Wikipedia

Search results

Wednesday, November 25, 2015

pemikiran pendidikan islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, Pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Karena itu, secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Sebagaimana pendidikan islam yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia dan dapat berperilaku baik sesuai dengan kaidah-kaidah islam, menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam menuntun hidup dan mencapai kesempurnaan hidup, semua ini dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan yang baik akan mengantarkan manusia menjadi insan kamil dan dapat menjalankan amanah Tuhan dengan baik untuk menjadi khalifah fil al-ardhi. Tugas berat inilah yang menuntut manusia harus mempunyai pendidikan yang baik. Upaya dalam perbaikan pendidikan pun terus dilakukan, mulai dari kurikulum, tujuan pendidikan, metode yang harus dipakai pada saat belajar mengajar berlangsung, strategi yang harus digunakan dan lain-lain yang berkenaan dengan pendidikan. Salah satu tokoh pendidikan yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam dunia pendidikan terutama pendidikan islam adalah Hasan Langgulung.
Tulisan ini akan mengulas tentang Biografi Hasan Langgulung, Karya-karyanya, Konsep pemikiran pendidikan islam menurut Hasan Langgulung serta Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini. Maka dari itu, pemikiran ini bisa menjadi salah satu rujukan untuk perbaikan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan islam dan menjadi acuan bagi guru-guru dalam melakukan pembelajaran yang lebih baik.
B.     Rumusan Masalah

1.      Siapakah Hasan Langgulung ?
2.      Apa saja Karya-karya Hasan Langgulung ?
3.      Bagaimana Konsep pemikiran Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung : Tujuan,Materi, Metode, Pendidik, Peserta Didik.
4.      Bagaimana Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini ?

C.    Tujuan dan Kegunaan
1.         Untuk mengetahui siapa Hasan Langgulung.
2.         Untuk mengetahui apa saja Karya-karya Hasan Langgulung.
3.         Untuk mengetahui bagaimana konsep pemikiran Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung : Tujuan, Materi, Metode, Pendidik, Peserta Didik.
4.         Untuk mengetahui bagaimana relevansi pemikiran Pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan Pendidikan Masa Terkini.




                            




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Hasan Langgulung
Hasan langgulung dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur, Malaysia. Semasa hidup, beliau aktif dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan, dan kemajuan Bangsa ini. Beliau aktif mengajar di beberapa Universitas, baik di dalam Negeri maupun diluar negeri. Di Inggris sebagai visiting scholat pada Cambridge University tahun 1986.
Di Timur Tengah pada tahun 1956-1968 dan tahun 1968-1969 pernah sebagai Headmaster pada Cairo Indonesian School. Tahun 1977-1978 beliau menjabat sebagai Visiting Professor di King Saud University Saudi Arabia, dan banyak lagi tempat-tempat yang mereka kunjungi dalam rangka mengemban tugas mulia untuk mendedikasikan ilmunya, seperti di Amerika, Eropa, Australia, Jepang dan beberapa Negara ASEAN, seperti Malaysia di University Kebansaan Malaysia (UKM).
Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang. Setamat Sekolah Dasar ia melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang pada tahun 1949-1952, dan tahun 1952-1955 ia melanjutkan untuk Sekolah Guru Islam di Ujung Pandang.[1]
Setamat dari pendidikan dasar dan menengah, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu di Islamic Studies pada Fakultas Dar Al-Ulum, Cairo University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967 ia berhasil merampungkan pendidikannya pada jenjang strata 2 (S2) dalam bidang Psikologi dan Mental Hygiene di Eins Shams University dengan gelar Ma. Tidak puas dengan kemampuannya yang telah diperoleh sebelumnya, kemudian ia melanjutkan pendidikan pada tingkat Strata 3 (S3) masih dalam bidang psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan tamat pada tahun 1971 dengan mempertahankan desertasinya yang berjudul: “A Cross Cultural Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico, and the United State”.
B.     Karya-karya Hasan Langgulung
Hasan Langgulung seorang pakar ilmuan bidang pendidikan dan psikologi, banyak pemikirannya yang tertuang dan menjadi buku untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa buku yang telah ditulis terbagi menjadi tiga kategori, bidang pendidikan, psikologi dan filsafat. Beberapa Karya-karyanya adalah:
  1. Teori-Teori Kesehatan Mental (1986)
  2. Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-Sekolah (1979)
  3. Suatu Analisis Sosio-Psikologi (1979)
  4. Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam (1985)
  5. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi Dan Pendidikan (1986)
  6. Pendidikan Islam Menuju Abad 21 (1988)
  7. Asas-Asas Pendidikan Islam (1987)
Menulis artikel yang berkenaan dengan tema diatas lebih dari 60 buah, terbit di berbagai majalah baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti Journal of Special Psychologi, Journal of Cross-Cultural Psychologi, Islamic Quartely Muslim education Quartely, Dewan Masyarakat, dan lain-lain, serta telah menerbitkan buku dalam Bahasa Arab[2].


C.    Konsep Pemikiran Pendidikan menurut Hasan Langgulung

1.      Konsep Pendidikan Islam

Pendidikan menurut Hasan Langgulung, yang dalam bahasa inggris education dan dari bahasa latin educere, berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang, kalaulah ilmu itu memang masuk di kepala. Dalam bahasa arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan. Dalam masalah ini, ada tiga kata yang sering digunakan oleh pakar pendidikan, yaitu ta’limtarbiyah, dan ta’dib.[3] Pendidikan dapat dilihat dari tiga segi, yaitu:
1)   Pendidikan dari segi pandangan individu
Pendidikan didefinisikan  sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan melihat dan mendengar. Jadi pendidikan adalah proses menampakkan (manifestasi) yang tersembunyi (latent) pada peserta didik.
2)   Pendidikan dari segi pandangan masyarakat
Bahwa manusia memiliki kemampuan-kemampuan asal dan bahwa kanak-kanan itu mempunyai benih dan dapat dicapai oleh manusia, ia menekankan pada kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia.
3)   Memandang pendidikan sebagai suatu transaksi
Sebagai suatu interaksi yaitu  proses memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya.[4]

2.    Materi Pendidikan
Kurikulum atau pendidikan hendaknya mencakup materi yang berkaitan dengan pengembangan aspek fitrah peserta didik yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif yang dilakukan dengan cara seimbang.
Berkenaan dengan kurikulum atau isi pendidikian, Hasan Langgulung membagi sumber ilmu kedalam empat bagian yaitu:
1)      Pancaindra, karena melaui pancaindra dapat ditangkap kesan-kesan, dan pesan-pesan dari alam, jagat raya yang kemudian disampaikan kepada akal untuk diolah menjadi ilmu pengetahuan.[5]
2)      Akal yang dapat mencerna setiap pesan yang disampaikan dengan metode tertentu.
3)      Intuisi, yaitu kekuatan batin yang dapat menyerap pengetahuan dari Tuhan, atau merupakan pemindahan potensi kedalam alam nyata tanpa usaha yang keras atau susah payah.
4)      Ilham, yaitu tanggapan emosi secara langsung yang datang pada hati manusia.
Menurut Hasan Langgulung, kurikulum pendidikan juga harus mampu mengembangkan potensi peserta didik, serta menciptakan suatu proses belajar-mengajar yang dapat menjawab tantangan zaman.
Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka kurikulum pendidikan harus disusun dengan berdasar pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)      Prinsip keutuhan, yaitu memerhatikan seluruh aspek potensi manusia, yaitu badan, jiwa, akal dan rohaninya.
b)      Prinsip keterpaduan,yaitu keterpaduan antara individu dengan masyarakat, maupun antara komponen manusia: jasad, akal dan roh.
c)      Prinsip kesesuaian, yaitu sesuai dengan kondisi dan perkembangan peserta didik, serta dimulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit.
d)     Prinsip keaslian, yaitu bahwa dalam hal tujuan, materi, dan metode yang tercantum dalam kurikulum hendaknya diambil dari ajaran Islam.
e)      Prinsip ilmiah, yaitu sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah ilmiah, sehingga dapat diterima dikalangan akademik.
f)       Prinsip sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu dengan cara memuat sains dan teknologi yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam.
g)      Prinsip praktikal, yaitu bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya tidak hanya dapat bicara soal teoritis saja, melainkan harus dipraktikkan.[6]
h)      Prinsip holistik, yaitu bahwa kandungan kurikulum harus memuat tentang pengetahuan agama dan syariah, ilmu bahasa dan sastra: ilmu sejarah dan sosial, ilmu falsafah, logika, debat, diskusi, ilmu-ilmu murni, ilmu-ilmu kealaman, eksperimental, terapan dan praktis.

3.      Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan sesuatu yang essensial bagi kehidupan manusia. Dengan adanya tujuan semua aktivitas dan gerak manusia menjadi lebih dinamis, terarah dan bermakna. Disaat berbicara tentang  tujuan pendidikan, tidak boleh tidak membawa untuk berbicara tentang tujuan hidup manusia. Manusia diciptakan  Allah dan diberi tugas untuk memikul amanah di permukaan bumi. Tujuan pendidikan itu hendaknya sesuai dengan proses yang membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.
Hasan Langgulung mengatakan proses itu antara lain:
1)      Generasi  muda haruslah dididik menyembah Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2)      Generasi muda harus dididik hidup dalam masyarakat yang mengakui prinsip kerjasama, persaudaraan dan persamaan.
3)      Generasi baru harus dididik menggunakan akal.
4)      Generasi baru harus dididik bersifat terbuka dan menjauhi sifat menyendiri tanpa menonjolkan diri.
5)      Generasi muda harus dididik menggunakan pemikiran ilmiah.
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan hendaknya sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Dalam hal ini Hasan Langgulung membagi sumber ilmu pengetahuan kedalam 4 sumber, antara lain:
1)      Sumber Panca Indera, karena panca indera merupakan sumber pengetahuan atau tingkat tempat berlakunya pesan-pesan dari alam nyata ke otak.
2)      Sumber Akal, karena akal yang akan mencerna segala pesan-pesan yang disampaikan dengan tuntunan-tuntunan tertentu.
3)      Sumber Intuisi, yang merupakan perpindahan potensi ke dalam alam nyata tanpa usaha yang keras atau susah payah.
4)      Sumber Ilham, yang merupakan tanggapan emosi secara langsung yang menyerang hati manusia.
Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai oleh Hasan Langgulung yaitu keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indera[7]. Tujuan terakhir pendidikan Islam merupakan kristalisasi nilai-nilai ideal Islam yang diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan Islam sejalan dengan tujuan hidup yaitu segala usaha untuk menjadikan manusia menjadi‘abid   inilah tujuan tertinggi pendidikan Islam[8].

4.      Metode Pendidikan
Agar proses pendidikan terlaksana secara efektif dan efisien. Maka seorang pendidik dituntut untuk mempergunakan berbagai macam pendekatan dan metode. Dan agar tujuan pendidikan Islam itu tercapai menurut Hasan Langgulung metode pendidikan harus sesuai dengan asas-asas pendidikan, antara lain :
1)      Asas  histori, yang mempersiapkan peserta didik dengan berpijak bagaimana  motode dari pengalaman masa lalu dengan apa yang digunakan untuk diterapkan di masa sekarang.[9]
2)       Asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak : memindah budaya, memilih, dan mengembangkannya. Dan metode yang digunakan harus mengacu sesuai dengan kebudayaan yang diharapkan masyarakat dan peserta didik itu sendiri.
3)      Asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya, dan bertaggung jawab terhadap anggaran belanjanya.[10] Dan hendaknya metode yang digunakan pendidik itu tidak bertentangan dengan perekonomian dengan arti metode yang digunakantidak melebihi perekonomian peserta didik.
4)      Asas politik, diharapkan metode yang digunakan  dalam proses belajar mengajar sesuai dengan ideologi (Aqidah) sehingga tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat tercapai.
5)      Asas psikologi. Materi yang disajikan hendaknya dengan mengacu kepada psikologis peserta didik, sehingga peserta didik bisa menerima materi dengan mudah.[11] Serta aspek psikologi juga memberikan informasi tentang watak pelajar, guru, cara terbaik dalam praktik, pencapaian, dan penilaian, dan pengukuran dan bimbingan.
6)      Asas-asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.[12]
Pada referensi lain disebutkan bahwa metode pendidikan pada prinsipnya harus sesuai dengan jiwa manusia. Dalam psikologi disebutkan manusia adalah makhluk yang suka meniru, suka pada cerita, suka mencoba-coba, suka ingin tahu, dan lain sebagainya. Di samping ciri-ciri kejiwaan yang positif terdapat pula kejiwaan yang negatif, seperti rasa enggan, rasa membangkang, cepat bosan, dan sebagainya. Untuk itu dalam kegiatan belajar agar menggunakan metode yag sejalan dengan jiwa manusia, seperti metode ceramah, tanya jawab, kisah, cerita, dramatisasi, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam hal metodologi juga agar memperhatikan hal-hal :
1)      Metode yang digunakan harus berkaitan denga tujuan pendidikan untuk membina peserta didik.
2)      Metode yang digunakan sesuai dengan Al-qur’an dan Al-sunnah.
3)      Magaimana guru menggerakkan peserta didik untuk senantiasa disiplin dalam belajar.
4)      agar memiliki dan menerapkan metode yang memiliki relevansi dan sekaligus menunjang bagi tercapainya tujuan yang dirumurkan sesuai dengan asas-asas pendidikan.[13]

5.    Pendidik
Menurut Hasan Langgulung, pendidik adalah “Orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”; mengarahkan dan mendidik peserta didik karena fungsinya sebagai pengarah dan pembimbing dalam pendidikan. Selain sebagai pembimbing dan pemberi arah dalam pendidikan, pendidik juga berfungsi sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu berupaya teraktualisasinya sifat-sifat Illahi dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik guna mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Hasan Langgulung membagi pendidik kedalam dua kelompok, yaitu :
1)        Kedua orang tua (keluarga)
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam perkembangan seorang individu. Menurutnya fungsi keluarga adalah menanamkan sifat cinta mencintai secara serasi. Keluarga juga berfungsi menjaga kesehatan, kejiwaan, spiritual, akhlak, jasmani, intelektual, emosional, dan sosial di samping itu juga membutuhkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan.
2)        Pendidik (Sekolah)
Menurut Hasan Langgulung, pendidik hendaknya senantiasa meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam hal ini, ia menawarkan adanya sejumlah latihan terhadap pendidik dalam meningkatkan profesionalismenya. Tawaran upaya ini di antaranya bertujuan:
1.         Menciptakan guru-guru yang terlatih dan memiliki profesionalisme yang tinggi.
2.         Menghasilkan guru-guru yang bersemangat tinggi.
Untuk merealisasikan upaya diatas, Hasan Langgulung menawarkan bentuk kurikulum latihan guru yang meliputi tiga macam materi pengetahuan, yaitu :
a)      Pengetahuan umum, yaitu semua materi atau bidang ilmu pengetahuan, baik materi agama maupun materi umum lainnya.
b)      Pengetahuan profesi, yaitu pengetahuan atau materi yang berkaitan dengan profesi guru yang mengikuti latihan tersebut.
c)      Pengetahuan khusus, yaitu beberapa pengetahuan khusus yang diberikan kepada guru-guru tertentu.

6.    Peserta Didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan islam berbeda dengan komponen-komponen lain, dalam system pendidikan peserta didik adalah orang yang sedang berada dalam pase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun pisikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Samsul Nijar mendeskripsikan 5 kriteria peserta didik yaitu:
a)      Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
b)      Pesertadidik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
c)      Peserta didik adalah makhluk allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh factor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
d)     Peserta didik merupakan dua unsure utama jasmani dan rohani,unsure jasmani memiliki daya pisik dan unsure rohani daya akal hati nurani dan nafsu.
e)      Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.























BAB III
RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN      LANGGULUNG DENGAN PENDIDIKAN MASA TERKINI

Tujuan pendidikan Hasan Langgulung yang menyatakan bahwa generasi muda melaksakan perintah-perintah Allah, generasi muda yang mampu bermasyarakat, generasi muda yang mampu menggunakan akal dan  mampu berfikir ilmiah masih relevansi pada masa sekarang karena dalam kurikulum 2013 di jelaskan bahwa pendidikan tidaklah hanya mengembangkan potensi intelektual atau kognitifnya saja namun juga mengembangkan potensi afektif dan psikomotorik peserta didik.
Lalu metode yang digunakan Hasan Langgulung, akan selalu relevansi dengan masa-masa selanjutnya, karena Hasan Langgulung beranggapan bahwa metode yang digunakan mengikuti perkembangan zaman serta disesuaikan dengan asas-asas pendidikan. 
Kurikulum Hasan Langgulung masihlah relevansi untuk diterapkan dimasa sekarang, sebab dalam kurikulumnya juga sesuai dengan kurikulum 2013, dalam kurikulum Hasan Langgulung adanya mengembangkan potensi-potensi peserta didik, model penilainnya juga sesuai, karena Hasan Langgulung tidaklah mengukur kelulusan peseta didik hanya dengan tes saja, namun Hasan Langgulung juga melihat dari budi pekerti seorang murid, serta peserta didik yang mampu berfikir ilmiah yang mana dapat di implentasikan melalui tugas observasi, kegitan ini sama dengan tes yang tercantum dalam kurikulum 2013.
Kedudukan pendidik juga masih sangat sesuai, bahwa untuk mendidik seseorang tidaklah hanya pada lingkungan sekolahan, namun juga dari pihak keluarga yang merupakan lingkungan pertama seseorang bersosialisasi dan belajar. Begitu juga dengan Konsep peserta didik, bahwa potensi peserta didik akan berkembang melalui pendidikan.


BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan:
Hasan Langgulung adalah putra kelahiran Rappang, Sulawesi selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008 di Kuala Lumpur, Malaysia. Hasan Langgulung kecil yang lahir pada tahun 1934, hidup dalam suasana kolonialisasi Belanda (belanda masuk Indonesia sejak tahun 1619 M) juga penjajahan Jepang yang menyerah kepada sekutu pada bulan Maret 1942.
Konsep pendidikan dalam pemahaman Hasan Langgulung mencangkup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan segi akidah, tetapi juga ibadah serta akhlaq. Selain itu, Tujuan pendidikan menurut Hasan Langgulung, hendaknya sesuai dengan proses yang membentuk pandangan Islam terhadap pendidikan.
Menurut Hasan Langgulung, agar proses pendidikan terlaksana secara efektif dan efesien. Maka seorang pendidik dituntut untuk mempergunakan berbagai macam pendekatan dan metode. Dan agar tujuan pendidikan Islam itu tercapai Menurut Hasan Langgulung metode pendidikan harus sesuai dengan asas-asas pendidikan, antara lain : Asas-asas histori, asas-asas sosial, asas-asas ekonomi, asas-asas politik, serta asas-asas psikologi.
Menurut Hasan Langgulung “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman, pendidikan, kebudayaan, sosial, keolahragaan dan kesenian yang disediakan sekolah bagi murid di dalam dan di luar sekolah denagan maksud menolong mereka untuk berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Hasan Langgulung, pendidik adalah “Orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing”. Tujuan, metode, kurikulum, pendidik dan peserta didik  menurut Hasan Langgulung, masihlah sangat relevan pada masa sekarang.



[1] Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam,( Jakarta: Amzah, 2009), Hal. 126-127
[2] Samsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2012), Hlm. 273
[3]Syamsul Kurniawan&Erwin Mahrus,Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Jogjakarta:Arr-Ruzz,2011), Hlm. 273
[4]Abdul Khobir,Filsafat Pendidikan Islam,(Pekalongan:STAIN Press,2007). Hlm. 208-209
[5] Abbudin Nata, Op. Cit., Hlm. 343
[6] Ibid, Hlm. 344-345
[7] Ramayulis&Samsul Nizar,Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia, (Jakarta:Quantum Teaching Ciputat Press), Hlm. 158-162.
[8] Abdul Khobir, Op.Cit., Hlm. 211.
[9] Rama Yulis, Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat : Quantum Teaching, 2005), Hlm. 162-163.
[10] Syamsul kurniawan, Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm. 277.
[11] Rama Yulis, Samsul Nizar, Op.Cit., Hlm. 163.
[12] Syamsul kurniawan, Erwin Mahrus, Op. Cit., Hlm. 278.
[13] Abuddin nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta : PT. Grafindo Pesada, 2012), Hlm. 346-367

1 comment: