Wikipedia

Search results

Wednesday, April 6, 2016

Pemetaan kajian Tartildan Ilmu Tajwid serta Macam-macam Imlaq dan Metode Pembelajarannya

Pemetaan kajian Tartildan Ilmu Tajwid serta Macam-macam Imlaq dan Metode Pembelajarannya


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai suatu mu’jizat yang paling agung. Bahwasanya Allah yang maha agung serta mulia mempunyai para ahli dari golongan manusia. Dikatakan “siapakah mereka ya Rasulallah?” Rasulullah SAW. Bersabda: ahlul al-Qur’an, mereka adalah ahlullah yang telah dikhususkan dan telah diistimewakan oleh Allah.
Allah SWT tidak akan menerima suatu amal perbuatan kecuali perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas, tulus serta benar maksud ketulusan atau kemurniannya suatu perbuatan itu sendiriadalah sesuatu yang dituntut untuk dilakukan semata pada Allah SWT sedangkan kebanaran suatu perbuatan yakni sesuai dengan dasar-dasar dan  tujuan yang  syar’i.
Oleh karena itu kita sebagai pembaca al-Qur’an hendaknya mengetahuicara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, dengan mempelajari Ilmu Tajwid agar kita dapat membaca Al-Qur’an dengan Tartil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tartil?
2. Apa yang dimaksud dengan Tajwid?
3. Apa yang dimaksud dengan Imla’?
C. Tujuan 
1. Untuk mengetahui tentang Tartil.
2. Untuk mengetahui tentang Tajwid.
3. Untuk mengetahui tentang Imla’.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Tartil
1.      Definisi Tartil
Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.

Allah Ta’ala berfirman, :“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil: 4).

Ibnu Katsir berkata, “Bacalah dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan membantu untuk memahami Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya. Dengan cara seperti itulah Rasulullah membaca Al-Qur’an. Aisyah berkata, “Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil sehingga seolah-olah menjadi surat yang paling panjang.”Beliau senantiasa memutus-mutus bacaannya ayat demi ayat.
Tata cara membaca Al-Qur’an yang dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara bacaan. Zaid bin Tsabit radiallahu ‘anhu pernah ditanya, “Bagaimana pendapatmu tentang bacaan Al-Qur’an dalam tujuh hari?” Ia menjawab, “Baik, dan jika saya membacanya dalam setengah bulan atau satu bulan lebih saya sukai, mengapa demikian?” Orang tadi bertanya, “Saya akan bertanya demikian itu.”Zaid berkata, “Agar saya dapat men-tadabbur-i dan berhenti dalam setiap bacaan.”
Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya orang yang membaca dengan tartil dan mencermatinya, ibarat orang yang bershadaqah dengan satu permata yang sangat berharga, sedangkan orang yang membca dengan cepat ibarat bershadaqah beberapa permata, namun nilainya sama dengan satu permata.Boleh jadi, satu nilai lebih banyak daripada beberapa nilai atau sebaliknya.”
Pendapat yang benar adalah, sesungguhnya seseorang yang membaca dengan tergesa-gesa, maka ia hanya mendapatkan satu tujuan membaca Al-Qur’an saja, yaitu untuk mendapatkan pahala bacaan Al-Qur’an, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil disertai perenungan, maka ia telah mewujudkan semua tujuan membaca Al-Qur’an, sempurna dalam mengambil manfaat Al-Qur’an, serta mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang mulia.
2.      Macam-Macam Tartil
Terdapat empat macam tingkatan atau mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan:

a.       Pertama At- Tahqiq: Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan dengung. Tingkatan bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf dengan tepat dan betul, atau lebih tepat dipakai untuk proses belajar mengajar atau dunia pendidikan.

b.      Kedua Al-Hadr: Bacaan yang cepat dengan tetap menjaga hukum-hukum bacaan tajwid. Tingkatan bacaan hadr ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran, supaya mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat.

c.       Ketiga At-Tadwir: Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadr, dengan tetap menjaga hukum-hukum tajwid.

d.      Keempat At-Tartil: Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna, merenungkan maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat.Tingkatan bacaan tartil ini biasanya bagi mereka yang sudah mengenal makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan bacaan ini adalah lebih baik dan lebih diutamakan.





3. Lahn
Lahn adalah suatu kesalahan atau kondisi yang menyimpang dari kebenaran. Kesalahan itu dibagi menjadi dua macam :
1) Lahn Jali (besar) yaitu kesalahan yang terdapat dalam lafazh dan mempengaruhi tata cara bacaan, baik itu mengubah arti atau tidak mengubahnya. Dinamakan “kesalahan besar” karena kesalahan ini diketahui oleh ulama qiro’ah maupun orang awam, seperti:

a. Perubahan huruf dengan huruf
Seharusnya اَلْمُسْتَقِيْمَ dibaca اَلْمُصْتَقِيْمَ
Seharusnya اَلَّذِيْنَ dibaca اَلَّزِيْنَ
Seharusnya اَلضَّالِّيْنَ dibaca اَلظَّالِّيْنَ
Seharusnya اَلْمَغْضُوْبِ dibaca اَلْمَقْضُوْبِ
b. Perubahan harokat dengan harokat
Seharusnya قُلْتُ dibaca قُلْتِ
Seharusnya رَبِّ dibaca رَبُّ
Seharusnya أَنْعَمْتُ dibaca أَنْعَمْتِ
Seharusnya لَمْ يَلِدْ dibaca لَمْ يَلِدُ
c. Penambahan huruf
Seharusnya مَنْ كَانَ dibaca مَانْ كَانَ
Seharusnya مِنْكُمْ dibaca مِينْكُمْ
d. Penghilangan tasydid
Seharusnya عَرَّفَ dibaca عَرَفَ
Seharusnya بَدِّلْ dibaca بَدِلْ
e. Penambahan tasydid
Seharusnya فَرِحَ dibaca فَرِّحَ
Seharusnya مَرَجَ dibaca مَرَّجَ
f. Penghilangan bacaan panjang
Seharusnya اَلْكِتَابُ dibaca اَلْكِتَبُ
Seharusnya اَلْبَيَانَ dibaca اَلْبَيَنَ
Kesalahan-kesalahan di atas hukumnya haram. Ulama telah sepakat tentang keharamannya, dan  pelakunya berdosa.
2) Lahn Khafi (kecil) yaitu kesalahan yang berkaitan dengan tidak sempurnanya pengucapan bacaan; kesalahan seperti ini hanya diketahui oleh orang yang ahli dalam bidang ini (bidang qiro’ah, pent.), seperti:
a. Tidak sempurna dalam pengucapan dhommah.
وَنُوْدُوْا → Seharusnya dibaca wa nuuduu tetapi dibaca wa noodoo
b. Tidak sempurna dalam pengucapan kasroh.
سَبِيْلِهِ → Seharusnya dibaca sabiilih tetapi dibaca sabiileh
c. Tidak sempurna dalam pengucapan fathah.
اَلْبَاطِلُ → Seharusnya dibaca al-baathilu tetapi dibaca al-boothilu
d. Menambah qalqalah pada kata yang seharusnya tidak berqalqalah.
فَضْلَهُ → Seharusnya dibaca fadhlahuu tetapi dibaca fadhe‘lahuu
e. Mengurangi bacaan ghunnah.
أَنَّ → Seharusnya tasydid dibaca dengan dengung sekitar dua harakat tetapi tidak dibaca dengan dengung.
f. Terlalu memanjangkan bacaan panjang.
اَلرَّحْمَانُ → Seharusnya mim tersebut dibaca dua harakat tetapi dibaca empat, lima, atau enam harokat.
g. Terlalu menggetarkan ro’.
الَذُّكُوْرُ → Seharusnya dibaca adz-dzukuur tetapi dibaca adz-dzukuurrrr
B.  Ilmu Tajwid

1.      Definisi Ilmu Tajwid atau Tahsin
Tajwīd (تجويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا) dalam bahasa Arab.Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.

Istilah (terminologi) ialah:

إ ِخْرَاجُ كُلّ ِحَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مَعَ إِعْطَائِهِ حَقَّهُ وَ مُسْتَحَقَّهُ

“Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.”

Haq huruf yaitu sifat asli yang senantiasa ada pada setiap huruf atau seperti sifat Al-jahr, Isti’la, dan lain sebagainya.Hak huruf meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat keluar huruf.

Mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu ,seperti; izh-har, ikhfa, iqlab, idgham, qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.

Imam Ali bin Tholib mengatakan bahwa Tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya dan memberikan hak setiap huruf (yaitu sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti qolqolah, Hams, dll) dan mustahaq huruf (yaitu sifat-sifat huruf yang terjadi karena sebab-sebab tertentu, seperti izhar, idghom, dll.)


Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran.
Pengertian tahsin (تحسين) secara bahasa sama seperti pengertian tajwid yang berasal dari kata حَسَّنَ- يُحَسِّنُ- تَحْسِيْنًا yang berarti membaguskan atau memperbaiki.

Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr (panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.

2.     Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid (Tahsin)

Para ulama menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.

Dalil kewajiban membaca Alquran dengan tajwid adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala

وَرَتِّلِ الْقُرْ ا نَ تَرْتِيْلًا..

“Dan bacalah AlQuran dengan tartil.” (Q.S. Al-Muzzammil 73: 4).

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah Subhanhu Wa Ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wasallam untuk membaca Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang lain:

“Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad ) secara tartil (bertajwid)”. (Q.S. Al-Furqaan (25): 32)

Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala:

“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al Baqarah: 121)

Dan mereka tidak akan membaca dengan sebenarnya kecuali harus dengan tajwid, kalau meninggalkan tajwid tersebut maka bacaan itu menjadi bacaan yang sangat jelek bahkan kadang-kadang bisa berubah arti. Ayat ini menunjukkan sanjungan Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dengan bacaan sebenarnya.

2. Sabda Rasul:

إ ِقْرَؤُوْا الْقُرْآَنَ بِلُحُوْنِ الْعَرَبِ وَ أَصْوَاتِهَا (رواه الطبران)

“Bacalah Al-Qur’an dengan cara dan suara orang Arab yang fasih”. (HR. Thabrani)

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah Semoga Allah meridhainya (istri Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi Wasallam), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan dan sholat Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam, maka beliau menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda Shallallaahu’alaihi wasallam sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Amr, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu: Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad.” (Hadits ke 4615 dari Sahih Al-Bukhari).

Dalam hadits lain:

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau menjawab bahwa bacaan beliau Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu dengan panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan (bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR. Bukhari)

C.    IMLA
1.    Definisi  Imla
Imla adalah membaca sesuatu dengan keras supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik belajar bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh guru atau teman sekelas secara tepat. Bahan pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat sederhana, atau bacaan singkat.

2.      Macam-Macam Imla

a.         Al Imla’ Al Hijaiy yaitu pembelajarn menulis huruf-huruf hijaiyah
b.         Al Imla’ Al Manquly yaitu memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang ada di buku atau papan tulis.
c.          Al Imla’ Al Mandzury yaitu guru membacakan beberapa teks yang tertulis dipapan tulis, kemudian diperintahkan kepada siswa untuk ditulis dengan benar dan baik sesuai dengan tulisan yang ada di papan tulis.
d.         Al Imla’ Al Ikhtibary yaitu guru membacakan beberapa teks arab kemudian siswa diperintahkan untuk menulisnya tanpa melihat teks yang ada.



3.    Manfaat Kegiatan Imla

Kegiatan Imla memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut.
a)      Imla menyebabkan guru dan siswa mengetahui kesalahan penulisan atau ejaan sebuah kata, kalimat, atau bacaan singkat secara cepat. Kesalahan tersebut biasanya di buat tiap-tiap siswa saat mengevaluasi hasil dikte.
b)      Imla dapat meningkatkan kemahiran mendengarkan dan menulis bagi para siswa.
c)      Imla dapat menambah perbendaan kosakata.
d)     Imlamelatih daya ingat jaka pendek siswa akan kata-kata kalimatyang didengar sebelum dituliskan pada kertas.
e)      Selama dan sesudah Imla, semua siswa terlihat aktif.
f)       Imla dapat menjadi acuan yang baik bagi keseluruhan kemahiran bahasa.

4.      Tujuan Metode Imla
Adapun tujuan pengajaran imla ini adalah sebagai berikut :
a.       Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa arab dengan mahir dan benar
b.      Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa arab, akan tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi inegral. (terpadu)
c.       Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa arab.
d.      Menumbuhkan agar menulis Bahasa arab dengan tulisan indah dan rapi
e.       Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
f.       Memudahkan murid mengarang dalam Bahasa arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.

5.      Metode Mengajar Imla
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla dengan cara,guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla tersebut adalah sebagai berikut :
a)   Memberikan apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
b)   Jika imla dilakukan dengan cara menuliskan materi imlaq maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
Ø   Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
Ø   Membacakan materi pelajaran imla yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
Ø  Setelah guru membacakan imla, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla tersebut
Ø   Setelah selesai membaca imla dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
Ø   Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
Ø   Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla
Ø   Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
Ø   Setelah selesai imla, guru mengumpulkan catatan imla semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
c)   Dan jika imla dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
Ø   Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’
Ø   Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
Ø   Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
Ø   Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
Ø   Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
Ø   Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
d)   Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imlaq, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

1.      Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.
2.      tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
3.      Imla adalah membaca sesuatu dengan keras supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik belajar bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh guru atau teman sekelas secara tepat. Bahan pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat sederhana, atau bacaan singkat.


4.       
Daftar Pustaka

http://www.alquran-sunnah.com/alquran/ilmu-tajwid.html
    http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid
    http://farizsalmanalfarisi.blogspot.com/2012/12/hubungan-ilmu-tahsin-tajwid-dan-ilmu.html
    http://dinulislami.blogspot.com/2013/06/hukum-dan-tujuan-mempelajari-ilmu-tajwid.html
    http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/19/pengertian-dan-hukum-mempelari-ilmu-tajwid/
    http://ilmu-tajwid-lengkap-syemzoel.blogspot.com/2011/10/ilmu-tajwid.html
    http://save4your.blogspot.com/2011/06/hukum-mempelajari-ilmu-tajwid.html
    http://tajwidmu.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html
Sumber
    http://cahayaummulquro.com/muqaddimah-ilmu-tajwid/

No comments:

Post a Comment