Wikipedia

Search results

Saturday, June 20, 2015

MAKALAH QIRA’ATUL QUR’AN DAN IMLA’ “PRAKTEK MAD THABI’I DAN MAD FAR’I



MAKALAH QIRA’ATUL QUR’AN DAN IMLA’
PRAKTEK MAD THABI’I DAN MAD FAR’I ”

Dosen Pengampu:
Jimi Hardiyanto, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Khoiriyah Suryani                1411100206
Linda Diana                           1411100217
Muri nopita sari                    1411100233



 







SEMESTER II KELAS D
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2015 M / 1436 H

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala karena atas rahmat, nikmat, dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Qira’atul Qur’an dan Imla’ ini dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti.
Shalawat serta salam senantiasa selalu kami sanjungkan kepada sang tauladan, guru besar kita nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasalam yang telah membawa kita dari zaman jahil ke zaman yang lebih baik ini.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Dosen mata kuliah yang telah membimbing kami sehingga sampai pada titik ini serta  segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah  ini kami susun dengan judul  Praktek Mad Thabi’i Dan Mad Far’i serta Penambahan dan Pengurangan Huruf dalam Kalimat  yang dikemas dalam tulisan yang singkat dan mudah-mudahan bisa bermanfaat. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat banyak sekali kekeliruan dan kesalahan dalam penyusunan serta presentasi yang akan dilaksanakan nanti. Oleh karena itu,  makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkkan untuk kemajuan makalah ini.
Demikian kata demi kata yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga makalah ini mendatangkan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandar Lampung, 15 Mei 2015

                                                                                                            Penulis

DAFTAR ISI

COVER...................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1
1.1  Latar Belakang Masalah.................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................. 1
1.3  Tujuan Penulisan Makalah................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................... 2
2.1 Pengertian Mad.................................................................. 2
2.2 Pembagian Mad................................................................. 2
2.3 Penambahan dan Pengurangan Huruf............................... 2

BAB III PENUTUP................................................................. 11
KESIMPULAN...................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Dalam membaca Al-Quran haruslah memikirkan dan mempelajari dalam pembacaannya agar apa yang kita baca dapat membawa berkah. Kaidah-kaidah yang penting untuk kita pelajari dan ingat dalam rangka mengatasi kekeliruan dalam menentukan panjang dan pendek bacaan yaitu kaidah yang pertama merupakan Mad Ashli ( Mad Dasar) sedangkan kaidah kedua hingga kelima merupakan Mad Far’i (Mad cabang) yaitu pengembangan dari Mad Ashli dengan sebab Hamzah, Sukun, dan Tasydid.
Berikut ini kami berikan sedikit uraian tentang mad dan contoh surah yang mempunyai bacaan mad.


1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat kita rumuskan permasalahannya yaitu tentang mengulas kembali bacaan mad thobi’i dan mad far’i serta contoh-contoh nya yang terdapat dalam surah yang ada di Al-Quran.


1.3  Tujuan Dan Manfaat Penulisan Makalah
Tujuan pertama dari adanya makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah qiro’ dan imla’, kemudian selanjutnya sebagai pedoman dalam membaca Al-Quran agar tidak menemui kekeliruan yang besar, selain itu pula manfaat dari makalah ini yakni sebagai tambahan pengetahuan tentang tajwid. Dan harapannya kelak dapat merealisasikannya setiap saat dalam membaca Al-Quran.            
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mad
Mad secara bahasa berarti tambahan, sedangkan menurut istilah adalah memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf Mad.
Huruf Mad ada tiga, yaitu :
1. Apabila Waw sukun diawali dengan huruf yang berharokat Dhommah ( َوْ )
2. Apabila Ya sukun diawali dengan huruf yang berharokat Kasroh ( َيْ)
3. Apabila Alif yang huruf sebelumnya adalah Fathah (َ ا)

2.2 Pembagian Mad berdasarkan Lama memanjangkan huruf
1. Mad yang panjangnya 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang ( Mad ini biasa dkenal dengan Mad Ashli). Mad ini terdiri dari lima macam, yaitu:
a. Mad Thobii
Mad yang terjadi apabila terdapat salahsatu dari huruf Mad yang tiga (dan tidak bertemu dengan Hamzah, Tasydid dan Sukun)
Contoh : إِيَّاكَ - فِيْ جِيْدِهَا - وَلاَتُفْسِدُواْ فِيْ الأَرْضِ

Praktek : Surat Al- Fatihah, Al- Baqarah
b. Mad Badal
 Apabila terdapat hamzah bertemu dengan Huruf Mad
Contoh : إِيْتُوْنِيْ - إِيْماَنٌ - ءَادَمَ -أُوْتِيَ
Praktek : Surat Al-Baqarah
c. Mad ‘Iwadh
Mad yang terjadi apabila berhenti pada huruf yang bertanwin fathah.
Contoh :
جُزْءًا - لَيْسُوْ سَوَآءً - حَبّاً وَنَبَاتاً - عَلِيْماً حَكِيْماً

Catatan :
- Cara membacanya adalah dengan tidak melafalkan Nun pada akhir katanya, contohnya; Aliiman, dibaca Aliimaa ( dengan memanjangkan ma sebanyak 2 harakat), demikian selanjutnya.
- Huruf hamzah yang bertanwin fathah terkadang terkadang didahului dengan Alif dan terkadang disudahi dengan alif seperti dua contoh terakhir diatas, cara membacanya sama, yaitu dua harokat.
- Pengecualian apabila berhenti pada Ta’ Marbutoh yang bertanwin fathah ( ةً ) maka cara membacanya tanwin berubah menjadi H, sehingga seolah-olah kita mengakhiri kata tersebut dengan H sukun ( هْ)
Contoh :
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً

d. Mad Tamkin
Mad yang terjadi apabila Ya karoh bertasdyid ( يِّّّّّّ ) bertemu dengan Ya sukun, maka masing-masing (Tasydid dan madnya) dibaca/ditahan 2 harakat.
Contoh ;النَّبِيِّينَ - وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ
Praktek ; Surat Al-Muthoffifiin, Surat An-Nisa

e. Mad Shilatin Qoshiroh
Mad yang terjadi pada Ha Dhomir ( ه ) *bunyi Hu atau Ha yang bertemu dengan selain huruf Hamzah.
Contoh:
لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ - مَآ أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُوَمَا كَسَبَ
Catatan :
-          ­Ha Dhomir tidak dibaca panjang apabila sebelum atau sesudahnya adalah sukun, contoh ;
مَآ أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ - لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنَى
Namun pengecualian dalam keadaan diatas,dimana H Dhomir tetap dibaca 2 harakat sekalipun didahului dengan huruf sukun, yaitu khusus pada Surat Al-Furqon ayat 69 ; yaitu pada kata
وَيَخْلُدْ فِيْهِ مُهَاناً              
Praktek ; Surat Al-Lahab, ٍSurat Al-Baqarah (Ayat Kursi)

Kelima Jenis Mad ini termasuk kedalam kelompok Mad Ashli (Asal), dimana merupakan asal dari jenis Mad yang lain yang disebut sebagai Mad Far’i (cabang) karena merupakan pengembangan dari Mad Asli, yang insya Allah akan dibahas pada kaidah selanjutnya.

2. Mad yang bersifat pilihan 2, 4 atau 5 harokat. Mad ini terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Mad Jaiz Munfasil
Mad yang terjadi apabila Mad (thobii) bertemu dengan hamzah dalam kata yang terpisah. Pada Mad ini biasa di beri tanda ~ diatas huruf mad.


Contoh :
- قُلْ يَآ أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ

-وَاعْلَمُوْآ أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

-الَّذِيْ أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
Perhatikanlah cotoh diatas, pada contoh yang pertama huruf Yaa ( يَا ) pada kata Yaa Ayyuhal Kaafiruun asalnya adalah mad thobii, dimana ia hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ ) dalam kata yang terpisah ( Hamzah bukan bagian dari kata يَا ), maka ia menjadi Mad Jaiz Munfasili, boleh dibaca 2, 4, hingga 5 harokat.
Demikian halnya pada contoh selanjutnya. Oleh karena itu Mad ini berasal dari mad thobii dengan sebab bertemunya mad dengan huruf hamzah
Praktek ; Surat Al-Baqarah, Al-kafirun


b. Mad Shilatin Thowilah
Mad yang terjadi apabila Ha Dhomir ( ه ) bertemu dengan Hamzah

Contoh ;
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ - مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Perhatikanlah contoh diatas, huruf Ha yang berharokat dhommah pada kata مَالَهُpada contoh yang pertama asalnya adalah Mad Shilatin Qosiroh, hanya dibaca 2 harokat, namun tatkala bertemu dengan Hamzah (أ ) Maka ia menjadi Mad Shilatin Towilah. Oleh karena itu Mad ini berasal dari Mad Shilatin Qosiroh dengan sebab bertemunya mad dengan hamzah
3. Mad yang panjangnya 5 harokat ketika bersambung (Washol) dan 6 harokat ketika berhenti.
Pada kaidah ini hanya terdapat satu jenis mad yaitu Mad Wajib Muttasili. Mad Wajib Muttasili adalah mad yang terjadi apabila mad (thobii) bertemu dengan Hamzah dalam satu padanan kata.
Contoh :
أُوْلَـئِكَ - سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ - إِذَا جَآءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Perhatikanlah contoh diatas. Pada contoh yang pertama huruf jim (
ج ) pada kata “Jaa” (جَآء ) asalnya adalah Mad Thobii hanya dibaca sepanjang 2 harokat, tidak lebih dan tidak kurang. Namun ketika ia bertemu dengan Huruf Hamzah ( أ) dalam satu padanan kata ( Hamzah merupakan bagian dari kata “Jaa-a”), maka ia menjadi Mad Wajib Muttasili dibaca 5 harokat ketika bersambung, dan apabila berhenti dibaca 6 harokat. Oleh karena itu Mad ini juga berasal dari mad thobii dengan sebab bertemunya mad dengan huruf hamzah. Demikian halnya dengan contoh yang lainnya.
Praktek ; Surat An-Nashr, Surat Al-Baqarah
4. Mad Yang Panjangnya 6 Harokat, Tidak Lebih Dan Tidak Kurang
Mad ini terdiri dari 5 macam:
a.      Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal
Mad yang terjadi apabila huruf Mad (Thobii) bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu kata. Contoh :
وَلاَ الضَّآلِّيْنَ - يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ اللَّهَ - فَإِذَا جَآءَتِ الطَّآمَّةُ الْكُبْرَى
Perhatikanlah contoh diatas. Pada huruf Dho pada kata Waladdhoollin ( ض) asalnya adalah mad Thobii, hanya dibaca 2 harokat, namun tatkala bertemu dengan Huruf Lam yang bertasydid ( لّ) maka ia menjadi Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal, dipanjangkan menjadi 6 harokat. Mad ini merupakan pengembangan dari mad (thobii) dengan sebab tasydid.
Apabila tidak dalam satu padanan kata (huruf mad dan huruf bertasydid berada dalam kata yang terpisah) maka ia tidak dipanjangkan. contohnya pada kata   مَنْ ذَا الَّذِي
Pada contoh diatas huruf Dzal pada kata dza (adalah Mad Thobii) bertemu dengan lam yang bertasydid, namun karena bukan dalam satu padanan kata ( dza dan alladzi adalah dua kata yang berbeda), maka dia tidak dipanjangkan.
Praktek : Surat Al-Fatihah, Surat Al Mujadilah, Surat An-Naziat

b.   Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf
Mad yang terjadi apabila Mad Badal bertemu dengan Huruf Sukun. Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, yaitu pada Surat Yunus, ayat 51 dan 91
-ءَآلْآنَ وَقَدْ كُنتُم بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ

-ءَآلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

c. Mad Farqu
Mad yang terjadi apabila Mad Badal bertemu dengan huruf yang bertasydid. Mad ini hanya terjadi pada beberapa ayat didalam Al-Qur’an, yaitu Surat Al-An’am, ayat 143-144, dan Surat An-Naml, Ayat 59. Lafadznya adalah :
-ءَآللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُون
-قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ

d. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal
Mad yang terjadi pada Huruf-huruf Muqoth-to’ah ( potongan huruf) yang terdapat di beberapa awal/pembuka Surat (Fawatihussuwar). Cara membacanya adalah sesuai dengan hurufnya, dan disertai dengan Idghom, dengan panjang 6 harokat. Huruf-hurufnya adalah :
ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م )نقص عسلكم(
Contoh :
المطسمالمص

Perhatikan huruf yang digaris merah pada contoh diatas, Lam pada contoh pertama dibaca 6 harokat dan diidghomkan (dileburkan) dengan Mim
Praktek : Surat Al-Baqarah, dan beberapa Surat yang terdapat huruf-huruf Muqoth-to’ah.

e. Mad Lazim Harfi Mukhoffaf
Mad yang terjadi pada Huruf-huruf Muqoth-to’ah ( potongan huruf) yang terdapat di beberapa awal/pembuka Surat (Fawatihussuwar).Cara membacanya adalah sesuai dengan hurufnya, dan tidak disertai dengan Ideghom, dengan panjang 6 harokat.
Contoh:
Huruf-huruffnya adalah :
ن – ق – ص – ع – س – ل – ك – م )نقص عسلكم(

Contoh ;
عسق – الر – كهيعض – ن – يس
Praktek : Surat Maryam, Yasin, Nun ..


5. Mad Yang bersifat pilihan 2, 4 atau 6 harokat
Mad ini terdiri dari 2 jenis
a.      Mad ‘Arid Lissukun
Mad yang terjadi apabila Mad Thobii berada sebelum huruf yang berhenti (diwaqofkan).
Contoh :
الرَّحْمـنِ الرَّحِيْمِ - قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ - وَمِمَّا رَزَقْنَاهُم يُنفِقُونَ

Perhatikanlah contoh diatas, pada contoh yang pertama, mad thobii yaitu
حِيْ pada kata الرَّحِيْمِ asalnya hanya dibaca 2 harokat, tidak lebih, namun karena ia jatuh sebelum Mim yang berhenti (waqof), maka ia menjadi Mad ‘Arid Lissukun, boleh dibaca 2, 4, atau 6 harokat, demikian halnya dengan contoh selanjutnya.
Oleh karena itu mad ini merupakan pengembangan dari Mad Thobii dengan sebab bertemuya mad dengan Sukun. Umumnya Mad ini sering kita dapatkan pada akhir-akhir ayat.
Praktek : Surat Al-Faatihah, Surat Al-Baqarah.

b.      Mad Liin
Mad yang terjadi apabila berhenti pada suatu huruf yang sebelumnya adalah waw atau ya sukun yang didahului oleh huruf yang berharokat Fathah.

Contoh :
رِحْلَةَ الشِّتَاء وَالصَّيْفِ- الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

Praktek : Surat Al-Baqarah, Surat Quraisy


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari materi yang telah kami ulas diatas maka dapat dimbil kesimpulan sebagai berikut:

1.      Mad secara bahasa berarti tambahan, sedangkan menurut istilah adalah memanjangkan lama suara ketika mengucapkan huruf Mad.
2.      Huruf mad thabi’I ada tiga yaitu alif, wawu’, ya..
3.      Mad dibagi menjadi dua yaitu mad thabi’I dan mad far’i
4.      Al-Ziyadahadalah penambahan huruf atau lafaz yang mempunyai tujuan dan faedah tertentu yang tidak didapatkan ketika lafaz tersebut dibuang.

- Wallaahu a’lam bi Shawab –









DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Ati. 2010. Modul Qur’an Hadits. Sragen : Akik Pustaka
Sjafi’i, Mas’ud. 1967. Pelajaran Tajwid. Semarang : PT. M G.
Baroroh, Riska. 2009. Qur’an Hadits. Solo : Wijaya
Asy’ari, Abdullah. 1987. Pelajaran Tajwid. Surabaya : Apollo
Suparno. 2006. Pendidikan Agama Islam. Surakarta : Percetakan Adinugraha

No comments:

Post a Comment