PENDAHULUAN
Pada dasarnya tuntutan sudah banyak yang berubah. Pendidik perlu menyusun
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. belajar melibatkan
pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.
Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 menyatakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami
hakikat materi pelajaran yang diajarkanya dan memahami berbagai model
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan
perencanaan pengajaran oleh guru.
Dengan adanya perencanaan pengajaran tersebut diharapkan dapat terjadi
keberhasilan atau kesuksesan dalam belajar mengajar.
A.
PENGERTIAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN SD/MI
Menurut Bambang Warsita pembelajaran selalu dikaitkan dengan suatu upaya
atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik
dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Perubahan perilaku
tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),
sikap (afektif), dan nilai (value).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses perubahan tingkah laku pada seseorang yang asalnya tidak tahu
menjadi tahu, yang asalnya tidak mempunyai keterampilan menjadi mempunyai
keterampilan, dan yang asalnya tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa
mengerjakan sesuatu yang semuanya itu merupakan hasil dari pengalaman atau
interaksi dengan lingkungan yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian,
perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari proses
belajar mengajar tersebut merupakan hasil dari belajar atau dengan kata lain
disebut hasil belajar.
Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 105) menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat
dikatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat dicapai
oleh peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
belajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam
bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif
(value).[1]
B.
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN SD/MI
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam
proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut
terdapat beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar
mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa
indikator keberhasilan belajar, di antaranya yaitu: daya serap terhadap bahan
pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual,
kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok.[2]
Indikator keberhasilan
belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah
laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
1.
Kebiasaan, yaitu cara
bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar
2.
Keterampilan, yaitu
perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan
digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf
3.
Akumulasi persepsi,
yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti
pengenalan simbol, angka dan pengertian
4.
Asosiasi dan hafalan,
yaitu seperangkat ingatan mengenai seseuatu sebagai hasil dari penguatan
melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar maupun asosiasi
tiruan
5.
Pemahaman dan konsep,
yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar secara
rasional
6.
Sikap, yaitu pemahaman,
perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap sesuatu
7.
Nilai, yaitu tolak ukur
untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik
8.
Moral dan agama, moral
merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya dengan kehidupan sesama
manusia, sedangkan agama adalah penerapan nilai-nilai yang trasedental dan
ghaib (konsep tuhan dan keimanan).
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keberhasilan belajar peserta
didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan
pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang
telah digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik,
baik secara indvidual maupun kelompok.
C.
PENILAIAN KEBERHASILAN BELAJAR
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta didik
dapat dilakukan menggunakan tes prestasi belajar. Tes merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuruan, yang
didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik guna mengukur aspek perilaku
peserta didik.[3]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106), berpendapat bahwa tes
prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian keberhasilan peserta
didik, yaitu: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.[4] Tes
prestasi belajar tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Tes formatif adalah
kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencapai umpan balik (feed back), yang selanjutnya hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
yang sedang atau yang sudah dilakukan. Jadi, penilaian formatif tidak hanya
berbentuk tes tulis dan hanya dilakukan pada setiap akhir pelajaran, tetapi
dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang
diberikan selama pelajaran berlangsung atau sesudah pelajaran selesai.
2.
Tes subsumatif, adalah
penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajar
pada waktu tertentu. Tujuannya dalah untuk memperoleh gambaran daya serap
peserta didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar pesrta didik. Hasil
tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3.
Tes sumatif, penilaian
yang dilakukan untuk memperolah data atau informasi untuk memperoleh data atau
informasi sampai di mana penguasaan atau
pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah
dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan tujuannya ialah
untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu peserta didik dapat
dinyatakan lulus atau tidak lulus. Pengertian lulus atau tidak lulus di sini
dapat berati: tidak dapatnya peserta didik melanjutkan ke modul berikutnya,
tidak dapatnya peserta didik nmengikuti pelajaran pada semester berikutnya,
tidak dapatnya peserta didik dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi, serta tidak
dapatnya peserta didik dinyatakan lulus/tamat dari sekolah yang bersangkutan.
Dapat disimpulkan
bahawa keberhasilan belajar peserta didik dapat dinilai dengan tiga cara, yakni
tes untuk mengukur aspek kognitif, tes perbuatan untuk untuk mengukur aspek
keterampilan dan non tes untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan peserta
didik dalam psikologi.
D.
KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) PEMBELAJARAN SD/MI
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan nilai minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik dalam satu mata pelajaran sehingga peserta didik
dikategorikan tuntas pada mata pelajaran tersebut. KKM ditentukan pada awal
semester dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu, tingkat kesulitan materi, intake
siswa dan daya dukung.[5]
Penentuan KKM mata
pelajaran diawali dengan menentukan KKM setiap indikator dalam setiap
Kompetensi Dasar. Kemudian KKM setiap indikator dalam satu Kompetensi Dasar
dirata-ratakan, dan hasilnya menjadi KKM Kompetensi Dasar. Kemudian KKM setiap
Kompetensi Dasar dalam satu Standar Kompetensi dirata-ratakan, dan hasilnya
menjadi KKM Standar Kompetensi. Kemudian KKM setiap Standar Kompetensi dalam
satu mata pelajaran dirata-ratakan, dan hasilnya menjadi KKM Mata Pelajaran
untuk kelas tertentu.
E.
PROGRAM PERBAIKAN
Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat
dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum
tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah
mencapai KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.
1.
Remedial
Remedial
merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum
mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera
setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakanssessment as learning. Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. [6]
Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakanssessment as learning. Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. [6]
2.
Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang telah melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan
perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera
setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali
sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak
diakhiri dengan penilaian.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a.
Belajar
kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan
tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD
yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah.
Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah
nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk
menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
b.
Belajar
mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang
diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah
nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh
peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
F.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BELAJAR
SD/MI
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam
mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari
kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam
mengajar, apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan
tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik
dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru
berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya denga
baik dan sitematik. Namun, terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi
kegagalan yang ditemuinya, yang disebabkan oleh berbagai faktor sebagai
penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka
berbagai faktor itu yang menjadi pendukungnya.
Bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik di antaranya yaitu: tujuan,
guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta
suasana evaluasi.[7]
Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik
diuraikan sebagai berikut:
1.
Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal
tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama
halnya keberhasilan pengajaran.
Sedikit banyak perumusan judul akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajara
peserta didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai
tujuan. Jika kegiatan belajar peserta didik dan kegiatan guru mengajar
bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.
2.
Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang
kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek
yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar
untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru
perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Selain itu, Pandangan guru terhadap peserta didik akan mempengaruhi
kegiatan mengajar di kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual
dengan segala perbedaan dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang
memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam
memandang peserta didik akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula, dan hasil
belajar menagajarnya pun berlainan.
3.
Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah
yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari
latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan.
Karenanya, anak-anak berkumpul di sekolah pun mempunyai karakteristik yang
bermacam-macam. Kepribadian mereka ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang
suka bicara, ada yang kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dan
sebagainya. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi.
Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama.
Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini
mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar.
4.
Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan
menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan
pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk
individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan
pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari
kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan,
dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari
kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih
baik.
5.
Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran
itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik.
Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan
keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus
selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan
item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang
sistematis dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan
tidak hanya benar salah (true-false)
dan pilihan ganda (multiple-choice), tetapi
juga menjodohkan (matching),
melengkapi (completion), dan essay.
6.
Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan
dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas. Kelas I, kelas II, dan kelas III dikmupulkan
menurut tingkatan masing-masin. Besar kecilnya jumlah anak didik yang
dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana evaluasi yang
dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain dari kegaiatan menelompokkan
anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksud untuk mendapatkan data
hasil evaluasi yang benar-benar objektif.
v
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang
keberhasilan pembelajaran SD/MI?
2. Apa saja indikator dalam proses keberhasilan pembelajaran SD/MI?
3. Bagaimana cara menentukan kriteria ketuntasan minimum (KKM) pembelajaran SD/MI?
v RANGKUMAN
Suatu proses belajar
mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar merupakan kecakapan dari
suatu usaha atau latihan pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
mengandung pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif)
serta nilai-nilai yang konstruktif (value).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106), berpendapat bahwa tes
prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian keberhasilan peserta
didik, yaitu: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan nilai minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik dalam satu mata pelajaran sehingga peserta didik
dikategorikan tuntas pada mata pelajaran tersebut. KKM ditentukan pada awal
semester dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu, tingkat kesulitan materi, intake
siswa dan daya dukung. Setelah
KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi
ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas,
wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah mencapai
KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
Tujuan, Guru, Peserta didik, Kegiatan pembelajaran, Bahan dan alat evaluasi,
Suasana evaluasi
v TES FORMATIF
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat
1.
Kegiatan Untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang
proses dan hasil yang telah dicapai siswa disebut...
a. Evaluasi
b. Penilaian
c. Pengukuran
d. Tes
e. Observasi
2.
Istilah “pengukuran”dalam sistem evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang bersifat...
a. Kualitatif
b. Akurat
c. Komparasi
d. Kuantitatif
e. Pengujian
3.
Berikut ini tujuan
penilaiaan yang dikekmukakan oleh Chittenden,kecuali...
a. Keeping track
b. Knowledge
c. Finding-up
d. Finding-out
e. Summing-up
4.
1Membuat soal
2.M enyusun kisi-kisi
3.Analisis silabus
4.Membuat kunci jawaban
5Menyusun pedoman
penskoran
6Menyususun lembar
jawaban
Urutan langkah-langkah
menyusun kisi-kisi soal adalah...
a. 1-2-3-4-5-6
b. 3-2-1-6-4-5
c. 3-2-1-6-5-4
d. 3-2-1-5-6-4
e. 6-5-4-2-3-1
5.
Dalam penilaian hasil
belajar ada 4 kemungkinan tujuan penilaian,kecuali...
a. Formatif
b. Syinthesis
c. Sumatif
d. Diagnostik
e. Penempatan
2.
I.Berdasarkan isi dan
tujun bersifat umum.
II.Memiliki derajat
kesedihan yang tinggi
III.Mencangkup
pengetahuan dan kecakapan yang khusus
IV.Item-item jarang di
uji cobakan sebelum menjadi bagian tes tersebut
Dari data di atas manakah yang merupakan tes baku dalam pengembangan
evaluasi jenis tes
a. I dan II
b. I dan III
c. II dan IV
d. I,II, dan III
e. Semua pernyataan benar
3.
Pilihan Jawaban
a. Jika pernyataan benar,alasan benar ,dan alasan merupakan sebab dari
pernyataaan
b. Jika pernyataan benar,alasan benar,tetapi alasan bukan merupakan sebab dari
pernyataan
c. Jika pernyataan benar tetapi alasan salah
d. Jika pernyataan salah,tetapi alasan benar
e. Jika pernyataan salah,alasan salah
4.
Untuk melihat bagaimana
cara menggunakan komputer dengan baik dan benar,guru harus menyuruh peserta
didik untuk mempraktikkan atau mengoperasikan penggunaan komputer yang
sesungguhnya sesuai dengan prosedur yang baik dan benar...
Dari pernyataan di
atas,tes evaluasi yang digunakan adalah...
a. Tes Perbuatan
b. Tes Lisan
c. Observasi\Studi Kasus
d. Portofolio
5.
Suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis,logis, objektif,dan rasional mengenai berbagai
fenomena,baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pernyataan di atas
merupakan pengembangan instrumen evaluasi...
a. Jenis non tes dalam bentuk obsevas
b. Jenis non tes dalam bentuk Wawancara
c. Jenis non tes dalam bentuk Angket
d. Jenis non tes dalam bentuk Studi Kasus
e. Jenis non tes dalam bentuk sosiometri
6.
Pemberian penghargaan
kepada peserta didik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta
didik,sebab...
a. Dapat membangkitkan semangat atau motivasi belajar peserta didik
b. Membuat peserta didik menjadi ingin dimanja
c. Dapat membuat peserta didik merasa di anak emaskan
d. Membuat anak didik menjadi sombong karna memiliki kelebihan dari teman yang
lainnya
e. Membuat Peserta didik menjadi malas-malasan karena sudah merasa pintar.
Cocokkanlah jawaban anda
dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir. Hitunglah
jawaban yang benar kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan terhadap materi kegiatan belajar.
Jumlah
jawaban yang benar
Tingkat penguasaan = X
100%
Jumlah soal
|
Arti tingkat penguasaan
90%-100% = baik sekali
80%- 89% = baik
70%-79%= cukup
<70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajarar berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80 anda harus
mengulangi materi kegiatan belajar lagi. Terutama bagian yang belum dikuasai.
GLOSARIUM
Kognitif : Berdasar
kepada pengetahuan factual yang empiris
Afektif :
mempunyai gaya atau makna yang menunjukan perasaan (tentang gaya bahasa atau
makna)
Psikomotorik : Berhubungan
denga aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental dan psikologi
Saraf :
Jaringan yang menyalurkan rangsangan dari dan alat-alat tubuh
Rasional : Menurut
pertimbangan atau pikiran yang logis
Trasendental : Menonjolkan
hal-hal yang bersifat kerohanian
Gaib : Tidak
terlihat, tersembunyi, tidak nyata
Formatif : Morfem
terkait, baik yang dipakai untuk membentuk dasar
Assesment : Penilaian,
penksiran,
Learning :
Mempelajari, Mendengar, belajar
Pola : Sistem,
cara kerja
Individual : Mengenai
atau berhubungan dengan manusia secara pribadi
Evaluasi : Penilaian
Essay : Sebuah
karangan, soal, tulisan
Value : Nilai
atau harga
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Syaiful Bahri Djamara dan Drs. Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Roestyah. 2004. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sukmadinata Nana Syodih. 2004. Landasan Psikologis Proses Pendidikan
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Usman. 1993, Upaya
Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[1]Drs.
Syaiful Bahri Djamara dan Drs. Aswan Zain. Strategi
Belajar Mengajar.(Jakarta: Rineka Cipta. 2006) h.10h
[2]Ibid.
106
[3]Roestyah.
Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2004) h.79
[4]Op.cit.108
[5]Usman.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993) h.84
6 Sukmadinata Nana Syodih. Landasan Psikologis Proses Pendidikan(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2004) h. 94
[7]Roestyah.
Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:
Rineka Cipta. 2004) h.86
IZIN COPAS YA KK
ReplyDelete