A. Domain
Hasil Belajar (Ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik)
Benjamin S.Bloom dan
kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan
itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) Ranah
proses berfikir (cognitive domain), Ranah nilai atau sikap (affective domain),
(2) Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (3) Ranah keterampilan
(psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain
atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi
hasil belajar, yaitu: (1) apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan
atau materi pelajaran yang diberikan kepada mereka? (2) Apakah peserta didik
sudah dapat menghayatinya? (3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu
sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya
sehari-hari?
a.
Ranah kognitif (al-Nahiyah
al-Fikriyah)
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Dalam ranah kognitif itu ada enam jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang
dimaksud adalah:
1)
Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang
nama, istilah, ide,gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan
proses berpikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif
pada jenjang pengetahuan adalah: peserta didik dapat menghafal surat al-‘Ashr,
menerjemehkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu
materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam
di sekolah.
2)
Pemahaman
(Comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk memahami setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata
lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat
lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contohnya; peserta didik
atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashr secara lancer dan jelas.
3)
Penerapan
atau aplikasi (application) adalah
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan ini adalah
merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah
satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya adalah peserta
didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan
Islam tersebut di atas, dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
4)
Analisis
(analysis) adalah kemampuan seseorang
untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan
baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah
dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian
dari ajaran Islam.
5)
Sintesis
(synthesis) adalah kemampuan berpikir
yang merupakan kebalikan dari proses
berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu
pola yang berstruktur atau berbentuk
pola baru. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang sintesis ini
adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagaimana telah diajarkan oleh islam.
6)
Penilaian/penghargaan/evaluasi
(Evaluation) adalah merupakan jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian
atau evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan, maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:
peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau
akibat-akibat negatif seseorang yang bersifat malas atau tidak berdisiplin,
sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan
merupakan perintah allah swt yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Ranah Afektif (al-Nahiyah
al-Mauqifiyyah)
Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
1)
Receiving
atau attending (= menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan atau stimulus dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan
lain-lain. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving, misalnya: peserta
didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak
berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.
2)
Responding
(= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan
menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut
sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya dengan salah satu cara. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh
atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentang kedisiplinan.
3)
Valuing
(menilai=menghargai). Menilai atau mengahargai artinya memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apbila kegiatan atau obyek,
sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian
atau penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing ada;ah tumbuhnya
kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik
disekolah, dirumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
4)
Organization(=mengatur/mengorganisasikan)
artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih
universal, yang membawa kepada perbaikan umum. Contohnya yaitu peserta didik
mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak
presiden Soeharto pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 1995.
Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap atau nilai yang
lebih tinggi lagi ketimbang receiving, responding dan valuing.
5)
Characterization
by a value or value Complex (=Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai), yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh belajar afektif
pada jenjang ini adalah siswa telah memiliki nilai kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah
SWT yang tertera dalam al-Qur’an surat al-‘Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam
hal yang menyangkut kedisiplinan, baik kedisiplinan di sekolah, di rumah maupun
di tengah-tengah kehidupan masyarakat.[1]
c.
Ranah Psikomotor (Nahiyah
al-Harakah)
Ranah psikomotor merupakan
ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak
setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah
ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, dan sebagainya.
Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil
belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah psikomotor menjadi
lebih rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu:
a)
Gerakan
Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa
sadar. Misalnya: melompat, menunduk, berjalan, menggerakkan leher dan kepala,
menggenggam, memegang.
b)
Gerakan
Dasar (basic fundamental movements) gerakan ini muncul tanpa latihan tapi
dapat diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak seperti
gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik,
memeluk, berputar. Gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur,
berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat. Gerakan
manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon,
memegang dan melepas objek, blok atau mainan. Keterampilan gerak tangan dan
jari-jari: memainkan bola, menggambar.
c)
Gerakan
persepsi (Perceptual obilities) gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
kemampuan perseptual. Seperti menangkap bola dan mendrible bola. Gerakan sambil
menjaga keseimbangan memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi, menulis alfabet, dan membedakan suara berbagai
binatang.
d)
Gerakan
kemampuan fisik (Psycal abilities) gerak lebih efisien, berkembang melalui
kematangan dan belajar seperti menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu
tertentu, berlari jauh, mengangkat beban,dan menarik-mendorong.
e)
Gerakan
terampil (Skilled movements) dapat mengontrol berbagai tingkat gerak-terampil,
tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks) seperti
melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga, menari, berdansa, membuat
kerajinan tangan, menggergaji, mengetik, bermain piano, dan memanah.
f)
Gerakan
indah dan kreatif (Non-discursive communication) mengkomunikasikan perasaan
melalui gerakan seperti melakukan senam tingkat tinggi dan bermain drama
(acting).
Jika dilihat dari teori taksonomi
Benjamin S. Bloom diatas, maka jelaslah bahwa evaluasi juga dijelaskan dalam
agama islam. Sebagaimana Allah
SWT dalam berbagai firman-Nya dalam Al-quran memberitahukan kepada kita bahwa
pekerjaan evaluasi merupakan suatu tugas penting dalam rangkaiaan proses
pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis
dari sistem evaluasi Allah terhadap perbuatan manusia yaitu:
1)
Untuk
menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dialaminya.
2)
Untuk
mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah
diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
3)
Untuk
menentukan klasifikasi atau tingkatan-tingkatan keislaman atau keimanan
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulya disisi Allah yaitu
manusia yang paling bertakwa kepadaNya. Hal ini selaras dengan firman Allah
dalam surat Al-hujurat:13.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”(Q.S Al-hujurat:13).
Selain
ayat tersebut, Allah juga pernah menguji nai Muhammad SAW. Sebagaimana kisah
kedatangan malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang
mengejar sahabat di suatu majelis. Malaikat jibril menguji dengan
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang iman, islam
dan ihsan:
Artinya: Menceritakan kepada kami ismail ibn ibrahim,
memberikan kepada kami ibn hayyan al tamimi dari abi zar’at dari abi hurairat,
ia berkata “ pada suatu hari ketika nabi duduk bersama sahabat, tiba-tiba
datang seorang laki-laki yang bertanya, “apakah iman itu? Jawab nabi, “iman
adalah percaya kepada allah, percaya kepada malaikatnya, dan pertemanan dengan-Nya,
para rasul-Nya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki
itu bertanya kembali, apakah islam itu? Jawab Nabi SAW, “Islam adalah menyembah
kepada allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan
sholat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di bulan ramadhan. Lalu
laki-laki itu bertanya lagi, apa ihsan itu? Nabi SAW menjawab “Ihsan adalah
menyembah allah seolah-olah engkau menyembahNya, jika engkau tidak melihat-Nya.
ketahuilah bahwa allah melihatmu.“ (HR. Bukhari).[2]
Dalam suatu kisah diceritakan bahwa
rasulullah SAW, juga pernah menguji kemampuan sahabat pada waktu akan berangkat
perang; “ Rasulullah SAW menguji
kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia empat belas
tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari
perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku.
(HR. Muslim).
Adapun sistem
pengukuran yang digunakan nabi sendiri tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam
dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan
bahwa sistem pengukuran juga terdapat dalam hadits nabi. Nabi melakukan
pengukuran terhadap perilaku manusia dengan memberikan penjelasan tentang tanda-tanda
seseorang yang beriman, misalnya mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri, ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan
kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya. Tapi yang terakhir ini
menunjukkan selemah-lemahnya iman.
Ukuran orang kafir antara lain tidak
mensyukuri nikmat allah, mencaci maki keturunan dan meratapi mayat, dan
sebagainya. Jadi sistem pengukuran nabi terhadap prilaku manusia bukan secara
kuantitatif (dengan angka) akan tetapi kualitatif. Dengan demikian evaluasi
yang diterapkan pada masa rasulullah SAW adalah secara langsung melihat tingkah
laku para sahabat, Mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat-ayat al-qur’an,
tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai
kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan dan
penambahan materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya.
B. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Sistem Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran
hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Jika
tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan sistem pembelajaran, ruang
lingkup evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Program pembelajaran, yang meliputi:
1) Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi
dasar yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok
bahasan/topik.
2) Isi/materi pembelajaran, isi kurikulum
yang berupa topik/pokok bahasan dan subtopik/subpokok bahasan beserta
perinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran.
3) Metode pembelajaran, cara guru
menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan
kondisi kelas/sekolah, kesesuainnya dengan tingkat perkembangan peserta didik,
kemampuan guru dalam menggunakan metode, dan waktu yang tersedia.
4) Media pembelajaran, alat-alat yang
membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media
dapat di begi menjadi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media
audio-visual. Kriteria yang di gunakan sama seperti komponen metode.
5) Sumber belajar, meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu sumber belajar yang di rancang (resources by design) dan sumber
belajar yang digunakan (resources by utilization).
6) Lingkungan, Terutama lingkungan sekolah
dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain: hubungan antara
peserta didik dan teman sekelas/sekolah maupun diluar sekolah, guru dan orang
tua; serta kondisi keluarga.
7) Penilaian proses dan hasil belajar, baik
yang menggunakan tes maupun nontes. Kriteria yang digunakan, antara lain:
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator;
kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unsur penting dalam
penilaian, aspek-aspek yang di nilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
peserta didik, jenis dan alat penilaian[3].
b.Proses pelaksanaan pembelajaran
meliputi:
1) Kegiatan, yang meliputi jenis kegiatan,
prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektivitas dan
efisiensi, dan sebagainya.
2) Guru, terutama dalam hal menyampaikan
materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang di perlukan, membimbing
peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan
sebagainya.
3) Peserta didik, terutama dalam hal peran
serta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis
kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap,
minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata,
kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat dan sebagainya.
c. Hasil pembelajaran
Baik untuk jangka pendek (sesuai dengan
pencapaian indikator), jangka menengah ( sesuai dengan terget untuk setiap
bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun
ke masyarakat).
C. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian Berbasis
Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses
pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar
peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan
pencapaian dan penguasaan peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk
menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan
pendidikan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian
hasil belajar).[4]
Bentuk-bentuk Instrumen dalam penilaian Berbasis kelas
menurut Suharto dan Radno harsanto yaitu
:
1. Penilaian
Unjuk kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan
dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek
sholat, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/ deklamasi dan sebagainya.
2. Penilaian
Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang
terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang
diinginkan.
3. Penilaian
Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes
Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
4. Penilaian
Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu
tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu.
5. Penilaian
Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan
peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari
kayu, keramik, plastik, dan logam.
6. Penilaian
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Penilaian portofolio pada
dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk
suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan
peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya,
antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan,
resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan sebagainya.
7. Penilaian
Diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor[5].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi
adalah penilaian terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat
diukur menggunakan 3 domain yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimana ketiga domain tersebut masuk ke dalam ruang lingkup evaluasi
pembelajaran dalam perspektif domain hasil belajar. Selain domain hasil
belajar, ada dua perspektif yang digunakan dalam penilaian yaitu perspektif
system pembelajaran dan perspektif penilaian berbasis kelas.
Dalam
perspektif sistem pembelajaran terdiri dari; Program pembelajaran (tujuan, materi, metode, media,dan sebagainya), Pelaksanaan pembelajaran (kegiatan, guru ,dan peserta didik), Hasil belajar (jangka pendek,menengah
dan jangka panjang). sedangkan perspektif
penilaian berbasis kelas adalah Penilaian yang
dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. Instrument yang biasa
digunakan adalah penilaian unjuk kerja, sikap, tertulis, proyek produk,
portofolio, dan pengenalan diri.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, yaitu
mengenai ruang lingkup pembahasan evaluasi pembelajaran. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
[1]Anas sudijono,PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN,(Jakarta:Rajawali
Pers,2003),hal.49.
[2] Imam an-Nawawi,Hadits Arba’in An-Nawawiyah,(Jakarta:Al-I’tishom,2001),hal.07.
[3] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Rineka
Cipta,1999),hal.37.
[4] Ibid.,hal.42.
[5] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996), hal.
58.
ijin pake makalah nya buat tugas yh bos kuuu
ReplyDeleteizin mengutip.....hehe
ReplyDeleteijin
ReplyDeleteijin yach
ReplyDeleteizin yups.....
ReplyDeletekak..izin ya..bermanfaat and insya Allah mo kopas juga,hehe
ReplyDeleteIjin kopas
ReplyDeleteIZIN
ReplyDeleteizin yups
ReplyDeleteizin
ReplyDeleteizin pakai bro,buat tugas kuliah
ReplyDeleteIjin ya
ReplyDeleteIzin ya, hehe
ReplyDelete