“PEMETAAN KAJIAN TARTILDAN ILMU TAJWID SERTA
MACAM-MACAM IMLAQ DAN METODE PEMBELAJARANNYA”
Dosen Pengampu: Jimi Harianto, M.Pdi
Di susun oleh:
Ismi Hidayati :1411100203
Muhammad
Yasin :1411100224
Murni Duhaini :1411100226
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PGMI
IAIN RADEN
INTAN LAMPUNG 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas berkat dan rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Alhamdulilah dengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi
kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan
dan pengetahuan tentang “Pemetaan kajian Tartildan Ilmu Tajwid serta
Macam-macam Imlaq dan Metode Pembelajarannya”. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang banyak untuk sendiri maupun orang lain.
Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
segala pihak yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya dan saya memohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya
kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna didunia ini kecuali Allah
SWT yang telah menciptakan alam semesta dan isinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk para pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.
Bandar
Lampung, 23
Maret 2015
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tajwid............................................................................................................... 2
B. Tartil................................................................................................................. 5
C. Imla’................................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-qur’an
adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril sebagai suatu mu’jizat yang paling agung. Bahwasanya Allah yang maha
agung serta mulia mempunyai para ahli dari golongan manusia. Dikatakan
“siapakah mereka ya Rasulallah?” Rasulullah SAW. Bersabda: ahlul al-Qur’an,
mereka adalah ahlullah yang telah dikhususkan dan telah diistimewakan oleh
Allah.
Allah SWT tidak
akan menerima suatu amal perbuatan kecuali perbuatan itu dilakukan dengan
ikhlas, tulus serta benar maksud ketulusan atau kemurniannya suatu perbuatan
itu sendiriadalah sesuatu yang dituntut untuk dilakukan semata pada Allah SWT
sedangkan kebanaran suatu perbuatan yakni sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan yang
syar’i.
Oleh karena itu
kita sebagai pembaca al-Qur’an hendaknya mengetahuicara membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar, dengan mempelajari Ilmu Tajwid agar kita dapat membaca
Al-Qur’an dengan Tartil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
Tartil?
2. Apa yang dimaksud dengan
Tajwid?
3. Apa yang dimaksud dengan
Imla’?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang
Tartil.
2. Untuk mengetahui tentang
Tajwid.
3. Untuk mengetahui tentang
Imla’.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tartil
1. Definisi
Tartil
Tartil
adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan
potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan
berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.
Allah Ta’ala
berfirman, :“Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS.
Al-Muzammil: 4).
Ibnu Katsir
berkata, “Bacalah dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan membantu untuk
memahami Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya. Dengan cara seperti itulah Rasulullah
membaca Al-Qur’an. Aisyah berkata, “Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil
sehingga seolah-olah menjadi surat yang paling panjang.”Beliau senantiasa
memutus-mutus bacaannya ayat demi ayat.
Tata cara membaca
Al-Qur’an yang dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara
bacaan. Zaid bin Tsabit radiallahu ‘anhu pernah ditanya, “Bagaimana pendapatmu
tentang bacaan Al-Qur’an dalam tujuh hari?” Ia menjawab, “Baik, dan jika saya
membacanya dalam setengah bulan atau satu bulan lebih saya sukai, mengapa
demikian?” Orang tadi bertanya, “Saya akan bertanya demikian
itu.”Zaid berkata, “Agar saya dapat men-tadabbur-i dan berhenti dalam setiap
bacaan.”
Ibnu
Hajar berkata, “Sesungguhnya orang yang membaca dengan tartil dan mencermatinya,
ibarat orang yang bershadaqah dengan satu permata yang sangat berharga,
sedangkan orang yang membca dengan cepat ibarat bershadaqah beberapa permata,
namun nilainya sama dengan satu permata.Boleh jadi, satu nilai lebih banyak
daripada beberapa nilai atau sebaliknya.”
Pendapat yang benar
adalah, sesungguhnya seseorang yang membaca dengan tergesa-gesa, maka ia hanya
mendapatkan satu tujuan membaca Al-Qur’an saja, yaitu untuk mendapatkan pahala
bacaan Al-Qur’an, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil disertai
perenungan, maka ia telah mewujudkan semua tujuan membaca Al-Qur’an, sempurna
dalam mengambil manfaat Al-Qur’an, serta mengikuti petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabat yang mulia.
2.
Macam-Macam Tartil
Terdapat empat macam tingkatan atau
mertabat bacaan Al Quran yaitu bacaan dari segi cepat atau perlahan:
a. Pertama
At- Tahqiq: Bacaannya seperti tartil cuma lebih lambat dan perlahan, seperti
membetulkan bacaan huruf dari makhrajnya, menepatkan kadar bacaan mad dan
dengung. Tingkatan bacaan tahqiq ini biasanya bagi mereka yang baru belajar
membaca Al Quran supaya dapat melatih lidah menyebut huruf dan sifat huruf
dengan tepat dan betul, atau lebih tepat dipakai untuk proses belajar mengajar
atau dunia pendidikan.
b. Kedua
Al-Hadr: Bacaan yang cepat dengan tetap menjaga hukum-hukum bacaan tajwid.
Tingkatan bacaan hadr ini biasanya bagi mereka yang telah menghafal Al Quran,
supaya mereka dapat mengulang bacaannya dalam waktu yang singkat.
c. Ketiga
At-Tadwir: Bacaan yang pertengahan antara tingkatan bacaan tartil dan hadr,
dengan tetap menjaga hukum-hukum tajwid.
d. Keempat
At-Tartil: Bacaannya perlahan-lahan, tenang dan melafazkan setiap huruf dari
makhrajnya secara tepat serta menurut hukum-hukum bacaan tajwid dengan sempurna,
merenungkan maknanya, hukum dan pengajaran dari ayat.Tingkatan bacaan tartil
ini biasanya bagi mereka yang sudah mengenal makhraj-makhraj huruf, sifat-sifat
huruf dan hukum-hukum tajwid. Tingkatan bacaan ini adalah lebih baik dan lebih
diutamakan.
3. Lahn
Lahn adalah suatu kesalahan atau kondisi
yang menyimpang dari kebenaran. Kesalahan itu dibagi menjadi dua macam :
1) Lahn Jali (besar) yaitu
kesalahan yang terdapat dalam lafazh dan mempengaruhi tata cara bacaan, baik
itu mengubah arti atau tidak mengubahnya. Dinamakan “kesalahan besar” karena
kesalahan ini diketahui oleh ulama qiro’ah maupun orang awam, seperti:a. Perubahan huruf dengan huruf
Seharusnya اَلْمُسْتَقِيْمَ dibaca اَلْمُصْتَقِيْمَ
Seharusnya اَلَّذِيْنَ dibaca اَلَّزِيْنَ
Seharusnya اَلضَّالِّيْنَ dibaca اَلظَّالِّيْنَ
Seharusnya اَلْمَغْضُوْبِ dibaca اَلْمَقْضُوْبِ
b. Perubahan harokat dengan harokat
Seharusnya قُلْتُ dibaca قُلْتِ
Seharusnya رَبِّ dibaca رَبُّ
Seharusnya أَنْعَمْتُ dibaca أَنْعَمْتِ
Seharusnya لَمْ يَلِدْ dibaca لَمْ يَلِدُ
c. Penambahan huruf
Seharusnya مَنْ كَانَ dibaca مَانْ كَانَ
Seharusnya مِنْكُمْ dibaca مِينْكُمْ
d. Penghilangan tasydid
Seharusnya عَرَّفَ dibaca عَرَفَ
Seharusnya بَدِّلْ dibaca بَدِلْ
e. Penambahan tasydid
Seharusnya فَرِحَ dibaca فَرِّحَ
Seharusnya مَرَجَ dibaca مَرَّجَ
f. Penghilangan bacaan panjang
Seharusnya اَلْكِتَابُ dibaca اَلْكِتَبُ
Seharusnya اَلْبَيَانَ dibaca اَلْبَيَنَ
Kesalahan-kesalahan di atas hukumnya haram. Ulama telah sepakat tentang keharamannya, dan pelakunya berdosa.
2) Lahn Khafi (kecil) yaitu kesalahan yang berkaitan dengan tidak sempurnanya pengucapan bacaan; kesalahan seperti ini hanya diketahui oleh orang yang ahli dalam bidang ini (bidang qiro’ah, pent.), seperti:
a. Tidak sempurna dalam pengucapan dhommah.
وَنُوْدُوْا → Seharusnya dibaca wa nuuduu tetapi dibaca wa noodoo
b. Tidak sempurna dalam pengucapan kasroh.
سَبِيْلِهِ → Seharusnya dibaca sabiilih tetapi dibaca sabiileh
c. Tidak sempurna dalam pengucapan fathah.
اَلْبَاطِلُ → Seharusnya dibaca al-baathilu tetapi dibaca al-boothilu
d. Menambah qalqalah pada kata yang seharusnya tidak berqalqalah.
فَضْلَهُ → Seharusnya dibaca fadhlahuu tetapi dibaca fadhe‘lahuu
e. Mengurangi bacaan ghunnah.
أَنَّ → Seharusnya tasydid dibaca dengan dengung sekitar dua harakat tetapi tidak dibaca dengan dengung.
f. Terlalu memanjangkan bacaan panjang.
اَلرَّحْمَانُ → Seharusnya mim tersebut dibaca dua harakat tetapi dibaca empat, lima, atau enam harokat.
g. Terlalu menggetarkan ro’.
الَذُّكُوْرُ → Seharusnya dibaca adz-dzukuur tetapi dibaca adz-dzukuurrrr
B. Ilmu Tajwid
1.
Definisi
Ilmu Tajwid atau Tahsin
Tajwīd
(تجويد) secara harfiah bermakna melakukan
sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari
kata Jawwada (جوّد-يجوّد-تجويدا)
dalam bahasa Arab.Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan
huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
Istilah (terminologi) ialah:
إِخْرَاجُكُلِّحَرْفٍمِنْمَخْرَجِهِمَعَإِعْطَائِهِحَقَّهُوَمُسْتَحَقَّهُ
“Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya
masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.”
Haq huruf yaitu sifat asli yang senantiasa ada pada
setiap huruf atau seperti sifat Al-jahr, Isti’la, dan lain sebagainya.Hak huruf
meliputi sifat-sifat huruf dan tempat-tempat keluar huruf.
Mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-waktu timbul
oleh sebab-sebab tertentu ,seperti; izh-har, ikhfa, iqlab, idgham, qalqalah,
ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.
Imam Ali bin Tholib mengatakan bahwa Tajwid adalah
mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya dan memberikan hak setiap huruf
(yaitu sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti qolqolah, Hams, dll) dan
mustahaq huruf (yaitu sifat-sifat huruf yang terjadi karena sebab-sebab
tertentu, seperti izhar, idghom, dll.)
Pengertian lain dari ilmu tajwid ialah menyampaikan
dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan ayat al-Quran.
Pengertian tahsin (تحسين) secara bahasa sama seperti pengertian
tajwid yang berasal dari kata حَسَّنَ- يُحَسِّنُ- تَحْسِيْنًا yang berarti membaguskan atau memperbaiki.
Adapun masalah-masalah yang dikemukakan dalam ilmu
ini adalah makharijul huruf (tempat keluar-masuk huruf), shifatul huruf (cara
pengucapan huruf), ahkamul huruf (hubungan antar huruf), ahkamul maddi wal qasr
(panjang dan pendek ucapan), ahkamul waqaf wal ibtida’ (memulai dan
menghentikan bacaan) dan al-Khat al-Utsmani.
2. Hukum
Mempelajari Ilmu Tajwid (Tahsin)
Para ulama
menyatakan bahwa hukum bagi mempelajari tajwid itu adalah fardhu kifayah tetapi
mengamalkan tajwid ketika membaca al-Quran adalah fardhu ain atau wajib kepada
lelaki dan perempuan yang mukallaf atau dewasa.
Dalil kewajiban membaca Alquran dengan tajwid adalah
sebagai berikut:
1. Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala
وَرَتِّلِالْقُرْانَتَرْتِيْلًا..
“Dan bacalah AlQuran dengan tartil.” (Q.S.
Al-Muzzammil 73: 4).
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah Subhanhu Wa
Ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wasallam untuk membaca
Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan
setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala yang lain:
“Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu)
kepada (Muhammad ) secara tartil (bertajwid)”. (Q.S. Al-Furqaan (25): 32)
Firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala:
“Orang-orang yang telah kami berikan Al Kitab
kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya.Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang
yang rugi.” (Al Baqarah: 121)
Dan mereka tidak akan membaca dengan sebenarnya
kecuali harus dengan tajwid, kalau meninggalkan tajwid tersebut maka bacaan itu
menjadi bacaan yang sangat jelek bahkan kadang-kadang bisa berubah arti. Ayat
ini menunjukkan sanjungan Allah Subhanhu Wa Ta'ala bagi siapa yang membaca Al-Qur’an
dengan bacaan sebenarnya.
2. Sabda Rasul:
إِقْرَؤُوْاالْقُرْآَنَبِلُحُوْنِالْعَرَبِوَأَصْوَاتِهَا (رواهالطبران)
“Bacalah Al-Qur’an dengan cara dan suara orang Arab
yang fasih”. (HR. Thabrani)
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Salamah
Semoga Allah meridhainya (istri Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi Wasallam),
ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan dan sholat Rasulullah
Shallallaahu’alaihi wasallam, maka beliau menjawab: “Ketahuilah bahwa Baginda
Shallallaahu’alaihi wasallam sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti
ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama
seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti
ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah)
mencontohkan cara bacaan Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam dengan
menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu
persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah Ibnu
‘Amr, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ambillah bacaan Al-Qur’an dari empat orang, yaitu:
Abdullah Ibnu Mas’ud, Salim, Mu’adz bin Jabal dan Ubai bin Ka’ad.” (Hadits ke
4615 dari Sahih Al-Bukhari).
Dalam hadits lain:
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ketika ditanya
bagaimana bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau menjawab bahwa
bacaan beliau Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu dengan
panjang-panjang kemudian dia membaca “Bismillahirrahman arrahiim” memanjangkan
(bismillah) serta memanjangkan (ar rahmaan) dan memanjangkan ar rahiim.” (HR.
Bukhari)
C.
IMLA’
1.
Definisi Imla’
Imla’ adalah membaca sesuatu dengan keras
supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik belajar
bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh guru atau
teman sekelas secara tepat. Bahan
pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat sederhana, atau
bacaan singkat.
2. Macam-Macam
Imla’
a.
Al
Imla’ Al Hijaiy yaitu pembelajarn menulis huruf-huruf hijaiyah
b.
Al
Imla’ Al Manquly yaitu memberikan latihan meniru tulisan kalimat pendek yang
ada di buku atau papan tulis.
c.
Al
Imla’ Al Mandzury yaitu guru membacakan beberapa teks yang tertulis dipapan
tulis, kemudian diperintahkan kepada siswa untuk ditulis dengan benar dan baik
sesuai dengan tulisan yang ada di papan tulis.
d.
Al
Imla’ Al Ikhtibary yaitu guru membacakan beberapa teks arab kemudian siswa
diperintahkan untuk menulisnya tanpa melihat teks yang ada.
3.
Manfaat
Kegiatan Imla’
Kegiatan Imla’ memiliki
beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut.
a)
Imla’ menyebabkan
guru dan siswa mengetahui kesalahan penulisan atau ejaan sebuah kata, kalimat,
atau bacaan singkat secara cepat. Kesalahan tersebut biasanya di buat tiap-tiap
siswa saat mengevaluasi hasil dikte.
b)
Imla’ dapat
meningkatkan kemahiran mendengarkan dan menulis bagi para siswa.
c)
Imla’ dapat
menambah perbendaan kosakata.
d)
Imla’ melatih
daya ingat jaka pendek siswa akan kata-kata kalimatyang didengar sebelum
dituliskan pada kertas.
e)
Selama
dan sesudah Imla’, semua siswa terlihat aktif.
f)
Imla’ dapat menjadi
acuan yang baik bagi keseluruhan kemahiran bahasa.
4. Tujuan Metode Imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
a.
Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat
dalam bahasa arab dengan mahir dan benar
b. Anak-anak didik bukan saja
terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa arab, akan
tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi inegral. (terpadu)
c. Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif.
Baik itu perhatian, pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam
bahasa arab.
d. Menumbuhkan agar menulis Bahasa arab dengan tulisan
indah dan rapi
e. Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan
kata-kata yang telah dipelajari
f.
Memudahkan murid mengarang dalam Bahasa arab dengan
memakai gaya bahasa sendiri.
5. Metode Mengajar Imla’
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam
pengajaran imla’ di
kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan
murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,guru hanya membacakan materi pelajaran
itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’
tersebut adalah sebagai berikut :
a)
Memberikan apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang
akan dimulai.
b) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imlaq maka langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut :
Ø
Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan
tulisan yang menarik
Ø Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
Ø Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
Ø Setelah selesai membaca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku
tulis
Ø
Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum
dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut
hingga tidak ada lagi kesalahan
Ø Menuliskan kata-kata sulit serta
ikhtisar dari materi imla’
Ø
Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis
imla’ didepan papan tulis itu ke dalam
buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
Ø
Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa
atau dinilai
c)
Dan jika imla’
dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah
yang ditempuh adalah sebagai berikut :
Ø
Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian
siswa semua terpusat pada acara imla’
Ø Guru memulai mendikte acara imla’
secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara
sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang
cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
Ø Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian
diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
Ø Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru
saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk
menuliskannya di papan tulis
Ø Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat
menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
Ø Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk
dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
d) Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post
test, mengenai materi imlaq, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau
belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Tartil
adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan
potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan
berpikir terhadap apa yang sedang ia baca.
2.
tajwid
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan
huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci al-Quran maupun bukan.
3.
Imla’ adalah membaca sesuatu dengan keras
supaya ditulis orang lain. Dalam belajar bahasa, imla’ adalah sesuatu teknik belajar
bahasa dengan cara menulis apa yang di katakan atau di ucapkan oleh guru atau
teman sekelas secara tepat. Bahan
pelajaran yang biasa di dektekan, antara lain kata, kalimat sederhana, atau
bacaan singkat.
4.
Daftar Pustaka
http://www.alquran-sunnah.com/alquran/ilmu-tajwid.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid
http://farizsalmanalfarisi.blogspot.com/2012/12/hubungan-ilmu-tahsin-tajwid-dan-ilmu.html
http://dinulislami.blogspot.com/2013/06/hukum-dan-tujuan-mempelajari-ilmu-tajwid.html
http://anshorimujahid.wordpress.com/2011/02/19/pengertian-dan-hukum-mempelari-ilmu-tajwid/
http://ilmu-tajwid-lengkap-syemzoel.blogspot.com/2011/10/ilmu-tajwid.html
http://save4your.blogspot.com/2011/06/hukum-mempelajari-ilmu-tajwid.html
http://tajwidmu.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-hukum-belajar-ilmu.html
Sumber: http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/01/ilmu-tajwid-tahsin-tilawatil-quran.html#ixzz3UnSzDuOe
Sumber
http://cahayaummulquro.com/muqaddimah-ilmu-tajwid/
lanjutkan terus y,,,bagus good
ReplyDeleteaslm, numpang copas.......
ReplyDelete