Wikipedia

Search results

Wednesday, November 25, 2015

pemikiran pendidikan islam menurut ibnu Sina

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Ilmu pendidikan islam adalah pendidikan yang sangat ideal. Perkemabangan islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah. Pendidikan islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum maupun dari segi lembaga pendidikan islam. ilmu tidak akan bertambah maju tanpa adanya penelitian dan pembaharuan.upaya penelitian sebenarnya sudah dilakuakan para ulama masa lalu, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan islam yang selama ini ada lebih tampak sebagai sebuah praktek pendidikan, dan bukan sebagai ilmu dalam arti ilmu yang memiliki struktur bahasan dan metodologi penelitiannya tersendiri. Hal ini berbeda dengan ilmu pendidikan pada umumnya yang pertumbuhan dan perkembangannya jauh lebih pesat dibandingkan dengan ilmu pendidikan islam. Berbagai aspek yang berkaitan dengan ilmu pendidikan pada umumnya, mulai dari masalah filsafat pendidikan, kurikulum, metodologi pembelajaran, teknologi pendidikan, hingga lingkungan pendidikan.  
  Sejak di masa klasik hingga sekarang belum banyak pakar dan ulama islam yang meneliti masalah pendidikan islam. Pemikiran-pemikiran kependidikan yang diajukan para tokoh klasik tidak menutup kemungkinan masih ada yang cocok dan perlu dilaksanakan. Di tengah-tengah situasi dimana umat islam saat ini sedang mencari model pendidikan  unggul dan terpadu sebagai upaya menajwab kebutuhan masyarakat. Dalam makalah ini kami paparkan pemikiran tokoh muslim tentang pendidikan islam. Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya, berorientasi memberikan bekal kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsepnya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati, tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
Menyikapi persoalan di atas telah banyak melahirkan sejumlah tokoh di berbagai pelosok dunia islam seperti yang mewakili wilayah Timur Tengah serta Asia Tenggara. Misalnya: Ibnu Sina, dalam makalah ini kami paparkan pemikiran tokoh muslim tentang pendidikan islam dalam priode klasik menurut ibnu sina.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana preodisasi pendidikan islam dalam pemikiran klasik menurut ibnu sina?
2.      Apa saja karya-karya Ibnu Sina?
3.      Bagaimana konsep pemikiran islam menurut Ibnu Sina?
4.      Bagaimana Relevansi pemikiran pendidikan islam Tokoh Ibnu Sina dengan pendidikan masa terkini?

C.    Tujuan Dan Kegunaan
1.      Untuk mengetahui perkembangan islam pada periode klasik, terutama pemikiran pendidikan menurut Ibnu sina
2.      Mengetahui karya-karya Ibnu Sina
3.      Mengetahui konsep pemikiran islam menurut Ibnu Sina
4.      Untuk mengetahui relevansi pemikiran pendidikan ibnu sina dengan pendidikan masa kini.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI IBNU SINA

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Al-Husain ibnu ‘Abd Allah ibn Hasan ibnu ‘Ali ibn Sina. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyna dekat Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun. Jasadnya dikebumikan di Hamadzan.[1]
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, ketika Khilafat Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri.
Kota Baghdad, sebagai pusat pemerintahan khilafah Abbasiyyah, dikuasai oleh golongan Banu Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H. Ibnu Sina dibesarkan di daerah kelahirannya. Ia belajar al-Quran dengan menghapalnya dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu-ilmu pengetahuan umum seperti : astronomi, matematika, fisika, logika, kedokteran, dan ilmu metafisika.
Ketika umur Beliau belum mencapai 16 tahun sudah menguasai ilmu kedokteran, sehingga banyak orang yang datang kepadanya untuk berguru. Kepandaiannya tidak hanya dalam teori saja, melainkan segi praktik pun ia menguasai.
Beliau tidak pernah bosan atau gelisah dalam membaca buku-buku filsafat, dan setiap kali menghadapi kesulitan, ia memohon kepada Tuhan untuk diberi petunjuk, dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering beliau menemukan pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.[2]

B.     KARYA- KARYA IBNU SINA
Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang, serta penuh dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama. Boleh jadi, keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati pada tahun 428 H (1037 M) dan meniggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.[3]

Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Beliau banyak disibukan dengan urusan politik, sehingga tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang. Walaupun demikian, beliau telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan. Adapun karangan yang telah dibuat Ibnu Sina adalah :[4]
  1. Asy-Syifa.
Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar Ibnu Sina, dan terdiri dari empat bagian. yaitu logik, fisika, matematika dan metafisika (ketuhanan). Buku tersebut mempunyai beberapa naskah yang tersebar di berbagai perpustakaan di Barat dan Timur.
  1. An-Najat
Buku ini merupakan keringkasan buku Asy-Syifa, dan pernah  diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
  1. Al-Isyart wa Tanbihat
Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis. Kemudian, diterbitkan lagi di Kairo pada tahun 1947 di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia
  1. Al-Hikmat Al-Masyriqiiyyah
Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih memuat bagian logika. Menurut Carlos Nallino, buku ini berisi filsafat Timur sebagai imbangan dari filsafat Barat.a
  1. Al-Qanun atau Canon of Medicine,
Buku ini pernah di terjemahkan dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke tujuh belas Masehi. Buku tersebut pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M, dan India tahun 1323 H. Risalah-risalaj lain yang banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika, logika dan fsikologi.
C.    Konsep pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Sina
1.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina, yaitu :
a)      Diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang menuju perkembangan yang sempurna baik perkembangan fisik, intelektual maupun budi pekerti.
b)      Diarahkan pada upaya dalam rangka mempersiapkan seseorang agar dapat hidup bersama-sama di masyarakat dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya disesuaikan dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Sedangkan tujuan pendidikan yang bersifat jasmani yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olah raga, tidur, maka, minum, dan menjaga kebersihan. Dengan pendidikan jasmani diharapkan terbinanya pertumbuhan fisik siswa anak yang cerdas otaknya. Melalui pendidikan budi pekerti anak diharapkan membiasakan diri berlaku sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Adapun pendidikan kesenian diharapkan seorang anak dapat mempertajam perasaannya dan meningkatkan daya khayalnya.
Kemudian Ibnu Sina mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan, yang artinya mencetak tenaga pekerja yang profesional. Dari beberapa tujuan pendidikan tersebut di atas, kalau dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya menunjukkan bahwa Ibn Sina memiliki pola pemikiran tentang tujuan pendidikan yang bersifat hirarkis-struktural. Maksudnya tujuan pendidikan yang bersifat universal juga bersifat kurikuler (perbidang studi) dan bersifat operasional. Pandangan tentang insan kamil yaitu manusia yang terbina seluruh potensinya secara seimbang dan menyeluruh.[5]

2.      Kurikulum
Menurut Crow bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.
Ibn Sina juga menyinggung tentang beberapa ilmu yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik. Menurut Ibn Sina kurikulum harus didasarkan kepada tingkat perkembangan usia anak didik, yaitu fase 3-5 tahun, 6-14 tahun, dan di atas 14 tahun.
a)      Usia 3 sampai 5 tahun
Menurut Ibn Sina, di usia ini perlu diberikan mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
b)      Usia 6 sampai 14 tahun
Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olahraga.
c)      Usia 14 tahun ke atas
Pelajaran yang harus diberikan pada anak usia 14 tahun ke atas menurut ibnu sina amat banyak jumlahnya, namun pelararan tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak.

3.      Mata Pelajaran dalam Kurikulum
Ibnu Sina selanjutnya membagi pelajaran kepada yang bersifat teoritis dan pelajaran yang bersifat praktis atau pengetahuan terapan.
a)      Mata Pelajaran Yang Bersifat Teoritis
Menurut Ibnu Sina mata pelajaran yang bersifat teoritis dapat di bagi tiga lagi yaitu:
·         Ilmu tabi’i yang dikatagorikan sebagai ilmu yang berada pada urutan yang di bawah.
·         Ilmu matematika yang ditempatkan pada urutan pertengahan
·         Ilmu ketuhanan yang ditempatkan sebagai urutan yang paling tinggi..

b)      Mata Pelajaran yang Bersifat Praktis
Mata pelajaran yang bersifat praktis itu terbagi kepada tiga bagian:
·         pertama terdiri dari ilmu yang bertujuan membentuk akhlak dan perbuatan manusia yang mulia, sehingga dapat mengantarkan kepada kebahagiaannya hidup di dunia dan akhirat.
·         Kedua terdiri dari ilmu yang berupaya menjelaskan tentang tata cara mengatur kehidupan rumah tangga serta pola hubungan yang baik antara suami istri, orang tua dengan anak-anaknya, majikan dengan para pembantunya.
·         Ketiga ilmu yang mempelajari tentang politik, pimpinan, negara dan masyarakat yang utama atau sebaliknya.
Penjelasan menurut Ibn Sina, kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik, seperti mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian, ini semua untuk anak usia 3 sampai 5 tahun.
Mengenai mata pelajaran olah raga yang dipengaruhi oleh pandangan psikologis yang dapat diketahui dari perkembangan usia, dan bakat, sehingga dapat diketahui mana yang lebih banyak dilatih olah raga yang memerlukan fisik yang kuat serta keahlian dan mana olah raga yang tergolong ringan, cepat, lambat dan sebagainya. Namun yang dimasukkan ke dalam keu adalah olah raga adu kekuatan, gulat, meloncat, jalan cepat, memanah, berjalan dengan satu kaki dan mengendarai unta.
Selanjutnya kurikulum anak berusia 6 sampai 14 tahun adalah mencakup pelajaran membaca, menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, syair, dan olah raga. Kurikulum untuk usia 14 tahun ke atas dibagi menjadi mata pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun yang bersifat teoritis adalah ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu ketuhanan. Mata pelajaran yang bersifat praktis adalah ilmu akhlak yang mengkaji tentang cara pengurusan tingkah laku seseorang, baik ilmu pengurusan rumah tangga, ilmu politik, berdagang, dan ilmu keprofesian.[6]

4.      Metode
Metode yang ditawarkan Ibn Sina adalah metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, magang, dan penugasan.
a)      Metode talqin : Metode talqin digunakan dalam mengajarkan membaca al-Qur'an,
b)      Metode demonstrasi : Menurut Ibn Sina, metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
c)      Metode pembiasaan dan keteladanan : Ibn Sina berpendapat bahwa pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak.
d)     Metode diskusi : Metode diskusi dapat dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di mana siswa di hadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibn Sina mempergunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoretis.
e)      Metode magang : Ibn Sina telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid Ibn Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
f)       Metode penugasan : Metode penugasan ini pernah dilakukan oleh Ibn Sina dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya untuk dipelajarinya.
g)      Metode targhib dan tarhib : Targhib atau ganjaran, hadiah, penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.

5.      Konsep Guru
Adapun pemikiran ibnu sina mengenai guru yang baik adalah guru yang cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan suci murni.
Kemudian seorang guru menurut ibnu sina sebaiknya dari kaum pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, cerdas, teliti, sabar, telaten dalam membimbing anak-anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati dan senantiasa menghias diri.








BAB III
Relevansi Pemikiran Pendidikah Islam Menurut Ibnu Sina Dengan Pendidikan Masa Terkini

Analisis
Kita lihat fenomena yang saat ini terjadi, banyak sekali pendidikan-pendidikan yang sudah melenceng jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri, Terutama pendidikan Akhlak. Peserta didik yang kurang mendapatkan pembelajaran tentang akhlak kondisinya sangat memprihatinkan. Contoh siswa yang sering membolos pada jam sekolah, merokok ketika jam istirahat, tawuran dan masih banyak lagi yang lainnya.  Itu semua tidak lepas dari tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik. Maka menurut konsep pemikiran Ibnu Sina, kriteria seorang pendidik atau guru pun harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar bisa mencetak generasi indonesia yang lebih baik.
Konsep pendidikan Ibnu Sina ini masih sangat relevan sekali untuk diaplikasikan di zaman sekarang, karena pendidikan yang diaplikasikan oleh Ibnu Sina ini sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang ini, bahkan di sekolah-sekolah Unggulan saat ini masih menggunakan konsep pendidikan seperti yang diaplikasikan oleh Ibnu Sina, mulai dari tujuan pendidikannya sampai kriteria seorang guru yang diharapkan dalam pendidikan Islam.
Hal ini nampak bahwa konsep pendidikan islam yang di aplikasikan oleh ibnu sina benar-benar mengupayakan peningkatan mutu pendidikan islam.






BAB IV
KESIMPULAN
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Al-Husain ibnu ‘Abd Allah ibn Hasan ibnu ‘Ali ibn Sina. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyna dekat Bukhara pada tahun 980 M dan meninggal pada tahun 1037 M dalam usia 58 tahun. Jasadnya dikebumikan di Hamadzan.
Karya-karya Ibnu Sina:
1.      As-Syifa’
2.      An-Najat
3.      Al-Isyart wa Tanbihat
4.      Al-Hikmat Al-Masyriqiiyyah
5.      Al-Qanun atau Canon of Medicine,
Metode yang ditawarkan Ibn Sina adalah:
1.      Metode talqin : Metode talqin digunakan dalam mengajarkan membaca al-Qur'an.
2.      Metode demonstrasi : dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis.
3.      Metode pembiasaan dan keteladanan : pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak.
4.      Metode diskusi : Dilakukan dengan cara penyajian pelajaran di mana siswa di hadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Ibn Sina mempergunakan metode ini untuk mengajarkan pengetahuan yang bersifat rasional dan teoretis.
5.      Metode magang : Ibn Sina telah menggunakan metode ini dalam kegiatan pengajaran yang dilakukannya. Para murid Ibn Sina yang mempelajari ilmu kedokteran dianjurkan agar menggabungkan teori dan praktek.
6.      Metode penugasan : Metode penugasan ini dilakukan dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikannya kepada para muridnya untuk dipelajarinya.
7.      Metode targhib dan tarhib : Targhib atau ganjaran, hadiah, penghargaan ataupun imbalan sebagai motivasi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Atang abdul hakim dan beni ahmad saebeni, filsafat umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2008 )
Crow dan crow, penghantar ilmu pendidikan, ( Yogyakarta : Rake Serasin, 1990), Edisi III
Ibn sina, Kitab As-Syiasah Fi attarbiyah, ( Mesir: majalah Al-Masyrik, 1906)
Sirajuddin zar, filsafat islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2004 )



[1] Sirajuddin zar, filsafat islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2004 ), hlm. 91
[2] Atang abdul hakim dan beni ahmad saebeni, filsafat umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2008 ), hlm.498
[3] Ibid, Hlm. 499
[4] Ibid  Hlm. 500
[5] Ibn sina, Kitab As-Syiasah Fi attarbiyah, ( Mesir: majalah Al-Masyrik, 1906), hlm 57
[6] Crow dan crow, penghantar ilmu pendidikan, ( Yogyakarta : Rake Serasin, 1990), Edisi III, hlm. 75

14 comments: