BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah
merupakan gerakan umat Islam yang lahir di Yogyakarta 18 Nopember 1912. Yang
perkembangannya, terutama sejak paruh kedua tahun 1920-an menunjukkan grafik
meningkat. Disaat gerakan umat Islam seangkatannya justru dilanda perpecahan
dan perlahan menunjukkan grafik penurunan, yaitu Sarekat Islam (SI). Yang saat
itu SI pecah karena infiltrasi komunis, sehingga muncul SI “Merah” yang jadi
onderbow PKI pada tahun 1920.
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia
setelah NU. Pendidikan telah menjadi “trade-merk”
gerakan Muhammadiyah, besarnya jumlah lembaga pendidikan merupakan bukti
konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses pemberdayaan umat Islam dan pencerdasan bangsa. Dalam
konteks ini Muhammadiyah tidak hanya berhasil mengentaskan bangsa Indonesia dan umat islam dari kebodohan
dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem
pendidikan “modern” yang telah
terjaga identitas dan kelangsungannya.
Bahkan
peranan Muhammadiyah sampai kini tetap menjadi harapan umat dan bangsa, selain
ormas Islam lainnya seperti NU, Persis, SI dan lain-lain. Terlebih dalam
menyikapi isu-isu nasionaol dan internasional selalu tampil di depan sebagai
pelopornya. Baik secara kelembagaan ataupun yang diperankan individu
kader-kadernya. Pengamat politik asing seperti Samuel P Huntington dalam
bukunya Benturan Peradaban menyebutkan Muhammadiyah sebagai “motor kebangkitan
Islam” di Indonesia.
Diskusi
tentang pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu pembaharuan pendidikan islam di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu
tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah K.H. Ahmad Dahlan. Oleh karenanya
penulis akan membahas makalah yang berjudul “Pemikiran pendidikan islam era modern menurut KH. Ahmad
Dahlan”.
B.
Rumusan Masalah
Agar
pembahasan makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Biografi K.H. Ahmad
Dahlan
?
2. Bagaimana
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan?
3. Bagaimana relevansi pemikiran Pendidikan Islam
Tokoh K.H. Ahmad Dahlan dengan pendidikan masa terkini ?
C.
Tujuan dan
Kegunaan
1. Untuk
mengetahui beografi K.H. Ahmad
Dahlan
2. Untuk mengetahui pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
3. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Pendidikan Islam Tokoh K.H. Ahmad
Dahlan dengan pendidikan masa terkini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Tokoh K.H. Ahmad Dahlan
Kyai Haji
Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868 adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia adalah putera ke empat dari tujuh bersaudara dari
keluarga K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,[1]
dan ibu
dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat sebagai penghulu Kasultanan Yogyakarta pada
masa itu. Dalam sumber
lain K.H. Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1869.
K.H. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 7 Rajab 1340 H atau
23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen, Kemantren, Mergangsan,
Yogyakarta.
Nama kecil K.H.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis.
Saat masih kecil beliau diasuh oleh ayahnya sendiri yang bernama K.H. Abu Bakar.
Karena sejak kecil Muhammad Darwis mempunyai sifat yang baik, budi pekerti yang
halus dan hati yang lunak serta berwatak cerdas, maka ayah bundanya sangat
sayang kepadanya. Ketika Muhammad Darwis menginjak usia 8 tahun Ia dapat
membaca Al-Qur’an dengan lancar. Dalam hal ini Muhammad Darwis memang seorang
yang cerdas pikirannya karena dapat mempengaruhi teman-teman sepermainannya dan
dapat mengatasi segala permasalahan yang terjadi diantara mereka.
Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH.Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan
yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya
di Indonesia. Ahmad Dahlan
juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola.
Ada beberapa faktor intern dan faktor ekstern, yang
mendorong mengapa KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah[2]. Faktor
interennya adalah:
a) Kehidupan
beragama tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits, karena merajalelanya taklid,
bid’ah dan churafat (TBC), yang menyebabkan Islam menjadi beku.
b) Keadaan
bangsa Indonesia serta umat Islam yang hidup dalam kemiskinan, kebodohan, kekolotan dan kemunduran.
c) Tidak
terwujudnya semangat ukhuwah Islamiyah dan tidak adanya organisasi Islam yang
kuat.
d) Lembaga
pendidikan Islam tak dapat memenuhi fungsinya dengan baik, dan sistem pesantren
yang sudah sangat kuno. Adanya pengaruh dan dorongan, gerakan pembaharuan dalam
Dunia Islam.
Faktor-faktor
ekstern, mencakup:
a) Adanya
kolonialisme Belanda di Indonesia.
b) Kegiatan
serta kemajuan yang dicapai oleh golongan Kristen dan Katolik di Indonesia.
c) Sikap
sebagian kaum intelektual Indonesia yang memandang Islam sebagai agama yang
telah ketinggalan zaman.
d) Adanya
rencana politik kristenisasi dari pemerintah Belanda, demi kepentingan politik
kolonialnya.
B.
Karya-karya K.H. Ahmad Dahlan
1)
Rukuning Islan lan Iman.
2)
Aqaid, Salat, Asmaning Para Nabi kang selangkung.
3)
Nasab Dalem Sarta Putra Dalem Kanjeng Nabi.
4)
Sarat lan Rukuning Wudhu Tuwin salat.
5)
Rukun lan Bataling Shiyam.
6)
Bab Ibadah lan Maksiyating Nggota utawi Poncodriyo.
C.
Konsep Pemikiran
Pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan
Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep
pendidikan K.H.
Ahmad Dahlan ini meliputi:
1. Tujuan
Pendidikan
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari
tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan
pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan
pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mendalami
ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan
sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agama sama sekali.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat
bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh
menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan
akhirat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum,
material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan
pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah.
2. Materi
pendidikan
KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa
kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a. Pendidikan
moral, akhlaq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendidikan
individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh
yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan
dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan
kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup bermasyarakat.
3. Metode
Mengajar
Ada
dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren
dan pendidikan Barat. Pandangan Ahmad Dahlan, ada problem mendasar berkaitan
dengan lembaga pendidikan di kalangan umat Islam, khususnya lembaga pendidikan
pesantren. Menurut Syamsul Nizar, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menerangkan bahwa problem tersebut
berkaitan dengan proses belajar-mengajar, kurikulum, dan materi pendidikan.
Dari
realitas pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan menawarkan sebuah metode
sintesis antara metode pendidikan modern Barat dengan metode pendidikan
pesantren. Dari sini tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad
Dahlan berbeda dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi
saat ini. Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan bercorak
kontekstual melalui proses dialogis dan penyadaran. Contoh klasik adalah ketika
beliau menjelaskan surat al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang
sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita
memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus mengamalkan isinya.
Hal
ini karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara
kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Adapun perbedaan
model belajar yang digunakan antara pendidikan di pesantren dengan pendidikan
yang diajarka oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:
a. Cara belajar-mengajar di pesantren
menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan
menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
b. Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab
agama. Sedangkan di madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan bahan pelajarannya
diambil dari buku-buku umum.
c. Hubungan antara guru-murid, di pesantren
hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki
otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah yang dibangun Ahmad
Dahlan mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.[3]
4. Pendidik
Muhammadiyah menanamkan keyakinan paham tentang Islam dalam
sistem pendidikan dan pengajaran.
Penerapan sistem pendidikan Muhammadiyah ini ternyata membawa hasil yang
tidak tenilai harganya bagi kemajuan, bangsa Indonesia pada umumnya dan
khususnya umat Islam di Indonesia.
Muhammadiyah, berpendirian, bahwa para guru memegang peranan
yang penting di sekolah dalam usaha menghasilkan anak-anak didik seperti yang
dicita-citakan Muhammadiyah. Yang penting bagi para guru ialah memahami dan
menghayati serta ikut beramal dalam Muhammadiyah. Dengan memahami dan
menghayati serta ikut beramal dalam Muhammadiyah, para guru dapat menjalankan
fungsinya sesuai dengan apa yang dicita-citakan Muhammadiyah.
5. Peserta
Didik
Muhammadiyah berusaha mengembalikan ajaran islam pada sumbernya
yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Muhammadiyah bertujuan meluaskan dan mempertinggi
pendidikan agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya.
Untuk mencapai tujuan itu, muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran Muhammadiyah telah
mengadakan pembaruan pendidikan agama. Modernisasi dalam sistem pendidikan
dijalankan dengan menukar sistem pondok pesantren dengan pendidikan modern
sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman.Pengajaran agama Islam diberikan di
sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Muhammadiyah telah mendirikan
sekolah-sekolah baik yang khas agama maupun yang bersifat umum.
Metode baru yang diterapkan oleh sekolah Muhammadiyah mendorong pemahaman Al-Qur’an
dan Hadis secara bebas oleh para pelajar sendiri. Tanya jawab dan pembahasan
makna dan ayat tertentu juga dianjurkan dikelas. “Bocah-bocah dimardikaake
pikire (anak-anak diberi kebebasan berpikir)”, suatu pernyataan yang dikutip
dari seorang pembicara kongres Muhammadiyah tahun 1925, melukiskan suasana baik
sekolah-sekolah Muhammadiyah pertama kali (Mailrapport
No. 467X/25: 13).[4]
Dengan sistem pendidikan yang dijalankan Muhammadiyah,
bangsa Indonesia dididik menjadi bangsa berkeperibadian utuh, tidak terbelah
menjadi pribadi yang berilmu umum atau yang berilmu agama saja.
BAB III
RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM TOKOH K.H. AHMAD DAHLAN
DENGAN PENDIDIKAN MASA TERKINI
Relevansi
pemikiran tokoh KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan terkini berpendapat bahwa
kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a. Pendidikan
moral, akhlaq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendidikan
individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh
yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan
dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan
kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup bermasyarakat.
Uraian di atas merupakan
bagian dari konsep Islam tentang manusia. Kaitannya dengan persoalan
pendidikan, maka secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam proses pendidikan
haruslah mampu menghasilkan lulusan yang:
1)
Memiliki kepribadian yang utuh,
seimbang antara aspek jasmani dan ruhaninya, pengetahuan umum dan pengetahuan
agamanya, duniawi dan ukhrawinya.
2)
Memiliki jiwa sosial yang penuh
dedikasi.
3)
Bermoral yang bersumber pada al-Qur’an dan sunnah.
Sebagaimana
pelaksanaan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan hendaknya didasarkan pada
landasan yang kokoh. Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan
konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal (khaliq) maupun
horizontal (makhluk). Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas
penciptaan manusia, yaitu sebagai ‘abdAllah
dan khalifah fil-ardh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan
bahwasanya K.H.
Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi
dunia pendidikan di Indonesia ini.
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum
mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari
perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian
berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian
agama di langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau
Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa
pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula
bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal
tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan
pendidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.
B.
Saran-saran
Demikian pembuatan makalah ini kritik dan saran dari
teman-teman sangat mendudkung untuk perbaikan makalah ini, mohon maap jika
banyak terdapat kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Soedja, Cerita tentang kyiai haji Ahmad Dahlan, Jakarta:
Rhineka
Cipta, 1993.
Syamsul Nizar, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2002.
Weinata
Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah.
saya izin baca ya!!!
ReplyDeleteSya ijin copas ya kak... Hehehhe
ReplyDeleteSaya ijin copas ya
ReplyDeleteSaya ijin copas ya kang
ReplyDeleteizin copas yah
ReplyDeleteizin copas kak
ReplyDeleteIzin copas yah kak
ReplyDeleteIzin copas yaa
ReplyDeleteIzin copas yaaa
ReplyDeleteIzin copas yaaa
ReplyDeleteIzin kak
ReplyDeleteizin copas kak
ReplyDeleteIzin ya
ReplyDeleteizin kopas ya kak
ReplyDeleteIzin salin ya kak
ReplyDeleteIzin kak
ReplyDeleteIzin pas geh
ReplyDelete