Wikipedia

Search results

Wednesday, October 22, 2014

LAYANAN MASALAH KASUS PESERTA DIDIK DI MI/SD



A.    Pengertian dan Jenis-Jenis Masalah Murid Sekolah Dasar
1.      Pengertian Masalah
Banyak ahli mengemukakan tentang pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpanuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah suatu yang  tidak disukai adanya, menimbulkan keslitan bagi diri sendiri dan atau orang lain dan ingin atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri di atas. Untuk mendalami hal tersebut kita dapat melihat diri sendiri sebagai contoh. Adakah sesuatu hal, kejadian, suasana atau gejala yang tidak disukai adanya; yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian baik bagi diri sendiri ataupun orang lain; dan atau ingin dihilangkan? Jika ada, maka hal itu dapat dikatakan sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri sendiri.
Masalah seperti di atas dapat terjadi pada diri siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penunggulangannya.

2.      Jenis-jenis Masalah Murid Sekolah Dasar
Jenis masalah yang dialami oleh murid sekolah dasar bisa bermacam-macam corak dan ragamnya. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar (terlampir). Masalah-masalah itu dikasifikasikan atas:
a.       Masalah perkrmbangan jasmni dan kesehatan
b.      Masalah keluarga dan rumah tangga
c.       Masalah-masalah psikologisssss
d.      Masalah-masalah sosial
e.       Masalah kesulitn dalam belajar
f.       Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya

Sedangkan stouffer (1968:195) mengemukakan secara urut jenjang 50 jenis masalah tingkah laku pada murid sekolah dasar. Urut jenjang tingkah laku yang dimaksudkan didasarkan atas hasil penelitian terhadap 481 orang guru Sekolah Dasar di amerika Serikat, yaitu:
1.      Pencurian                                            26. Masturbasi
2.      Kekejaman                                          27. Malas
3.      Aktivitas hetero-seksual                      28. Tidak ada perhatian
4.      Sering bolos                                        29. Tidak rapi di kelas
5.      Tertekan                                              30. Suka cemberut
6.      Tidak sopan                                         31. Suka mengeritik
7.      Merusak barang-barang sekolah          32. Pengecut
8.      Tidak berpendirian                              33. Mudah tersinggung
9.      Suka berbohong                                  34. Tidak hati-hati
10.  Tidak patuh                                         35. Pemalu
11.  Membenci orang lain                           36. Curiga
12.  Mudah marah                                      37. Suka merokok
13.  Suka mengasinhkan diri                      38. Keras kepala
14.  Bicara/menulis cabul                           39. Tidak praktis
15.  Sering murung                                     40. Mengucapkan kata-kata
16.  Menyontek                                          41. Menarik perhatian orang lain
17.  Egois                                                   42. Suka jorok
18.  Suka bertengkar                                  43. tegang
19.  Menguasai orang lain                          44. Lamban
20.  Tidak berminat kerja                           45. Berpkir tidak karuan
21.  Lancang                                              46. Suka mengadu
22.  Mudah meremehkan orang lain           47. Suka menyelidiki orang lain
23.  Mudah dipengaruhi orang lain            48. Suka mengganggu orang lain
24.  Penakut                                               49. Penghayal
25.  Sering ngompol                                   50. Berbisik-bisik
Masalah di atas diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Masalah-masalah penyesuaian tingkah laku; seperti pencurian, kekejaman, merokok dan suka mengganggu.
b.      Masalah-masalah emosional; seperti depresi, mudah marah, cemberut dan pengecut.
c.       Masalah-masalah moral; seperti masturbasi, bicara porno dan tidak sopan.
d.      Masalah belajar; seperti bolos, menyontek, tidak ada perhatian dan lamban.
e.       Masalah-masalah sosial kejiwaan; seperti membenci orang lain, menguasai orang lain, mudah meremehkan orang lain, suka mencampuri urusan orang lain.

Selanjutnya Rice (dalam sheltzer dan Stone, 1974) mengklasifikasikan masalah-masalah yang dialami murid sekolah dasar dalam enam kategori, yaitu: 
a.       Masalah-masalah emosional,yakni gelisah, aktivitas berlebih-lebihan, tidak matang,  murung
b.      Kelemahan intelektual; seperti tidak dapat memusatkan perhatian dalam waktu yang cukup lama, kemampuan rendah, lemah ingatan, syaraf penerimaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kebiasaan-kebiasaan buruk dalam belajar, hasil belajar rendah. Kekurangan kurang motif; termasuk kurang bersemangat, sikap tidak baik, frustasi dan kurang minat dalam belajar.
c.       Kerusakan moral; seperti pendusta, bicara porno, sembrono, mencuri, nilai-nilai belum berkembang.
d.      Sakit jasmaniah; meliputi sakit yang kronis, kesehatan buruk.
e.       Kesalahansuaian sosial; meliputi tingkah laku anti sosial yang agresif, konflik keluarga, pengasingan diri, tingkah laku kasar.

B.      Penanganan Masalah Murid Sekolah Dasar
Kegiatan penanganan masalah ini akan berhasil dengan baik bila ditangani secara sistematis dan terencana. Untuk dapat menangani masalah-masalah secara sistematis dan terencana, berbagai komponen yang berhubungan dengan permasalahan tersebut perlu dianalisis. Diantara komponen-komponen penanganan masalah yang perlu dikaji adalah berkenaan dengan gambaran masalah, latar belakang, dan latar depan masalah, usaha pencegahan, pemecahan, dan berbagai pihak yang perlu dilibatkan dalam masalah itu. Berikut ini dijelaskan pokok-pokok yang perlu dipedomani untuk kegiatan pengkajian tersebut.
1.      Gambaran Masalah
Masalah yang dialami seseorang murid bersifat unik. Sesuatu masalah yang pada mulanya diklasifikasi sebagai  masalah yang sama, tetapi bila diteliti lebih jauh masalah itu sebenarnya belum tentu persis sama. Dua orang murid yang pada mulanya diperkirakan malas belajar misalnya, setelah diteliti lebih jauh ternyata gambarannya akan dapat berbeda. Anak yang satu mungkin malas belajar setiap ada kegiatan perayaan. Sedangkan anak yang lain malas belajar karena guru tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk mengemukakan pendapat-pendapat yang dimilikinya.
Untuk dapat memahami masalah apa sebenarnya yang dialami seseorang murid, guru terlebih dahulu perlu memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang dialami murid yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan memerikan masalah yang dialami murid dengan menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: (1) tingkah laku apa saja yang ditampilkan murid sewaktu mengalami masalah   

2.      Latar Belakang dan Latar Depan Masalah
Masalah yang dialami murid dapat ditinjau ke belakang atau ke depan sejak saat masalah itu dirasakannya. Peninjauan ke belakang memberikan arah kepada penyebab dari masalah tersebut, sedangkan tinjauan ke depan dapat merupakan pengkajian tentang akibat-akibat yang mungkin terjadi dari permasalahn itu.
Masalah yang dialami oleh murid tidak muncul begitu saja, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab timbulnya masalah dapat bersumber dari dalam diri murid sendiri dan dapat juga dari luar dirinya. Faktor-faktor yang berasal dalam dirinya dapat berupa keterbatasan kemampuan, keadaan, minat dan perhatian serta motivasi individu. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari luar diri dapat berasal dari lingkungan keluarga; seperti cara mendidik anak yang tidak tepat keluarga yang tidak harmonis, tuntutan orang tua yang terlalu besar pada anak, dan keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan. Di samping faktor keluarga, lingkungan sekolah dapat juga  menyebabkan timbulnya masalah pada murid. Lingkungan sekolah yang dimaksudkan seperti kurangnya sarana dan fasilitas sekolah, kurikulum dan materi pelajaran yang kurang relevan dengan kebutuhan anak, metode pengajaran guru yang kurang menarik minat anak, tata tertib dan peraturan sekolah yang tidak tepat. Lingkungan masyarakat disekitar juga dapat turut memberikan sumbangan terhadap timbulnya masalah seperti teman-teman yang nakal dan mempengaruhi pergaulan anak, media massa yang tidak sehat, dan keadaan sosial-budaya yang tidak mendukung perkembangan mereka.
Masalah-masalah yang dialami anak murid sekarang dapat berakibat tertentu pada dirinya di masa yang akan datang. Peninjauan ke depan terhadap maslah akan memberikan arah kepada kemungkinan akibat yang ditimbulkan bila masalah tersebut tidak diatasi. Pengkajian latar depan ini akan mengarahkan guru dalam memperkirakan langkah-langkah  yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah yang bakal dialami murid-muridnya.

3.         Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen yang penting dalam melakukan analisis masalah yang dialami murid. Tanpa komponen ini guru tidak akan mungkin menguraikan gambaran masalah murid secara dalam menyeluruh dan mendalam, termasuk menetapkan latar belakang dan latar depan masalahnya. Untuk dapat menguraikan gambaran masalah, menentukan latar belakang dan latar depan masalah, diperlukan data yang lengkap.

4.      Usaha Pencegahan
Komponen lain yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan analisis masalah murid adalah bagaimana usaha yang dapat dilakukan, baik oleh guru sekolah, orang tua maupun masyarakat sekitarnya, agar msalah (seperti yang digambarkan pada komponen pertama di atas) terjadi pada diri murid-murid. Usaha pencegahan masalah sebenarnya terkait dengan usaha pencegahan masalah sebenarnya terkait dengan usaha pemotnaan sumber-sumber yang menyebabkan timbulnya masalah.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mencegah timbulnya masalah pada diri murid-murid, antara lain adalah:
a.       Memberikan informasi kepada murid dan orang tua tentang peraturan-peraturan yang berlaku disekolah.
b.      Menciptakan iklim belajar-mengajar yang menyenangkan.
c.       Memperhatikan perbedaan individu murid.
d.      Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat pada murid
e.       Menyediakan alat ddan fasilitas belajar yang memadai
f.       Menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang menarik perhatian murid
g.      Banyak melakukan pendekatan dengan murid di luar kelas secara akrab
h.      Sering berkonsultasi dengan orang tua murid, dan
i.        Menerapakan disiplin sekolah secara konsekuen

5.      Usaha pemecahan masalah
Kegiatan lain yang perlu dilaksanakan dalam analisis penanganan masalah yang dialami murid adalah usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah itu.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mengatasi masalah murid adalah mengkaji hal-hal yang menyebabkan masalah tersebut timbul. Bila penyebab dari masalah itu dapat ditemukan, maka guru akan mendapat arah yang lebih tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai contoh, murid yang bermasalah malas belajar. Setelah diteliti dengan seksama diperoleh keterangan bahwa kemalasan murid tersebut dalam belajar adalah disebabkan oleh tidak dipahaminya pelajarn dari guru. Bahan belajar yang diberikan saat itu berhubungan erat dengan bahan belajar sebelumnya. Untuk kasus yang demikian guru seyogyanya memberi kesempatan kepada murid untuk dapat mempelajari kembali bahan belajar yang belum dikuasainya itu.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah murid adalah sikap yang ditampilkan oleh guru dan orang-orang yang terlibat dalam usaha pengatasan masalah tersebut. Mereka hendaknya dapat menampilkan sikap yang dilandasi oleh rasa penuh kasih sayang, terbuka, sabar, tegas, dan konsekuen. Para pelaku yang terlibat dalam penanganan masalah hendaknya berkemauan keras untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang perlu diambil sehubungan dengan kegiatan pemecahan masalah tersebut.
Beberapa usaha pemecahan masalah murid yang dapat dilakukan guru antara lain adalah :
a.       Memberikan pengajaran perbaikan kepada murid
b.      Memotivasi anak untuk giat belajar
c.       Memindahkan tempat duduk ke depan kalau tidak dapat belajar dengan baik di belakang
d.      Berkonsultasi dengan orang tua murid untuk memperoleh kesempatan kerjasama dalam mengatasi masalah murid yang bersangkutan
e.       Memperbaiki proses belajar-mengajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid
6.      Pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan masalah
Komponen lain yang perlu juga diperhatikan dalam menganalisis penanganan masalah murid adalah mengaji pihak-pihak mana saja yang perli diikutsertakan, misalnya: guru, orang tua, teman-teman, kepala sekolah, konselor, dan petugas bimbingan lain. Hal ini perlu diperhatikan karena dalam menangani masalah murid, guru tidak dapat bekerja sendirian tanpa melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Pengkajian tentang siapa saja yang perlu dilibatkan dalam penanganan masalah murid, tergantung pada sifat dan jenis masalah yang dialami murid yang bersangkutan. Bila masalah yang dialami murid adlah masalah belajar didalam kelas dan tidak bersangkut paut dengan keluarganya, maka pelibatan orang tua dalam hal ini tidaklah begitu penting. Bila masalah tersebut berkaitan dengan keikutsertaan orang tua di dalamnya, maka pelibatan orang tua dalam penanganan masalah itu justru amat diperlukan. 

2. Latar Belakang dan Latar Depan Masalah
a.       Latar Belakang
Dengan mengumpulkan berbagai keterangan tentang Mardi; seperti mewawancarai Mardi, Agus, dan teman-temannya yang lain, mengamati tingkah laku Mardi di dalam kelas. Dan melakukan kunjungan rumah ke tempat tinggal Mardi; gurunya menyimpulkan beberapa hal yang melatar belakangi timbulnya kebiasaan menyontek pada diri Mardi sebagai berikut.
(1)   Mardi tidak begitu rajin belajar, dia sering tidak memperhatikan guru ketika menerangkan pelajaran di depan kelas;
(2)   Mardi tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan benar, dia hanya mengandalkan apa yang telah dibuat temanya.
(3)   Mardi tidak hanya menyadari akibat dari kebiasaanya itu, dan orang tuanya juga tidak menciptakan suasana yang merangsang Mardi untuk belajar secara teratur, baik di sekolah maupun di rumah.
(4)   Mardi sangat mengandalkan bentuk tubuhnya yang besar dan tegap sehingga teman-temanya takut padanya. Dengan demikian dia dapat juga menyerahkan latihan-latihan dan ulangan-ulangannya kepada guru tepat pada waktunya.

b.      Latar Belakang
Masalah menyontek yang menjadi masalah Mardi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada dirinya, antara lain:
(1)   Dia akan terbiasa untuk tidak tertantang dalam mempelajari bahan-bahan belajar yang harus dikuasainya.
(2)   Dia tidak dapat belajar tanpa ada teman yang menunjuknya dan akhirnya dia selalu tergantung pada teman-temanya tersebut.
(3)   Bila hasil pekerjaan teman-temanya salah, maka Mardi juga akan ikut salah dan tidak sempat mempelajari kesalahan itu.
(4)   Dikhawatirkan Mardi akan terus tertinggal dalam belajar dan tidak naik ke kelas enam tahun berikutnya dan
(5)    Kebiasaan Mardi dalam menyontek sebenarnya masih dapat diatasi bila Mardi menyadari bahwa kebiasaanya itu akan merugikan dirinya sendiri. Kesadaran itu akan dapat tumbuh bila guru dan orang tua Mardi dapat bekerja sama untuk mengatasi persoalan tersebut.
3. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang lengkap tentang kebiasaan yang dilakukan Mardi, guru perlu mengumpulkan berbagai keterangan tentang Mardi, antara lain dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut ini:
a.       Melakukan wawancara berkenaan dengan sikap dan tingkahlaku Mardi di sekolah dan di luar sekolah. Beberapa orang yang dapat diwawancarai adalah Mardi sendiri., teman-temanya, dan orang tua Mardi.
b.      Melakukan pengamatan yang cermat terhadap tingkah laku yang di tampilkan Mardi di luar sekolah.
c.       Menyelenggarakan sosiometri di kelas Mardi untuk melibatkan hubungan sosial Mardi dengan teman-temanya.
d.      Menganalisis hasil pekerjaan yang dikerjakan Mardi.

4. Masalah Mardi dapat tidak terjadi kalau ia menyadari pentingnya pekerjaan sendiridalam setiap mengerjakan pekerjaan sekolah. Untuk dapat menyadari pentingnya belajar sendiri, Mardi perlu memiliki motivasi yang kuat dalam belajar. Motivasi belajar Mardi akan tumbuh dengan kuat bila suasana belajar, baik di sekolah maupun di rumah, terbina dengan baik. Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan guru di sekolah antara lain:

a.       Sewaktu menerangkan pelajaran, guru meminta agar semua murid memperhatikanya, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya kepada guru kalau ada yang tidak jelas.
b.      Guru hendak menyajikan pelajaran dengan menarik sehingga murid-murid tetap memperhatikanya.
c.       Bila ada ulangan atau latihan, guru berusaha melihat satu-persatu pekerjaan yang dilakaukan murid agar tidak ada kesempatan murid untuk menyontek pekerjaan kawan-kawanya.
d.      Menjelaskan kepada murid bahwa hasil pekerjaan sendiri akan lebih berharga dari pada hasil menyontek pekerjaan kawan, walaupun hasil pekerjaan yang dibua sendiri salah sama sekali.


Untuk pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah agar Mardi tidak hanya menyalin pekerjaan teman-temanya, adalah:
a.                   Menanamkan rasa percaya diri pada anak di rumah dengan tetap menghargai pekerjaan yang dilakukan atas inisiatifnya sendiri, sekalipun hasil pekerjaanya salah.
b.                  Mengawasi kegiatan anak agar anak dapat belajar secara teratur di rumah.
c.                   Mengingatkan anak setiap hari tentang pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikannya di rumah.
d.                  Memberikan penguatan-penguatan tertentu kepada anak bila mereka dapat belajar/ bekerja sendiri.
5. Usaha pemecahan
Masalah suka menyontek yang dilakukan Mardi perlu diubah dan diatasi, karena hal itu akan dapat mendatangkan kerugian pada dirinya. Beberapa hal yang dapat dilakaukan guru untuk mengatasi masalah yang dihadapai Mardi adalah:
a.                   Memanggil Mardi ke kantor untuk membicarakan secara empat mata tentang kebiasaan buruknya itu dan kerugian-kerugian yang akan timbul bila dia tidak berhasil mengubah kebiasaanya itu.
b.                   Membahas masalah menyontek dikelas secara umum dan meminta pendapat mueid berkenanaan dengan hal tersebut.
c.                   Melakukan kunjungan rumah ke tempat tinggal Mardi sambil membicarakan masalah yang di alami Mardi dengan orang tuanya.
d.                  Mengawasi Mardi bila ada kegiatan latihan atau ulangan yang dikerjakan di kelas.
e.                   Menasehati teman-teman Mardi agar tidak memperlihatkan pekerjaan mereka kepada Mardi.
6. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penanganan Masalah
Untuk mengatasi masalah menyontek yang dilakukan Mardi diperlukan kerja sama berbagai pihak, yaitu:
a.                   Mardi sendiri karena tanpa keikutsertaanya secara aktif, masalahnya tidak dapat diatasi secara tuntas.
b.                  Guru-guru Mardi untuk memeotivasi, mengawasi dan membantunya agar Mardi dapat mengubah kebiasaan menyonteknya itu.
c.                   Orang tua Mardi guna memotivasi, mengawasi, dan membantu anaknya agar dapat mandiri dalam belajar di rumah.
d.                  Teman-teman Mardi supaya mau bekerja sama dalam membantu Mardi mengubah kebiasanya menyontek.

C.     Contoh Penanganan Kasus Murid Sekolah Dasar

KASUS : Anak Nakal
1.                  Gambaran Masalah
Wawan (nama samaran) adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Sekarang dia berumur 11 tahun dan duduk di kelas IV sekolah dasar. Di Sekolah dia dicap oleh teman-temanya sebagai anak bandel. Dia suka iseng, senang berkelahi, dan menganggu teman-temanya. Sewaktu guru menerangkan pelajaran, dia sering tidak memperhatikannya. Kadang-kadang dia mencolek teman-teman perempuannya. Dia kadang-kadang berbisik-bisik dengan teman sebelahnya. Bahkan pernah menakuti teman-temannya yang perempuan dengan seekor lipan yang sudah dikelurkan bisanya, sehingga teman tadi terpekik ketakutan. Bila ada yang menegur tingkah lakunya yang demikian, dia menjadi tidak enak dan menentang teman yang menegur tadi untuk berkelahi.
Orang tua Wawan sebenarnya sangat menyayangi Wawan. Sebagai anak bungsu, kedua orang tuanya lebih memperhatiakan, dan segala keperluan Wawan mereka penuhi. Pada hari liburan dia diajak pergi bersama-sama keluer kota. Tingkah lakunya di rumah wajar-wajar saja, tetapi di sekolah ia menunjukan perilaku yang aneh-aneh. Guru-guru sekolah banyak pisingkan oleh tingkah lakunya itu.
Latar Belakang dan Latar Depan
Latar Belakang
Dari berbagai keterangan yang dikumpulkan terungkap bahwa Wawan bertingkah laku demikian bukan karena persoalan-persoalan yang berasal dari keluarganya, melainkan karena ia merasa tidak diperhatikan oleh guru dan teman-temanya disekolah. Kalau ada pelajaran yang menuntut penampilan seperti membaca, mengerjakan hitungan di papan tulis, atau menjawab pertanyaan-pertanayaan dari guru, Wawan sering tidak mendapat giliran. Dia sering mengacungkan tangan untuk tampil dikelas., tetapi guru tidak menunjuknya. Wawan juga berminat menjadi ketua kelas, tetapi guru dan teman-temanya tidak menyetujuinya. Yang menjadi ketua kelas adalah teman yang menurut penilaian Wawan adalah teman yang penurut dan patuh saja kepada guru. Wawan melampiaskan ketidakpuasanya itu dengan menampilkan tingkah laku yang aneh-aneh supaya guru dan teman-temanya mengakuainya di kelas.
Latar Depan
Dengan memperhatikan keadaan Wawan di kelas sekarang, dikhawatirkan ia akan menderita beberapa kerugiannanti baik berkenaan dengan kemajuan belajarnya maupun berhubungan dengan perkembanagan sosial.
Wawan dapat saja terus-menurus tidak berminat dalam belajar sehinggan akan tertinggal dalam mata pelajaran yang diikutinya. Disamping itu Wawan  akan tetap dicap sebagai anak bandel dan dia bisa terkucil dari pergaulan dengan teman-temanya di sekolah. Keadaan demikian tentu juga akan mempengarui minatnya pergi ke sekolah. Bila Wawan tetap berprilaku seperti sekarang ini, dia akan banyak menemui kesulitan dalam mengembangkan kemampuanya di sekolah.
Sebetulnya masalah yang diderita Wawan  bukanlah masalah yang tidak atau suka diatasi. Masalah Wawan aka segera teratasi  bila ia merasa bahwa kebuatuanya untuk diterima dan dihargai oleh teman-temanya terpenuhi.
Pengumpulan Data
Masalah yang di alami Wawan beserta sangkut pautnya satu sama lain akan dapat terungkap cara lengkap kalau digunakan berbagai kegiatan pengumpulan dan data yang cermat dan hati-hati.  
  Usaha Pencegahan
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, kiranya dapat dikatakan bahwa Wawan bertingkah laku nakal dikelas karena ingin diperhatikan, dihargai, dan diterima oleh guru dan teman-temannya.
            Untuk mencegah masalah kenakalan pada Wawan guru dapat melakukan usaha sebagai berikut:
a)      Bertindak tegas terhadap setiap tingkah laku yang mengakibatkan orang lain terganggu di kelas.
b)      Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat pada diri Wawan sehingga ia memiliki kemauan yang kuat dalam belajar, kendatipun ia tidak menjadi juara kelas.
c)      Memberikan perhatian dan kesempatan yang cukup kepada Wawan untuk dapat menampilkan dirinya di kelas.
d)     Melakukan pendekatan yang akrab dengan semua murid tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain
Usaha Pemecahan
            Bila usaha pencegahan sebagaimana dikemukakan di atas diterapkan oleh guru, besar kkemungkinan masalah Wawan secara bertahap dapat dikurangi.
            Disamping itu ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan guru untuk mengurangi kasus itu yaitu:
a.       Memanggil orang tua Wawan ke sekolah untuk membicarakan kasusnya dan mengajak mereka untuk bekerjasama guna menghilangkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.
b.      Mengalihtangankan masalah Wawan ke konselor sekolah (bila telah ada ) agar tidak diperoleh hasil yang lebih memuaskan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan masalah
Untuk mengatasi masalah yang dialami Wawan diperlukan kerjasama dengan  berbagai pihak yang terkait dengan penanganannya. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain:
a.       Konselor Sekolah (bila telah ada); keahlian yang dimilikinya akan dapat menyadarkan Wawan tentang masalah-masalah yang dialaminya dan akibat-akibat yang ditimbulkan masalah tersebut
b.      Orang tua Wawan; yaitu untuk mengarahkan dan menasehati Wawan di rumah berkenaan dengan tingkah lakunya di sekolah. Keikutsertaan orang tua sangat penting dalam upaya penanganan masalah tersebut, karena Wawan kelihatannya sangat menyayangi kedua orang tuanya. Nasehat yang diberikan orang tuanya akan cukup berarti dalam pengubahan tingkah laku Wawan.
c.       Guru kelas tempat Wawan belajar. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan bagi semua murid sehingga tidak ada yang merasa tidak diperhatikan dan dihargai di kelas. Di samping itu juga perlu bertindak tegas kalau ada penyimpangan tingkah laku yang ditampilkan murid di kelasnya.

D.    Pelayanan Lanjutan; Konseling
Konseling merupakan proses pemberian bantuan oleh konselor kepada murid (klien ) dan proses itu berlangsung dalam suasana tatap muka (face to face) dalam waktu yang secara reatif lama. Melalui konseling, masalah murid (klien) dapat ditangani secara intesif. Murid dibantu untuk dapat membuka dan memahami dirinya dengan jalan menjelajahi perasaan-perasaannya, nilai-nilai yang berkembang dalam dirinya, pandangan-pandangan tentang diri dan lingkungannya, pilihan-pilihan hidupnya, sikap dan tingkah lakunya dan saling hubungan antara berbagai aspek tersebut.
Melalui konseling, murid juga dapat dilatih (dengan menerapkan berbagai  metode dan teknik konseling yang relevan) menumbuhkan dan menguasai berbagai sikap dan tingkah laku baru yang dibutuhkan dalam pengatasan masalah yang dialaminya.

No comments:

Post a Comment