Wikipedia

Search results

Saturday, June 20, 2015

MAKALAH Nikmat Allah Dan Cara Mensyukurinya



“Nikmat Allah Dan Cara Mensyukurinya”
Dosen: Jimi Harianto, M.Pdi




 

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Nikmat Allah dan cara Mensyukurinya”. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang banyak untuk sendiri maupun orang lain.
Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna didunia ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan isinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.

                                                                                    Bandar Lampung, 31 Maret 2015


                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................  i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii   
Daftar Isi ..........................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A.Latar Belakang .............................................................................................................  1
B.Rumusan Masalah .........................................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................  2
A. Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya ............................................  2
B.  Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya ..............................  2
1. Surat az-zukhruf ayat 9-13 ...............................................................................  2
2.      Surat Al-Ankabut Ayat 17 .............................................................................  7
C.    Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya ...........................................  10
D. Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta’ala ........................................................................  11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................  13
A.Kesimpulan ...................................................................................................................  13
Daftar Pustaka................................................................................................................... 14






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya.Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1. Ayat tentang nikmat Allah?
2.Hadist tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya?
3.Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan penggakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam,  disetiap detik yang dilalui maninusia tidak pernah lepas dari nikmat allah, nikmatnya sanggat besar. Sehingga mausia tidak akan dapat menghitungnya.
B.    Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
1. Surat az-zukhruf ayat 9-13

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ {9} الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {10} وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ {11} وَالَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَاْلأَنعَامِ مَاتَرْكَبُونَ {12} لِتَسْتَوُا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ   {13}
Terjemah Ayat: 
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11)  Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

a.       Makna Mufrodat

Kalian akan dikeluarkan/dibangkitkan (dari kubur)
تُخْرَجُوْنَ
Dan sungguh apabila
وَ لَءِىنْ
Dan Dia yang
وَالَّذِيْ
Kamu tanyakan kepada mereka
سَاَلْتَهُمْ
Telah menciptakan
خَلَقَ
(tentang) siapa
مَّنْ
Pasangan-pasangan
الْاَزْوَاجَ
(yang) telah menciptakan
خَلَقَ
(atas) semua makhluk
كُلَّهَا
Semesta langit
السَّمَوَتِ
Dan Dia telah menciptakan
وَجَعَلَ
Dan bumi
وَالْاَرْضَ
Untuk kalian
  لَكُمْ
Niscaya mereka menjawab
لَيَقُوْلُنَّ
(Berupa)
مِّنْ
(yang) telah menciptakan langit dan bumi
خَلَقَهُنَّ
Kapal-kapal
اْلفُلْكِ
(Allah) yang maha perkasa
الْعَزِيْزُ
Dan hewan-hewan ternak
وَالْاَنْعَامِ
Maha mengetahui
الْعَلِيْمُ
(sebagai) sarana
مَا
Dia yang
الَّذِيْ
(yang) kalian dapat tnggangi
تَرْكَبُوْنَ
Telah menciptakan
جَعَلَ
Supaya kalian dapat duduk/berada
لِتَسْتَوُا
Untuk kalian
لَكُمْ
Diatas
عَلَ
Bumi
الْاَرْضَ
Punggung-punggungnya
ظُهُوْرِهِ
(sebagai) tempat menetap/tidur
مَهْدًا
Kemudian
ثُمَّ
Dan Dia telah menciptakan
وَّجَعَلَ
Kalian mengingat
تَذْكُرُوْا
Untuk kalian
لَكُمْ
Nikmat
نِعْمَةَ
Didalam bumi
فِيْحاَ
Tuhan pencipta kalian
رَبِّكُمْ
Jalan-jalan
سُبُلاَ
Ketika
اِذَا
Supaya kalian
لَّعَلَّكُمْ
Kalian telah duduk berada
اَسْتَوَيْتُمْ
Mendapat petunjuk/tidak tersesat
تَهْتَدُوْنَ
Diatasnya
عَلَيْهِ
Dan Dia yang
وَالَّذِيْ
Dan supaya kalian mengucapkan
وَتَقُوْلُوْا
Telah menurunkan
نَزَّلَ
Maha suci
سُبْحَنَ
Dari
مِنْ
Dia yang
الَّذِيْ
Langit
السَّمَا~ءِ
Telah menundukan
سَخَرَ
Air (hujan)
مَا~ءِ
Untuk kami
لَنَا
(sesuai) dengan ukuran
بِقَدَرٍ
(Semua) ini
هَذَا
Lalu kami hidupkan/suburkan
فَاَنْشَرْنَا
Dan tidaklah
وَمَا
Dengan air itu
بِهِ
Kami dahulu
كُنَّا
Sebuah negeri
بَلْدَةً
Terhadap semua ini
لَهُ
(Yang) mati/tandus
مَّيْتًا
(adalah) orang-orang yang mampu menguasai
مُقْرِنِيْنَ
Seperti itulah
كَذَلِكَ


b.      Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.[1][1] 
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.[2][2]
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu.[3][3]
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju penghidupan kalian.[4][4]

Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian.[5][5]
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِmaksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai.[6][6] …لِتَسْتَوُوْا عَلى ظُهُوْرِهِsupaya kamu dapat berada di atas punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.








2.      Surat Al-Ankabut Ayat 17
اِنَّمَا تَعْبُدُ وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَايَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ  اِلَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
     
a.       Makna mufrodat
Tidak mereka memiliki (mampu Memberi)
لَايَمْلِكُوْنَ
Sungguh apa yang
اِنَّمَا
Untuk kalian
لَكُمْ
Kalian sembah
تَعْبُدُوْنَ
Rezeki
رِزْقًا
Dari
مِنْ
Maka carilah/mintalah
فَبْتَغُوْا
Selain
دُوُنِ
Disisi
عِنْدَ
Allah
اللهِ
Allah
اللهِ
(hanya) berhala-berhala
اَوْثَانً
Rezeki
الرِزْقَ
Dan kalian menciptakan(mengatakan)
وَتَحْلُقُوْنَ
Dan sembahlah Dia(beriman dan taat
وَاعْبُدُوْهُ
Kebohongan
اِفْكَا
Dan bersyukurlah kalian
وَاشْكُرُوْا
Sesungguhnya
اِنِّ
Kepada-Nya
لَهُ
Yang
الَّذِيْنَ
Kepada-Nya
اِلَييْهِ
Kalian sembah
تَعْبُدُوْنَ
Kalian akan dikembalikan
تُرْجَعُوْنَ
Dari
مْنْ


Selain
دُوْنِ


Allah
اللهِ

b.      Penjelasan ayat
 (Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan). [7]

c.        Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.[8][8]
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah.Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah.Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan masyarakat Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَهُ  اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا اِنَ اللهَ لَغَفُوْرُ رَّحِيْمٌ
Artinya :Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS An Nahl : 18).

C.    Hadits Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
      Hadits Tentang Cara Mensyukuri Nikmat
1.      Teks Hadits
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ[15]

2.            Terjemah Hadits

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw  bersabda : lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)[9][9]

3.       Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.  


D. Cara Mensyukuri Nikmat Allah Ta’ala

Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), yaitu:

1. Bersyukur dengan hati.

Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” 
[QS An Nahl: 53]

2. Bersyukur dengan lisan.

Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.





Allah ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]

Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.

3. Bersyukur dengan anggota tubuh.

Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ta’ala.

Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]

Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta.Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat makanan.Demikianlah seterusnya
.[10][10]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan 
Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan ALLAH SWT kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan alhamdulillah, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari ALLAH SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat ALLAH SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Segala bentuk syukur kita merupakan rasa terimakasih kita kepada ALLAH SWT,  dan manusia yang tidak mau bersyukur  maka ia akan rugi karena ALLAH SWT tidak membutuhkan rasa syukurpun dia tidak akan dirugikan yang pada dasarnya ALLAH SWT maha kaya akan sesuatu melainkan orang yang bersyukur ia mensyukuri untuk dirinya sendiri.

  
DAFTAR PUSTAKA

-        Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-        Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
-        Al-Qurtubi, Syekh Imam, Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
-        Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2004;
-        Matsna, Mohammad, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, Karya Toha Putra, Semarang, 2009;
-        Muslim, Al-Imam, Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an), Lentera Hati, Jakarta 2002;





[1][1]Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, Penerjemah Misbah Abdul Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hal. 964
[2][2]Syekh Imam al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Penerjemah Ahmad Khotib, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009), hal.160
[3][3]Abu Ja’far Muhammad, Op. Cit, hal. 964
[4][4]Syekh Imam al-Qurtubi, Op. Cit, hal. 160-161
[5][5]Ibid, hal. 161-162
[6][6]Abu Ja’far Muhammad, Op. Cit, hal. 967-968

[7][7]تفسير الجلالين (ص: 522)
[8][8]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), hal. 461

[9][9]صحيح مسلم (4/ 2275)
[10][10]Moh. Matsna, Pendidikan Agama Islam (Karya Toha, Semarang, 2009) hal.10