“PRATIK PENENTUAN WAQAF DAN PENULISAN ISIM MAUSUL”
Dosen Pengampu : Jimi Hariyanto,M.Pd.I
Disusun
oleh :
Kelompok
12
Gustin
Rif’aturrofiqoh 1411100198
Neva Sundariawati 1411100231
Novita Wulandari 1411100234
Kelas : D/ Semester 2
IAIN
RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN
PGMI
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah
Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang “Praktik Penentuan Waqaf dan Penulisan Isim Mausul”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih
luas bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan pembaca.
Bandar lampung,25 Mei 2014
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................... 2
A.
Pengertian Waqof...................................................................................... 2
B.
Macam-Macam Waqof.............................................................................. 3
C.
Tanda-Tanda Waqof dan Praktik Penentuannya
dalam Al-Qur’an.......... 5
D.
Penulisan Isim Mausul............................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 9
A.
Kesimpulan ............................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Alqur’an
adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya. Membaca
Alqur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Alqur’an harus
tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali nafas
hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang dalam
istilah ilmu tajwid dinamakan waqof. Jika si pembaca berhenti pada tempat yang
tidak semestinya maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat
sebelumnya.Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Alqur’an, baik di
akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda
waqof yang ada dalam Alqur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib syar’i bagi
yang melanggarnya. Walaupun jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat
tertentu yang dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka hukumnya haram.
B.
Rumusan
Masalah
E.
Apa Pengertian Waqof ?
F.
Apa Saja Macam-Macam dari Waqof ?
G.
Bagaimana Bentuk Tanda-Tanda Waqof dan Praktik
Penentuannya dalam Al-Qur’an ?
H.
Bagaimana Bentuk Penulisan Isim Mausul ?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah Qiro’atul Qur’an dan Imlaq
2.
Dapat mengetahui tentang pengertian
waqof,macam-macam waqaf,tanda-tanda waqof,dan penentuannya didalam Al-qur’an
Serta mengetahui bagaimna bentuk penulisan isim mausul.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waqof
Waqaf(وقف) Dari sudut bahasa
berarti Berhenti / menahan.Dari sudut
istilah tajwid waqof berarti Menghentikan seketika bacaan dengan memutuskan
suara di akhir perkataan untuk bernafas dengan niat menyambung kembali bacaan. Sedangkan berhenti dengan tanpa nafas atau
tertegun disebut saktah.
Berhenti ketika melakukan tilawah Al-Qur'an memerlukan pengetahuan yang
khusus, agar tilawah terdengar bagus.
Ali bin Abu Thalib ra. menafsirkan kata-kata
At-Tartil dalam surat Al Muzzammil ayat 4 yaitu :
Tanda-tanda
waqaf yang ada dalam Al-Quran, kedudukannya tidak dihukumi wajib atau haram
syar'i bagi yang melanggarnya, kecuali yang dilakukan dengan sengaja untuk
mengaburkan makna, Sebagaimana perkataan Imam Jazari:
"Didalam Al-Qur'an tidak ada waqaf yang berhukum wajib syar'i, kecuali karena suatu sebab."Misal waqaf yang dapat merubah arti : (QS. Ali Imran: 181)
"Didalam Al-Qur'an tidak ada waqaf yang berhukum wajib syar'i, kecuali karena suatu sebab."Misal waqaf yang dapat merubah arti : (QS. Ali Imran: 181)
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya".
Berhenti pada kataفَقِيرٌberarti sebuah pernyataan yang salah. Maka haram
hukumnya bila dilakukan dengan sengaja. Seharusnya berhenti pada kata yang
berarti "....dan kami kaya" yaitu : أَغْنِيَاءُوَنَحْنُ
B.
Macam-macam
Waqaf
Secara garis besar waqof terbagi
menjadi empat yaitu :
1. Waqof
Idlthirori ( اضْطِرَارى )artinya terpaksa, yaitu dilakukan seorang qori’ dikarenakan
kehabisan nafas, batuk lupa dan sebagainya.
2. Waqof Inthidhori ( انتِظارى
) artinya berhenti menunggu;
yaitu Qori berhenti pada sebuah kata yang perlu untuk menghubungkan dengan
kalimat wajah yang lain (menurut- versi bacaan-bacaan imam sab’ah) karena
adanya perbedaan riwayat.
3.
Ikhtibari ( اختِبَارِى ) artinya berhenti untuk diuji, yaitu
ketika qori’ diuji untuk menerangkan al Maqthu’ (kata terpotong), ketika
ditanya seorang juri. Atau boleh bagi seorang pengajar Al Qur an memutus-mutus
ayat pada anak didiknya (untuk memudahkan).
4. Ikhtiyari
( اختِيَارِى
) artinya berhenti yang dipilih, adalah waqof yang ada unsur kesengajaan, bukan
karena sebab-sebab yang tersebut diatas. Waqof Ikhtiyari ini dibagi menjadi
empat bagian yaitu:
a. Waqaf
Lazim/ Waqaf Tam
Menghentikan bacaan
pada rangkai kata yang sempurna maknanya serta lafaz (dari segi i’rab) dan
maksudnya tidak tergantung dengan kata-kata berikutnya. Waqaf ini bertanda:( م )
Contohnya: Qs.Al-Baqarah : 8
b.
Waqaf Ja’iz (Berhenti Harus),
Bacaan diharuskan
berhenti atau sambung. Kedudukan hukum bahagian ini kadangkala sama (berhenti
atau sambung), kadangkala sambung lebih baik dari berhenti dan kadangkala
berhenti lebih baik dari sambung (yaitu menghentikan bacaan pada rangkai kata
yang tidak merosakkan maknanya).
c. Waqaf
Kafi
Bacaan harus
diberhentikan atau disambung malah berhenti lebih baik dari sambung. Ia
dinamakan demikian kerana lafaznya sempurna dan tidak bergantung dengan lafaz
selepasnya.
Tandanya(
قلي ).
Contohnya:
Diakhir ayat Qs.Al-fatihah : 4
d. Waqaf
Tasawi
Kedudukan hukum
bacaan tersebut ketika berhenti dan sambung adalah sama.
Tandanya( ج )
Contohnya:Al-Baqarah:99
e. Waqaf
Hasan
Bacaan yang
diharuskan berhenti atau sambung malah sambung adalah lebih baik dari berhenti.
Ia dinamakan demikian kerana memberhentikan bacaan padanya adalah lebih baik.
Tandanya( صلي ).
Hukum berhenti pada
waqof hasan adalah boleh dan baik tanpa mengulangi dengan kalimat sesudahnya
contoh : الحمدُ لله ِ berhenti dan meneruskan
pada العَا لَمِيْنَ ربِّ tidak apa-apa tapi
jika nafas masih panjang lebih baik untuk meneruskannya.
f. Saktah
Lathifah (Berhenti Sejenak)
Saktah Lathifah
(Berhenti Sejenak) yaitu memutuskan suara (selama dua harkat) di akhir kata
tanpa bernafas.
Contohnya: Qs.Yasin
: 52
g. Waqof
Muraqabah
Waqof muraqabah
(terkontrol) yang disebut juga ta’anuqul-waqfi (waqof bersilang), yaitu
terdapatnya dua tempat waqof di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh
berhenti pada salah satu tempat saja.
C. Tanda-Tanda Waqaf
1. Tanda mim( مـ )
Tanda mim disebut juga
dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim
disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya.
Contoh ; Qs.Al-Gasyiyah :12
Contoh ; Qs.Al-Gasyiyah :12
2. Tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud "Jangan berhenti!".
Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung
mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut
boleh berhenti atau tidak.
Contohnya : Qs.Al-Alaq : 15
Contohnya : Qs.Al-Alaq : 15
3. Tanda sad-lam-ya' ( ﺻﻠﮯ )
Tanda sad-lam-ya' merupakan singkatan
dari "Al-wasl Awlaa" yang bermakna "wasal atau meneruskan bacaan
adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya
adalah lebih baik.
Contohnya:Qs.Ali
Imran : 24
4. Tanda jim ( ﺝ )
Tanda jim adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik
berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
Contoh: Qs.At-Takwir
: 22
5. Tanda Waqaf Aula (قل )
Tanda waqaf Aula yaitu anda waqaf
yang menunjukkan lebih bagus berhenti walaupun nafas masih kuat.
Contoh : Qs.’Abasa
: 6
6. tanda bertitik tiga (.'.
.'.~Mu'anaqah)
Tanda bertitik tiga yang disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali
di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda
tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada
tanda kedua dan sebaliknya.
Contohnya :Qs. Al-Baqorah: 2
Contohnya :Qs. Al-Baqorah: 2
لِلْمُتَّقِينَ هُدًىۛفِيهِۛرَيْبَلَالْكِتَابُاذَٰلِكَ
Sebagian tanda waqaf memakai istilah yang lain, seperti:
1.
Tanda tho ( ﻁ )adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
2.
Tanda Waqaf Mustahab(قف),berhenti lebih baik, tidak salah kalau terus.
3.
Tanda Waqaf Mujawwaz (ز ), tanda boleh
berhenti, namun meneruskan bacaan adalah lebih utama.
4.
Tanda sad ( ﺹ )disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan
bahwa lebih baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat
tanpa mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada
fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad.
5.
Tanda qaf ( ﻕ )merupakan singkatan dari "Qeela alayhil
waqf" yang bermakna "telah dinyatakan boleh berhenti pada wakaf
sebelumnya", maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh
diwaqafkan.
6.
Tanda sin ( س )
atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ )menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain,
pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan
bacaan.
D.
Penulisan Isim Mausul
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk
menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat.
Dalam
bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata:
"yang".
isim
maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi
isim mausul, yaitu: من , ما , serta الذي
1.
Bentuk
asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (yang)
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam
menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat جَاءَ
الطَّالِبُ : = datang mahasiswa itu
Kalimat IIيَدرُسُ
الشَّرِيعَة لطَّالِبُ ا : = mahasiswa itu belajar Syari’ah
Kalimat
III يعَة الشَّرِسُ يَدرُ
الطَّالِبُ الَّذِي
جَاءَ = datang
mahasiswa yang belajar Syari’ah
Kalimat
III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul:
الَّذِيْ
2. Bila Isim Maushul itu dipakai untuk
Muannats maka:
الَّذِيْmenjadi:الَّتِيْ
جَاءَتِ الطَّالِبَةُ
الَّتِي تَدْرُسُ الشَّرِيعَة datang mahasiswi yang belajar
Syari’ah
3. Bila Isim Maushul itu digunakan
untuk Mutsanna (Dual) maka:
الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ
sedangkan
الَّتِيْ menjadi:
الَّتَانِ
يَدْرُسَانِ
الشَّرِيعَة جَاءَ
الطَّالِبَانِ الَّذانِ = datang dua mahasiswa yang belajar
Syari’ah
الطَّالِبَتَانِ
الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة جَاءَتِ ==
datang dua mahasiswi yang belajar Syari’ah
4. Bila Isim Maushul itu dipakai untuk
Jamak maka:
الَّذِيْ menjadi:
الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ
menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ
ينَ
يَدْرُسُونَ الشَّرِيعَةجَاءَ الطُّلَّابُ الَّذِ= datang
mahasiswa-mahasiswa yang belajar Syari’ah
جَاءَتِ
الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي يَدْرُسْنَ الشَّرِيعَة= datang
mahasiswi-mahasiswi yang belajar Syari’ah.
Disamping الَّذِيْ,
termasuk juga dalam Isim Maushul antara lain:
مَنْ (=siapayang), مَا (=apa yang),أَيّ (=mana
yang).
Contoh:
جَاءَ مَنْ أَعْرِفُهُ = (datang siapa yang aku mengenalnya)
جَاءَ مَنْ أَعْرِفُهُ = (datang siapa yang aku mengenalnya)
وَجَدْنَا مَا بَحَثْنَا =(kita telah temukan apa yang
kita cari)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waqaf dari
sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid
ialah menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan
untuk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat
jenis waqaf yaitu:Waqof Idlthirori ( اضْطِرَارى ),Waqof
Inthidhori ( انتِظارى ),Ikhtibari ( اختِبَارِى ),Ikhtiyari ( اختِيَارِى ).
Tanda – Tanda Waqaf yaitu :
·
Waqaf Lazim ( م )= Mesti Berhenti.
·
‘Adamul Waqaf( ه )=Tidak Boleh
Berhenti.
·
Waqaf Muthlak ( ط )=Waqaf Sempurna.
·
Waqaf Jaiz ( ج )=Boleh Berhenti,
Boleh Lanjut.
·
Waqaf Mujawwaz( ز )=Di Bolehkan Waqaf.
·
Waqaf Murakhash( ص )=Waqaf Yang Di
Ringankan Hukumnya (Bagi Org Yg Pendek Nafasnya)
·
Waqaf Aula ( قف )= Lebih Baik
Berhenti.
·
Qila Waqaf Aula ( قلى )= Baik Berhenti
·
Qila
Alaihi Waqaf(ق)=Menurut Pendirian Boleh Waqaf. 10.Tanda
Washal Aula(صلى)=Lebih Baik Diteruskan.
·
Kazdalika
Muthabiqaun ‘Alama Qablahu (ك)=
Serupa Dengan Hukum Sebelumnya
·
Waqaf
Mu’anaqah=Yaitu Tanda Titik Tiga Pada Dua Tempat.:
·
Qila Alaihi Waqaf( ق )=Menurut Pendirian
Boleh Waqaf.
·
Tanda Washal Aula( صلى )=Lebih Baik
Diteruskan.
·
Kazdalika Muthabiqaun ‘Alama Qablahu
( ك )=
Serupa Dengan Hukum Sebelumnya
·
Waqaf Mu’anaqah=Yaitu Tanda Titik
Tiga Pada Dua Tempat.
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk
menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat.
Dalam
bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata:
"yang".
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Hardiansyah.2014,Quantum Nahwu (Metode Ibnu
Halim/Pengembangan Dari Metode Tamyiz), Bandar Lampung, Indonesia : Anugrah
Utama Raharja (AURA).
Fahrudin,Ahmad.2010,Quantum Reading Book, Depok : Duta
Grafika Nusantara.
Anwar,Muhammad, Cet-ke27 2012,Ilmu Nahwu ( Terjemahan Matan Al-jurumiyyah dan Imrithy ),Bandung :
Sinar Baru Algensindo.
Bunyamin,Solihin,2001,Metode Granada Sistem 4 Langkah,Bukit
Cirendeu,Ciputat: Granada Investa Islami.
http://mujahidahwaljihad.blogspot.com/2013/05/waqaf-waqaf-dan-pembagiannya-waqaf.html diambil
pada tanggal 24 Mei 2015 di Bandar Lampung Pkl.08.30 WIB
diambil pada tanggal 24 Mei 2015 di Bandar Lampung
Pkl.08.35 WIB
No comments:
Post a Comment