserta didik yang tidak
diharapkan.
Ada dua lingkungan
dalam kelas diantaranya adalah.
1. lingkungan
fisik.
Meliputi
ruang kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau
alat-alat lain, dan ventilasi serta pengaturan cahaya.
2. lingkungan
sosioemosional.
Meliputi
tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik dan
lain sebagainya.
Dengan
demikian strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama yaitu :
i.
urutan kegiatan pembelajaran.
ii.
Metode.
iii.
Media.
iv.
Waktu.
kegiatan akhir pembelajaran ini meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1.
pelaksanaan test hasil belajar untuk mengukur
kemajuan belajar peserta didik.
2.
Umpan balik (feedback) adalah informasi hasil test
peserta didik dan di ikuti dengan penjelasan kemajuan peserta didik.
3.
Tindak lanjut (follow up) adalah beberapa petunjuk
tentang hal yang harus dilakukan peserta didik setelah mengikuti test formatif
dan mendapatkan umpan balik.
Kriteria strategi pembelajaran adalah aturan tentang
menentukan peringkat-peringkat kondisi sesuatu atau rentangan-rentangan nilai
agar data yang diperoleh dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain dan
bermakna bagi pengambil keputusan dalam rangka memilih strategi pembelajaran
yang terbaik, tepat, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Pemilihan strategi pembelajaran dapat
didasarkan pada pertimbangan atau kriteria sebagai berikut :
a.
Tujuan belajar.
b.
Materi atau isi pelajaran.
c.
Peserta didik.
d.
Tenaga pendidikan.
e.
Waktu
f.
Sarana yang dapat dimanfaatkan.
g.
Biaya
Strategi pembelajaran hendaknya di
tentukan berdasarkan kriteria berikut :
·
Orientasi strategi pada tugas pembelajaran.
·
Relevan dengan isi atau materi pembelajaran.
·
Metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada
tujuan yang ingin dicapai.
·
Media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang
indra peserta didik secara simul.
Pembelajaran
efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat
belajar dengan mudah, menyenangkan , dan dapat tercapai tujuan pembelajaran
sesuai dengan harapan.
Sedangkan untuk
menciptakan Susana pembelajaran yang menyenangkan dan kondusif. Dapat dilakukan
melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
a.
Menyediakan alternatif pilihan bagi peserta didik
yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
b.
Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik
yang kurang berprestasi atau berprestasi rendah.
c.
Mengembangkan organisasi kelas yang efektif,
menarik, nyaman, dan aman bagi perkembangan potensial seluruh peserta didik
secara optimal.
d.
Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar
peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola
pembelajaran lain.
e.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
perencanaan belajar dan kegiatan pembelajaran.
f.
Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung
jawab bersama antara peserta didik dan guru, sehingga guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar.
g.
Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan
pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri ( self evaluation).
Ciri-ciri
pembelajaran yang efektif.
Beberapa ciri
pembelajaran yang efektif yaitu :
a). Resources based
learning atau pembelajan berbasis aneka sumber (BEBAS)
b).Case/problem based
learning atau case based learning
c).Simulation based
learning
d).Colaborative based
learning[3]
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Media pendidikan
merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang diguanakan oleh pendidik
dalam rangka berkomunikasi dengan peserta didik. Alat bantu itu disebut media
pendidikan, sedangkan komunikasi adalah sistem penyampaiannya. Teknologi
komunikasi pendidikan adalah suatu spesifikasi dalam bidang pendidikan yaitu
yang lebih banyak merupakan prinsip dan konsep ilmu komunikasi, serta lebih
memperhatikan penggunaan sumber belajar berupa media komunikasi massa atau
elektronis.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi oleh institusi pendidikan terutama memasuki abad ke 21 ini.
Orang makin sadar, bahwa akumulasi modal, kemampuan teknologi, situasi dan
sumber daya alam hanya menyumbang 20% bagi
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi pada umumnya.selebihnya, sekitar 80%
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, berupa keterampilan dan kemampuan
profesional dalam bidang manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Danim
Sudarwan. 2013. Media Komunikasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sadiman,
Arief S. (dkk). 2012. Media Pendidikan
: pengertian, pengembangan, dan
pemanfaaannya. Depok : Rajawali Pers
Azhar
Asyad. 2002. Media Pembelajaran.
Jakarta : Rajagrafindo Persada
Bambang
Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran
landasan dan aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
[1] Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc
(dkk). Media pendidikan , Jakarta : PT Rajagrafindo Persada , 2014 , hlm
99-100
[2] Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc. media
pendidikan , Jakarta : PT RAJA GRAFINDO , 20012 , 84-85
[3] Dr. Bambang Warsita, M.Pd. Teknologi
pembelajaran landasan dan aplikasinya , Jakarta : PT RINEKA CIPTA , 200 ,
hlm 282-292
No comments:
Post a Comment