BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, Pendidikan
merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun umat
manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan
peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia
sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Karena itu, secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik buruknya peradaban suatu
masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan yang
dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Sebagaimana pendidikan islam yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia dan dapat
berperilaku baik sesuai dengan kaidah-kaidah islam, menjadikan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai pedoman dalam menuntun hidup dan mencapai kesempurnaan hidup,
semua ini dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan yang baik akan
mengantarkan manusia menjadi insan kamil dan dapat menjalankan amanah Tuhan
dengan baik untuk menjadi khalifah fil al-ardhi. Tugas berat inilah yang
menuntut manusia harus mempunyai pendidikan yang baik. Upaya dalam perbaikan
pendidikan pun terus dilakukan, mulai dari kurikulum, tujuan pendidikan, metode
yang harus dipakai pada saat belajar mengajar berlangsung, strategi yang harus
digunakan dan lain-lain yang berkenaan dengan pendidikan. Salah satu tokoh
pendidikan yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam dunia pendidikan
terutama pendidikan islam adalah Hasan Langgulung.
Tulisan ini akan mengulas tentang
Biografi Hasan Langgulung, Karya-karyanya, Konsep pemikiran pendidikan islam menurut
Hasan Langgulung serta Relevansi Pemikiran
Pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini. Maka dari itu, pemikiran ini bisa
menjadi salah satu rujukan untuk perbaikan pendidikan di Indonesia terutama
pendidikan islam dan menjadi acuan bagi guru-guru dalam melakukan pembelajaran
yang lebih baik.
B.
Rumusan Masalah
1. Siapakah Hasan Langgulung ?
2. Apa saja Karya-karya Hasan Langgulung ?
3. Bagaimana Konsep pemikiran Pendidikan
Islam Menurut Hasan Langgulung : Tujuan,Materi, Metode, Pendidik,
Peserta Didik.
4. Bagaimana Relevansi Pemikiran Pendidikan
Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini ?
C.
Tujuan dan Kegunaan
1.
Untuk mengetahui siapa Hasan Langgulung.
2.
Untuk mengetahui apa saja Karya-karya
Hasan Langgulung.
3.
Untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran
Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung : Tujuan, Materi, Metode, Pendidik,
Peserta Didik.
4.
Untuk mengetahui bagaimana relevansi pemikiran Pendidikan
Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Hasan Langgulung
Hasan langgulung dilahirkan di Rappang, Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala
Lumpur, Malaysia. Semasa hidup, beliau aktif dan mendedikasikan dirinya untuk
kemajuan pendidikan, dan kemajuan Bangsa ini. Beliau aktif mengajar di beberapa
Universitas, baik di dalam Negeri maupun diluar negeri. Di Inggris sebagai visiting
scholat pada Cambridge University tahun 1986.
Di Timur Tengah
pada tahun 1956-1968 dan tahun 1968-1969 pernah sebagai Headmaster pada Cairo
Indonesian School. Tahun 1977-1978 beliau menjabat sebagai Visiting
Professor di King Saud University Saudi Arabia, dan banyak lagi
tempat-tempat yang mereka kunjungi dalam rangka mengemban tugas mulia untuk
mendedikasikan ilmunya, seperti di Amerika, Eropa, Australia, Jepang dan
beberapa Negara ASEAN, seperti Malaysia di University Kebansaan Malaysia (UKM).
Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari
pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang. Setamat Sekolah Dasar ia
melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di
Ujung Pandang pada tahun 1949-1952, dan tahun 1952-1955 ia melanjutkan untuk
Sekolah Guru Islam di Ujung Pandang.[1]
Setamat dari pendidikan dasar dan menengah, Hasan
Langgulung melanjutkan
studinya ke Mesir, yaitu di Islamic Studies pada Fakultas Dar Al-Ulum, Cairo
University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian
pada tahun 1967 ia berhasil merampungkan pendidikannya pada jenjang strata 2
(S2) dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene di Eins Shams University dengan
gelar Ma. Tidak puas dengan kemampuannya yang telah diperoleh sebelumnya,
kemudian ia melanjutkan pendidikan pada tingkat Strata 3 (S3) masih dalam
bidang psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan tamat pada tahun
1971 dengan mempertahankan desertasinya yang berjudul: “A Cross Cultural
Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa,
Mexico, and the United State”.
B.
Karya-karya
Hasan Langgulung
Hasan Langgulung seorang pakar
ilmuan bidang pendidikan dan psikologi, banyak pemikirannya yang tertuang dan
menjadi buku untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa buku yang telah ditulis
terbagi menjadi tiga kategori, bidang pendidikan, psikologi dan filsafat. Beberapa
Karya-karyanya adalah:
- Teori-Teori
Kesehatan Mental (1986)
- Psikologi
dan Kesehatan Mental di Sekolah-Sekolah (1979)
- Suatu
Analisis Sosio-Psikologi (1979)
- Beberapa
Tinjauan Dalam Pendidikan Islam (1985)
- Manusia
dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi Dan Pendidikan (1986)
- Pendidikan
Islam Menuju Abad 21 (1988)
- Asas-Asas
Pendidikan Islam (1987)
Menulis artikel yang berkenaan
dengan tema diatas lebih dari 60 buah, terbit di berbagai majalah baik dalam
negeri maupun luar negeri, seperti Journal of Special Psychologi, Journal of
Cross-Cultural Psychologi, Islamic Quartely Muslim education Quartely, Dewan
Masyarakat, dan lain-lain, serta telah menerbitkan buku dalam Bahasa Arab[2].
C.
Konsep
Pemikiran Pendidikan menurut Hasan Langgulung
1.
Konsep Pendidikan Islam
Pendidikan menurut Hasan
Langgulung, yang dalam bahasa inggris education dan dari bahasa
latin educere, berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud
memasukkan ilmu ke kepala seseorang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala.
Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian
pendidikan. Dalam masalah ini, ada tiga kata yang sering digunakan oleh pakar
pendidikan, yaitu ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib.[3] Pendidikan
dapat dilihat dari tiga segi, yaitu:
1)
Pendidikan
dari segi pandangan individu
Pendidikan
didefinisikan sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan melihat dan mendengar. Jadi pendidikan adalah proses
menampakkan (manifestasi) yang tersembunyi (latent) pada peserta didik.
2)
Pendidikan
dari segi pandangan masyarakat
Bahwa manusia memiliki
kemampuan-kemampuan asal dan bahwa kanak-kanan itu mempunyai benih dan dapat
dicapai oleh manusia, ia menekankan pada kemampuan manusia memperoleh
pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia.
3)
Memandang
pendidikan sebagai suatu transaksi
Sebagai suatu interaksi
yaitu proses memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya.[4]
2.
Materi Pendidikan
Kurikulum atau pendidikan hendaknya mencakup
materi yang berkaitan dengan pengembangan aspek fitrah peserta didik yang
meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa,
baik secara individual maupun kolektif yang dilakukan dengan cara seimbang.
Berkenaan dengan kurikulum atau isi
pendidikian, Hasan Langgulung membagi sumber ilmu kedalam empat bagian yaitu:
1) Pancaindra, karena melaui pancaindra dapat
ditangkap kesan-kesan, dan pesan-pesan dari alam, jagat raya yang kemudian
disampaikan kepada akal untuk diolah menjadi ilmu pengetahuan.[5]
2) Akal yang dapat mencerna setiap pesan yang
disampaikan dengan metode tertentu.
3) Intuisi, yaitu kekuatan batin yang dapat
menyerap pengetahuan dari Tuhan, atau merupakan pemindahan potensi kedalam alam
nyata tanpa usaha yang keras atau susah payah.
4) Ilham, yaitu tanggapan emosi secara langsung
yang datang pada hati manusia.
Menurut Hasan Langgulung, kurikulum pendidikan juga harus
mampu mengembangkan potensi peserta didik, serta menciptakan suatu proses
belajar-mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman.
Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka kurikulum
pendidikan harus disusun dengan berdasar pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip keutuhan, yaitu memerhatikan seluruh
aspek potensi manusia, yaitu badan, jiwa, akal dan rohaninya.
b) Prinsip keterpaduan,yaitu keterpaduan antara
individu dengan masyarakat, maupun antara komponen manusia: jasad, akal dan
roh.
c) Prinsip kesesuaian, yaitu sesuai dengan
kondisi dan perkembangan peserta didik, serta dimulai dari yang mudah menuju
kepada yang lebih sulit.
d) Prinsip keaslian, yaitu bahwa dalam hal
tujuan, materi, dan metode yang tercantum dalam kurikulum hendaknya diambil
dari ajaran Islam.
e) Prinsip ilmiah, yaitu sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah ilmiah, sehingga dapat diterima dikalangan
akademik.
f) Prinsip sesuai dengan perkembangan zaman,
yaitu dengan cara memuat sains dan teknologi yang sejalan dengan nilai-nilai
ajaran Islam.
g) Prinsip praktikal, yaitu bahwa kurikulum
pendidikan Islam hendaknya tidak hanya dapat bicara soal teoritis saja,
melainkan harus dipraktikkan.[6]
h) Prinsip holistik, yaitu bahwa kandungan
kurikulum harus memuat tentang pengetahuan agama dan syariah, ilmu bahasa dan
sastra: ilmu sejarah dan sosial, ilmu falsafah, logika, debat, diskusi,
ilmu-ilmu murni, ilmu-ilmu kealaman, eksperimental, terapan dan praktis.
3.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan merupakan sesuatu
yang essensial bagi kehidupan manusia. Dengan adanya tujuan semua aktivitas dan
gerak manusia menjadi lebih dinamis, terarah dan bermakna. Disaat berbicara
tentang tujuan pendidikan, tidak boleh tidak membawa untuk berbicara
tentang tujuan hidup manusia. Manusia diciptakan Allah dan diberi
tugas untuk memikul amanah di permukaan bumi. Tujuan pendidikan itu hendaknya
sesuai dengan proses yang membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.
Hasan Langgulung mengatakan
proses itu antara lain:
1)
Generasi muda
haruslah dididik menyembah Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
2)
Generasi
muda harus dididik hidup dalam masyarakat yang mengakui prinsip kerjasama,
persaudaraan dan persamaan.
3)
Generasi
baru harus dididik menggunakan akal.
4)
Generasi
baru harus dididik bersifat terbuka dan menjauhi sifat menyendiri tanpa
menonjolkan diri.
5)
Generasi
muda harus dididik menggunakan pemikiran ilmiah.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan hendaknya sesuai
dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam hal ini Hasan Langgulung
membagi sumber ilmu pengetahuan kedalam 4 sumber, antara lain:
1)
Sumber
Panca Indera, karena panca indera merupakan sumber pengetahuan atau tingkat
tempat berlakunya pesan-pesan dari alam nyata ke otak.
2)
Sumber
Akal, karena akal yang akan mencerna segala pesan-pesan yang disampaikan dengan
tuntunan-tuntunan tertentu.
3)
Sumber
Intuisi, yang merupakan perpindahan potensi ke dalam alam nyata tanpa usaha
yang keras atau susah payah.
4)
Sumber
Ilham, yang merupakan tanggapan emosi secara langsung yang menyerang hati
manusia.
Tujuan
pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Hasan Langgulung yaitu keseimbangan
pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan
melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional,
perasaan dan indera[7].
Tujuan terakhir pendidikan Islam merupakan kristalisasi nilai-nilai ideal Islam
yang diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan Islam sejalan
dengan tujuan hidup yaitu segala usaha untuk menjadikan manusia menjadi‘abid inilah
tujuan tertinggi pendidikan Islam[8].
4.
Metode
Pendidikan
Agar
proses pendidikan terlaksana secara efektif dan efisien. Maka seorang pendidik
dituntut untuk mempergunakan berbagai macam pendekatan dan metode. Dan agar
tujuan pendidikan Islam itu tercapai menurut Hasan Langgulung metode pendidikan
harus sesuai dengan asas-asas pendidikan, antara lain :
1)
Asas histori, yang mempersiapkan peserta didik
dengan berpijak bagaimana motode dari
pengalaman masa lalu dengan apa yang digunakan untuk diterapkan di masa
sekarang.[9]
2)
Asas
sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan
bergerak : memindah budaya, memilih, dan mengembangkannya. Dan metode yang digunakan
harus mengacu sesuai dengan kebudayaan yang diharapkan masyarakat dan peserta
didik itu sendiri.
3)
Asas
ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan
keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya, dan bertaggung
jawab terhadap anggaran belanjanya.[10]
Dan hendaknya metode yang digunakan pendidik itu tidak bertentangan dengan
perekonomian dengan arti metode yang digunakantidak melebihi perekonomian
peserta didik.
4)
Asas
politik, diharapkan metode yang digunakan
dalam proses belajar mengajar sesuai dengan ideologi (Aqidah) sehingga
tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat tercapai.
5)
Asas
psikologi. Materi yang disajikan hendaknya dengan mengacu kepada psikologis
peserta didik, sehingga peserta didik bisa menerima materi dengan mudah.[11]
Serta aspek psikologi juga memberikan informasi tentang watak pelajar, guru,
cara terbaik dalam praktik, pencapaian, dan penilaian, dan pengukuran dan
bimbingan.
6)
Asas-asas
filsafat yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi
arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua asas-asas yang
lain.[12]
Pada referensi lain
disebutkan bahwa metode pendidikan pada prinsipnya harus sesuai dengan jiwa
manusia. Dalam psikologi disebutkan manusia adalah makhluk yang suka meniru,
suka pada cerita, suka mencoba-coba, suka ingin tahu, dan lain sebagainya. Di
samping ciri-ciri kejiwaan yang positif terdapat pula kejiwaan yang negatif,
seperti rasa enggan, rasa membangkang, cepat bosan, dan sebagainya. Untuk itu
dalam kegiatan belajar agar menggunakan metode yag sejalan dengan jiwa manusia,
seperti metode ceramah, tanya jawab, kisah, cerita, dramatisasi, pertunjukan,
dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam hal
metodologi juga agar memperhatikan hal-hal :
1)
Metode
yang digunakan harus berkaitan denga tujuan pendidikan untuk membina peserta
didik.
2)
Metode
yang digunakan sesuai dengan Al-qur’an dan Al-sunnah.
3)
Magaimana
guru menggerakkan peserta didik untuk senantiasa disiplin dalam belajar.
4)
agar
memiliki dan menerapkan metode yang memiliki relevansi dan sekaligus menunjang
bagi tercapainya tujuan yang dirumurkan sesuai dengan asas-asas pendidikan.[13]
5.
Pendidik
Menurut
Hasan Langgulung, pendidik adalah “Orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing”; mengarahkan dan mendidik peserta didik karena fungsinya sebagai
pengarah dan pembimbing dalam pendidikan. Selain sebagai pembimbing dan pemberi
arah dalam pendidikan, pendidik juga berfungsi sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu berupaya teraktualisasinya
sifat-sifat Illahi dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri
peserta didik guna mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Hasan
Langgulung membagi pendidik kedalam dua kelompok, yaitu :
1)
Kedua
orang tua (keluarga)
Keluarga merupakan
institusi pertama dan utama dalam perkembangan seorang individu. Menurutnya
fungsi keluarga adalah menanamkan sifat cinta mencintai secara serasi. Keluarga
juga berfungsi menjaga kesehatan, kejiwaan, spiritual, akhlak, jasmani, intelektual,
emosional, dan sosial di samping itu juga membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan.
2)
Pendidik
(Sekolah)
Menurut Hasan Langgulung,
pendidik hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam
hal ini, ia menawarkan adanya sejumlah latihan terhadap pendidik dalam
meningkatkan profesionalismenya. Tawaran upaya ini di antaranya bertujuan:
1.
Menciptakan
guru-guru yang terlatih dan memiliki profesionalisme yang tinggi.
2.
Menghasilkan
guru-guru yang bersemangat tinggi.
Untuk merealisasikan upaya
diatas, Hasan Langgulung menawarkan bentuk kurikulum latihan guru yang meliputi
tiga macam materi pengetahuan, yaitu :
a)
Pengetahuan
umum, yaitu semua materi atau bidang ilmu pengetahuan, baik materi agama maupun
materi umum lainnya.
b)
Pengetahuan
profesi, yaitu pengetahuan atau materi yang berkaitan dengan profesi guru yang
mengikuti latihan tersebut.
c)
Pengetahuan
khusus, yaitu beberapa pengetahuan khusus yang diberikan kepada guru-guru
tertentu.
6.
Peserta Didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan
islam berbeda dengan komponen-komponen lain, dalam system pendidikan peserta
didik adalah orang yang sedang berada dalam pase pertumbuhan dan perkembangan
baik secara fisik maupun pisikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri
seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Samsul Nijar mendeskripsikan 5 kriteria peserta didik
yaitu:
a)
Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki dunianya
sendiri.
b)
Pesertadidik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
c)
Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh factor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
d)
Peserta didik merupakan dua unsure utama jasmani dan rohani,unsure jasmani
memiliki daya pisik dan unsure rohani daya akal hati nurani dan nafsu.
e)
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
BAB III
RELEVANSI PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM HASAN LANGGULUNG
DENGAN PENDIDIKAN MASA TERKINI
Tujuan
pendidikan Hasan Langgulung yang menyatakan bahwa generasi muda melaksakan
perintah-perintah Allah, generasi muda yang mampu bermasyarakat, generasi muda
yang mampu menggunakan akal dan mampu berfikir ilmiah masih
relevansi pada masa sekarang karena dalam kurikulum 2013 di jelaskan bahwa
pendidikan tidaklah hanya mengembangkan potensi intelektual atau kognitifnya
saja namun juga mengembangkan potensi afektif dan psikomotorik peserta didik.
Lalu metode yang digunakan Hasan
Langgulung,
akan selalu
relevansi dengan masa-masa selanjutnya, karena Hasan Langgulung beranggapan
bahwa metode yang digunakan mengikuti perkembangan zaman serta disesuaikan
dengan asas-asas pendidikan.
Kurikulum Hasan Langgulung masihlah
relevansi untuk diterapkan dimasa sekarang, sebab dalam kurikulumnya juga
sesuai dengan kurikulum 2013, dalam kurikulum Hasan Langgulung adanya
mengembangkan potensi-potensi peserta didik, model penilainnya juga sesuai,
karena Hasan Langgulung tidaklah mengukur kelulusan peseta didik hanya dengan
tes saja, namun Hasan Langgulung juga melihat dari budi pekerti seorang murid,
serta peserta didik yang mampu berfikir ilmiah yang mana dapat di implentasikan
melalui tugas observasi, kegitan ini sama dengan tes yang tercantum dalam
kurikulum 2013.
Kedudukan pendidik juga masih sangat
sesuai, bahwa untuk mendidik seseorang tidaklah hanya pada lingkungan
sekolahan, namun juga dari pihak keluarga yang merupakan lingkungan pertama
seseorang bersosialisasi dan belajar. Begitu juga dengan Konsep peserta didik,
bahwa potensi peserta didik akan berkembang melalui pendidikan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Hasan Langgulung adalah putra kelahiran
Rappang, Sulawesi selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus
2008 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Hasan
Langgulung kecil yang lahir pada tahun 1934, hidup dalam suasana kolonialisasi
Belanda (belanda masuk Indonesia sejak tahun 1619 M) juga penjajahan Jepang
yang menyerah kepada sekutu pada bulan Maret 1942.
Konsep pendidikan dalam pemahaman Hasan Langgulung mencangkup
kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan segi akidah, tetapi juga
ibadah serta akhlaq.
Selain itu, Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung, hendaknya sesuai dengan proses yang
membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung, agar proses pendidikan terlaksana secara
efektif dan efesien. Maka seorang pendidik dituntut untuk mempergunakan berbagai macam pendekatan dan metode.
Dan agar tujuan pendidikan Islam itu tercapai Menurut Hasan Langgulung metode
pendidikan harus sesuai dengan asas-asas pendidikan, antara lain : Asas-asas histori, asas-asas sosial, asas-asas ekonomi, asas-asas politik, serta asas-asas
psikologi.
Menurut Hasan Langgulung “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman,
pendidikan, kebudayaan, sosial, keolahragaan dan kesenian yang disediakan
sekolah bagi murid di dalam dan di luar sekolah denagan maksud menolong mereka
untuk berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan
pendidikan. Menurut Hasan
Langgulung, pendidik adalah “Orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing”. Tujuan, metode,
kurikulum,
pendidik dan
peserta didik menurut Hasan Langgulung, masihlah sangat
relevan pada masa
sekarang.
[2] Samsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2012), Hlm. 273
[3]Syamsul
Kurniawan&Erwin Mahrus,Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta:Arr-Ruzz,2011), Hlm. 273
[7] Ramayulis&Samsul
Nizar,Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam
Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta:Quantum
Teaching Ciputat Press), Hlm. 158-162.
[9] Rama Yulis, Samsul
Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam,
(Ciputat : Quantum Teaching, 2005), Hlm. 162-163.
[10] Syamsul kurniawan,
Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm. 277.
[13] Abuddin nata,
Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta : PT. Grafindo Pesada, 2012), Hlm. 346-367
izin ambil sebagian utk makalah ya
ReplyDelete