Wikipedia

Search results

Saturday, June 20, 2015

Keikhlasan Dalam Beribadah



Keikhlasan Dalam Beribadah

Disusun Oleh Kelompok 3

Muri Nopita Sari           (1411100225)
Murni Dhuhaini            (1411100226)
Mutiara Pinangsari       (1411100228)

Kelas D
Semester II

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Prodi PGMI
Iain Raden Intan Lampung
T.A. 2014/2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Qur’an Hadist  dengan judul “Keikhlasan dalam beribadah”.

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini, semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kami menyadari dalam penulisan maupun penyajian makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah-makalah selanjutnya.





Bandar Lampung,  23 Maret 2015




Penulis,


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................... 2
C.    Tujuan Penulisan......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
A.    Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah............................. 3
B.     Makna Mufradat......................................................................... 4
C.    Asbabun Nuzul Ayat................................................................... 5
D.    Tafsir Global................................................................................. 6
E.     Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah...................................... 9
F.     Makna Mufradat....................................................................... 10
G.    Maksud Hadist........................................................................... 10
H.    Cara Mencapai Keikhlasan Beribadah.................................... 11
I.       Analisis Keikhlasan Beribadah................................................. 13
BAB III PENUTUP............................................................................... 14
A.    Kesimpulan................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tugas utama manusia hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah kepada-Nya merupakan bukti pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Dari berbagai ayat dan hadis dijelaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang beribadah kepada Allah ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah dan hadis Nabi SAW. Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas aspek kehidupan yang ada. Yang penting aktivitas yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah kepada-Nya dan yang menjadi pedoman dalam mengontrol aktivitas ini adalah wahyu Allah dan sabda Rasul-Nya.

Namun ada satu aspek yang seringkali dilupakan dalam pelaksanaan ibadah kepada-Nya, yakni keikhlasan dalam menjalankannya. Keikhlasan dalam beribadah merupakan aspek yang sangat fundamental yang akan mempengaruhi diterima atau tidaknya ibadah kita.  Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah ibadah yang sia-sia.


B.     Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas maka kami merumuskan beberapa masalah yaitu :
1.      Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah ?
2.      Makna Mufradat dan ayat Tentang Keikhlasan Beribadah ?
3.      Asbabun Nuzul Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah ?
4.      Tafsir Global Tentang Keikhlasan Beribadah ?
5.      Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?
6.      Makna Mufradat Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?
7.      Maksud Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah ?
8.      Cara Memcapai Keikhlasan Beribadah ?
9.      Analisis Keikhlasan Beribadah ?

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.      Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah.
2.      Makna Mufradat dan Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah.
3.      Asbabun Nuzul Ayat Tentang Keikhlasan Beribadah.
4.      Tafsir Global Tentang Keikhlasan Beribadah.
5.      Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.
6.      Makna Mufradat Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.
7.      Maksud Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah.
8.      Cara Memcapai Keikhlasan Beribadah.
9.      Analisis Keikhlasan Beribadah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ayat Pokok Tentang Keikhlasan Beribadah.

Keikhlasan dalam beribadah ialah beribadah semata-mata hanya kepada Allah SWT. Menyembah kepada Allah SWT dan menjahui kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus. Menjalankan ibadah yang telah di tetapkan oleh Allah SWT dengan penuh keikhlasan, seperti dalam menjalankan perintah shalat yang tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan  rukun dan syaratnya. Kata ikhlas secara harfiah berarti murni, suci, atau bersih. Konteks ikhlas ini berkaitan dengan niat. Niat adalah dorongan dalam hati manusia untuk melaksanakan amal perbuatan tertentu. Dalam mengamalkan ajaran agama Islam hendaknya dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah swt., artinya dengan kesadaran semata-mata hanya menaati perintah-Nya dan untuk memperoleh ridho-Nya.

1.      QS. Al – An’am : 162 – 163

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢

لَا شَرِيكَ لَهُ ۥ‌ۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)

Artinya : Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.[1] (QS.Al-An’am: 162-163).


2.      QS. Al – Bayyinah : 5

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurusdan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.[2] (QS. Al – Bayyinah : 5).

B.     Makna Mufradat

1.      QS. Al – An’am : 162 -163

Artinya
Lafadz
Sesungguhnya shalatku
إِنَّ صَلاَتِي
Ibadahku
وَنُسُكِي
Hidup dan matiku
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي   
Tuhan semesta alam
رَبِّ الْعَالَمِينَ       
Tiada sekutu bagi - Nya
لاَ شَرِيكَ لَهُ         
Aku diperintahkan
أُمِرْتُ 
Orang yang pertama-tama berserah diri
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ      



2.      QS. Al – Bayyinah : 5

Artinya
Lafadz
Dan mereka tidak disuruh
وَمَا أُمِرُوا              
Melainkan supaya menyembah Allah
إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ      
Dan yang demikian inilah agama yang lurus
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ    

C.    Asbabun Nuzul

1.      QS. Al – An’am : 162 -163

Tidak ada Asbabun nuzul yang pasti tentang ayat ini akan tetapi dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ayat ini turun karena adanya tuduhan dari kaum kafir quraisy tentang dakwah Nabi yang mereka menganggap Nabi mempunyai maksud dibalik menyuruh mereka meninggalkan kesesatan, mereka menganggap Muhammad ingin mencari Jabatan, dan Kekayaan oleh karena itu turunlah ayat ini yang menyatakan bahwa dakwah Nabi murni dan hanya untuk Allah semata.

2.      OS. Al – Bayyinah : 5

Karena adanya perpecahan dikalangan mereka maka pada ayat ini dengan nada mencerca Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah. Perintah yang ditujukan kepada meraka adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka, untuk memcapai kebahagian dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas lahir dan batin dalam berbakti kepada Allah dan membersikan amal perbuatan dari syirik serta mematuhi agama Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekafiran kaumnya kepada agama tauhid dengan mengikhlasan ibadat kepada Allah SWT.


D.    Tafsir Global

1.      QS. Al – An’am : 162 -163

Secara bahasa ikhlas terambil dari akar kata kholasha, khulushon, khalashon yang berkonotasi murni dan terbebas dari kotoran. Kata ikhlas menunjukkan makna murni, bersih, terbebas dari segala sesuatu yang mencampuri dan mengotorinya. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dalam ayat diatas merupakan ayat yang menjelaskan tentang ikhlas beribadah ayat diatas menjelaskan tentang kebenaran agama yang dibawa oleh nabi ibrahim dan sekaligus gambaran tentang sikap nabi Muhammad yang mengajak kaumya untuk beriman ayat ini memerintakan: katakanlah wahai nabi Muhammad, bahwa sesungguhnya shlataku, dan semua ibadahku termasuk korban dan penyembelihan binatang yang kulakukan dan hidupku bersama yang terkait denganya, baik tempat waktu, maupun aktifitas dan matiku, yakni iman dan amal saleh yang akan aku bawa mati, kulakukan secara ikhlas dan murni hanyalah semata-mata untuk Allah. Tuhan pemelihara semesta alam, tiada sekutu baginya dalam zat, sifat, dan perbuatanya.[3]

Kata nusuk biasa juga diartikan sembelihan, namun yang dimaksud dengan ya adalah ibadah, termasuk shalat dan sembelihan itu, pada mulanya kata ini digunakan untuk melukiskan sepotong perak yang sedanga dibakar, agar kotoran dan bahan-bahan lain tidak menyertai potongan perak itu tidak terlepas darinya, shingga yang tersisa adalah perak murni, ibadah dinamai nusuk untuk menggambarkan bahwa ia seharusnya suci, murni dilaksanakan dengan pernuh keikhlasan demi karena Allah, tidak tercampur sedikitpun oleh selain keikhlasan kepada Allah.



Penyebutan kata shalat sebelum penyebutan kata ibadah kendati shalat adalah salah satu bagian dari ibadah dimaksudkan untuk menunjukan rukun islam yang kedua itu. Ini karena shalat adalah satu-satunya kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan sebanyak lima kali sehari apapun alasanya berbeda dengan kewajiban yang lainya.

Ayat ini menjadi sebuh bukti ajakan beliau kepada umat agar meninggalkan kesesatan dan memeluk islam, tidak beliau maksudkan untuk meraih keuntungan pribadi dari mereka karena seluruh aktifitas beliau hanya demi karena Allah semata, Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran.
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa kita dituntut ikhlas dalam menjalankan semua ibadah kepada Allah baik yang sifatnyal vertical maupun horizontal, ketika kita hendak melasksanakanya niat kita haruslah lurus semata-mata karena Allah bukan karena dilhat oleh orang atau lainya yang nantinya akan dapat merusak pahala dari ibadah kita, ketika hendak melaksanakan shalat, ketika telah bertakbir maka seluruh aktifitas badan, pikiran, dan perasaan haruslah tertuju kepada Allah, bukan kepada yang lain begitu juga dengan ibadah yang lain seperti menolong sesama, puasa, dan ibadah yang lain hendaknya hanyalah tertuju kepada Allah.[4]

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya’ akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.Tetapi banyak dari kita yang beribadah tidak berlandaskan rasa ikhlas kepada Allah SWT, melainkan dengan sikap riya’ atau sombong supaya mendapat pujian dari orang lain. Hal inilah yang dapat menyebabkan ibadah kita tidak diterima oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali jika (dilakukan) dengan penuh keikhlasan serta ditujukan untuk mendapatkan ridha-Nya”.(Al Hadis). Karena itu Imam Ali ra mengungkapkan bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah.[5]

2.      OS. Al – Bayyinah : 5

Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan. Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat. Menyembah kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus.

Surat ini turun sebagai bentuk penegasan kembali atas tindakan Ahl al-kitab (Yahudi dan Nasrani) yang melampaui batas. Misalnya, umat Nasrani telah menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan, sementara itu kaum Yahudi menghinakannya. Melalui ayat ini Allah mengingatkan kembali kepada mereka agar kembali kepada agama yang lurus (din al-qayimah). Agama yang lurus ini bercirikan tiga hal, yaitu adanya ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
           
Ketundukan dan kepatuhan secara murni menjadi kunci terbentuknya sikap lurus dan senantiasa condong kepada kebajikan. Sebaliknya, ketundukan dan kepatuhan yang tidak murni (syirik) menjadi akar penyimpangan dan kecondongan kuat untuk berbuat yang berlawanan dengan nilai-nilai kebajikan.
Kata (مخلصين) mukhlishin adalah berbentuk isim fa’il berasal dari kata خلص))khalusha yang artinya murni setelah sebelumnya diliputi kekeruhan. Dari sini  ikhlas merupakan usaha memurnikan dan menyucikan  hati sehingga benar-benar tertuju kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan itu hati masih biasanya diliputi atau dihinggapi oleh hal-hal selain Allah, seperti pamrih dan yang semacamnya.

Kata (حنفاء)hunafa’ adalah berbentuk jamak dari kata mufrod (حنيف) hanif yang biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu(kebajikan). Agama Islam disebut juga sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus (berada di tengah-tengah). Artinya, tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang spiritual atau sebaliknya.

Penyebutan shalat dan zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.[6]

E.     Hadist Tentang Keikhlasan Beribadah

1.      HR. Muslim

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الّلهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الّلهِ صَلَّى الّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الّلهَ تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ اِلَى اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُاِلَى قُلُوْبِكُمْ
Artinya : “DariAbu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi ia melihat/memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu”.


2.      Dari Amirul Mukminin, Umar Bin Khathab

Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul – Nya, maka hijrah itu kepada Allah dan Rasul – Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujukan.

F.     Makna Mufradat

1.      HR. Muslim

Artinya
Lafadz
Tidak melihat
لاَ يَنْظُرُ             
Bentuk badan
اَجْسَامِكُمْ             
Rupamu
صُوَرِكُمْ  
Dan tetapi
وَلَكِنْ
Hatimu
قُلُوْبِكُمْ               

G.    Maksud Hadist

1)      HR. Muslim

Allah SWT tidak melihat fisik umatnya khususnya dalam konteks ibadah melainkan tergantung pada seberapa ikhlas ia melakukan ibadah tersebut. Seperti telah dinyatakan pada hadist lain yang artinya :
“Segala sesuatu tergantung pada niatnya”


2)      Dari Amirul Mukminin, Umar Bin Khatab

Hadist diatas menjelaskan tentang dalam setiap kita melakukan suatu amal ibadah haruslah karena Allah semata. Hadist ini diucapkan beliau karena ada seseorang laiki – laki yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, kita ketahui bahwa hijrah ketika itu karena perintah dari Allah pastilah itu begitu besar pahala yang akan didapat akan tetapi laki – laki itu ikut hijrah dikarenakan dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang cantik jelita yang membuat terpesona setiap siapa saja yang melihatnya. Konon wanita itu bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (orang hijrah karena Ummu Qais).

Pada hadist ini, “ segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat yang ikhlas mengharap ridho Allah maka tidak berarti apa – apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasullah, “semua amal itu tergantung pada niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagaimana memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat. Maka ketahuilah bahwa syarat utama diterimnya ibadah itu ada 2 yaitu : Niat Yng ikhlas dan Pelaksanaannya sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi SAW.

H.    Cara Mencapai Keikhlasan Beribadah

Cara agar kita dapat mancapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan pikiran dissat kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita hanya memikirkan Allah, shalat untuk Allah, zikir untuk Allah, semua amal yang kita lakukan hanya untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah. Jangan munculkan ras riya’ atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak berdaya di hadapan Allah SWT.
Rasakanlah Allah berada di hadapan kita dan sedang menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas anda dapat mencapai ikhlas. Dan jangan lupa untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita dapat beribadah secara ikhlas untuk-Nya, sebagaimana do’ a Nabi Ibrahim a.s,” Sesungguhnya jika Rabb-ku tidak memberi hidayah kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.

Sebagai upaya membina terwujudnya keikhlasan yang mantap dalam hati setiap mukmin, sudah selayaknya kita memperhatikan beberapa hal yang dapat mencapai dan memelihara ikhlas dari penyakit-penyakit hati yang selalu mengintai kita, di antaranya:

1)      Dengan meyakini bahwa setiap amal yang kita perbuat, baik lahir maupun batin, sekecil apapun, selalu dilihat dan didengar Allah SWT dan kelak Dia memperlihatkan seluruh gerakan dan bisikan hati tanpa ada yang terlewatkan. Kemudian kita menerima balasan atas perbuatan-perbuatan tadi.

2)      Memahami makna dan hakikat ikhlas serta meluruskan niat dalam beribadah hanya kepada Allah dan mencari keridlaan-Nya semata, setelah yakin perbuatan kita sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Maka ketika niat kita menyimpang dari keikhlasan.

3)      Berusaha membersihkan hati dari sifat yang mengotorinya seperti riya, nifaq atau bentuk syirik lainnya sekecil apapun. Fudhail Bin`Iyadh men gatakan:”Meninggalkan amal karena manusia adalah riya, sedang beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah menyelamatkanmu dari kedua penyakit tersebut.

4)      Memohon petunjuk kepada Allah agar menetapkan hati kita dalam ikhlas. Karena hanya Dia-lah yang berkuasa menurunkan hidayah dan menyelamat kan kita dari godaan syetan.
I.       Analisis Keikhlasan Beribadah

materi ini yaitu ayat tentang keikhlasan beribadah jika kita analisis maka :

1)      Faktanya adalah pada waktu itu nabi kita Muhammad menerima wahyu atau ayat yang menjadi bukti kepada kaum quraisy bahwa dakwah nabi bukan karena ingin mendapat kedudukan atau keuntungan akan tetapi hanya karena Allah yang mana ayat itu kita bahas diatas, kemudian berkenaan dengan.

2)      Prinsipnya yaitu surah al-an’am ayat 162-163

3)      Nilai yang terkandung diidalam ayat diatas yaitu tentang bagai mana seharusnya yang menjadi tujuan kita atau niat kita dalam setiap kali melakukan ibadah yaitu beribadah dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho Dari Allah. Menjauhkan hati dari sikap riya’ sombong dan lain sebagainya.



BAB III
PENUTUP
                                                         
A.    Kesimpulan

Inilah sekelumit hal mengenai keikhlasan, yang patut dihadirkan dan dijaga dalam diri tiap insan. Keikhlasan bukan hanya monopoli mereka-mereka yang pakar dalam ilmu keagamaan, atau mereka-mereka yang berkecimpung dalam keilmuan syar’iyah. Namun keikhlasan adalah potensi setiap insan dalam melakukan amalan ibadah kepada Allah. Bahkan tidak sedikit mereka-mereka yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata memiliki keluarbiasaan dalam keimanannya kepada Allah.

Jika demikian halnya, marilah memulai dari diri pribadi masing-masing, untuk menghadirkan keikhlasan, meningkatkan kualitasnya dan menjaganya hingga ajal kelak menjemput kita. Wallahu A’lam bis Shawab.


DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Al – Mahali dan Jalalddin Al – Suyuthi. 2002. Tafsir Jalalain. Asbabun Nuzul Ayat. Bandung : Sinar Baru Al – Qesindo.

Syamury. 2006. Pendidikan Untuk Kelas X. Jakarta : Erlangga Matsna. 1997. Qur’an Hadist. Semarang : PT Karya Toha Putra





[1] Al – Qur’an surah Al – An’am ayat 162 -163
[2] Al – Qur’an Surah Al – Bayyinah ayat 5
[3] Syamsury . 2006, hal : 18
[4] Jalaluddin Al – Mahali dan Jalaluddin Al – Suyuthi. 2002, hal : 2763
[5] Quraish Shihab. 2002, hal : 256
[6] Himpunan Fadhilah Aman. 2007, hal : 395

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Izin copy paste bagian pendahuluan dan penutup. terimakasih

    ReplyDelete

  3. LegendaQQ.Net

    Pilihan Terbaik Untuk Permainan Kartu Sang

    LEGENDARIS !!!
    Min Depo 20Rb !!!
    Kartu Para Sang LEGENDA !!!
    WinRate Tertinggi !!!


    Kami Hadirkan 7 Permainan 100% FairPlay :

    - Domino99
    - BandarQ
    - Poker
    - AduQ
    - Capsa Susun
    - Bandar Poker
    - Sakong Online

    Fasilitas BANK yang di sediakan :

    - BCA
    - Mandiri
    - BNI
    - BRI
    - Danamon

    Tunggu apalagi Boss !!! langsung daftarkan

    diri anda di Legenda QQ

    Ubah mimpi anda menjadi kenyataan bersama

    kami !!!
    Dengan Minimal Deposit dan Raih WD sebesar"

    nya !!!

    Contact Us :
    + live chat : legendapelangi.com
    + Skype : Legenda QQ
    + BBM : 2AE190C9

    ReplyDelete