Wikipedia

Search results

Sunday, February 5, 2017

KEBERHASILAN PEMBALAJARAN SD/MI



KEBERHASILAN PEMBALAJARAN SD/MI

PENDAHULUAN
Pada dasarnya tuntutan sudah banyak yang berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.
Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkanya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran oleh guru.
Dengan adanya perencanaan pengajaran tersebut diharapkan dapat terjadi keberhasilan atau kesuksesan dalam belajar mengajar.

A.           PENGERTIAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN SD/MI
Menurut Bambang Warsita pembelajaran selalu dikaitkan dengan suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif), dan nilai (value).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku pada seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, yang asalnya tidak mempunyai keterampilan menjadi mempunyai keterampilan, dan yang asalnya tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakan sesuatu yang semuanya itu merupakan hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian, perubahan-perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut merupakan hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut hasil belajar.
Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 105) menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif (value).[1]

B.            INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBELAJARAN SD/MI
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, di antaranya yaitu: daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual, kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.[2]
Indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
1.             Kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar
2.             Keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf
3.             Akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian
4.             Asosiasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai seseuatu sebagai hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar maupun asosiasi tiruan
5.             Pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar secara rasional
6.             Sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap sesuatu
7.             Nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik
8.             Moral dan agama, moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya dengan kehidupan sesama manusia, sedangkan agama adalah penerapan nilai-nilai yang trasedental dan ghaib (konsep tuhan dan keimanan).

Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara indvidual maupun kelompok.

C.           PENILAIAN KEBERHASILAN BELAJAR
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta didik dapat dilakukan menggunakan tes prestasi belajar. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuruan, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik guna mengukur aspek perilaku peserta didik.[3]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106), berpendapat bahwa tes prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian keberhasilan peserta didik, yaitu: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.[4] Tes prestasi belajar tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.             Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencapai umpan balik (feed back), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilakukan. Jadi, penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tulis dan hanya dilakukan pada setiap akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung atau sesudah pelajaran selesai.
2.             Tes subsumatif, adalah penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajar pada waktu tertentu. Tujuannya dalah untuk memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar pesrta didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3.             Tes sumatif, penilaian yang dilakukan untuk memperolah data atau informasi untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau  pencapaian belajar peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan tujuannya ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu peserta didik dapat dinyatakan lulus atau tidak lulus. Pengertian lulus atau tidak lulus di sini dapat berati: tidak dapatnya peserta didik melanjutkan ke modul berikutnya, tidak dapatnya peserta didik nmengikuti pelajaran pada semester berikutnya, tidak dapatnya peserta didik dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi, serta tidak dapatnya peserta didik dinyatakan lulus/tamat dari sekolah yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahawa keberhasilan belajar peserta didik dapat dinilai dengan tiga cara, yakni tes untuk mengukur aspek kognitif, tes perbuatan untuk untuk mengukur aspek keterampilan dan non tes untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi.

D.           KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM (KKM) PEMBELAJARAN SD/MI
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan nilai minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam satu mata pelajaran sehingga peserta didik dikategorikan tuntas pada mata pelajaran tersebut. KKM ditentukan pada awal semester dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu, tingkat kesulitan materi, intake siswa dan daya dukung.[5]
Penentuan KKM mata pelajaran diawali dengan menentukan KKM setiap indikator dalam setiap Kompetensi Dasar. Kemudian KKM setiap indikator dalam satu Kompetensi Dasar dirata-ratakan, dan hasilnya menjadi KKM Kompetensi Dasar. Kemudian KKM setiap Kompetensi Dasar dalam satu Standar Kompetensi dirata-ratakan, dan hasilnya menjadi KKM Standar Kompetensi. Kemudian KKM setiap Standar Kompetensi dalam satu mata pelajaran dirata-ratakan, dan hasilnya menjadi KKM Mata Pelajaran untuk kelas tertentu.

E.            PROGRAM PERBAIKAN

Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah men­capai KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.

1.             Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran re­medial diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM.
Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesu­litan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakanssessment as learning. Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran reme­dial, media pembelajaran juga harus betul ­betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. [6]
2.             Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan se­gera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang ­kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a.       Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran seko­lah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah pro­yek atau penelitian ilmiah.
b.      Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesu­atu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.

F.            FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BELAJAR SD/MI
Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya denga baik dan sitematik. Namun, terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemuinya, yang disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu yang menjadi pendukungnya.
Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik di antaranya yaitu: tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi, serta suasana evaluasi.[7] Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
1.             Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
Sedikit banyak perumusan judul akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajara peserta didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika kegiatan belajar peserta didik dan kegiatan guru mengajar bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.
2.             Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
Selain itu, Pandangan guru terhadap peserta didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar di kelas. Guru yang memandang anak sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan persamaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang peserta didik akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula, dan hasil belajar menagajarnya pun berlainan.
3.             Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Karenanya, anak-anak berkumpul di sekolah pun mempunyai karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian mereka ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar.
4.             Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
5.             Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tetapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
6.             Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Kelas I, kelas II, dan kelas III dikmupulkan menurut tingkatan masing-masin. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain dari kegaiatan menelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksud untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.

v   LATIHAN

1.    Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang keberhasilan pembelajaran SD/MI?
2.    Apa saja indikator dalam proses keberhasilan pembelajaran SD/MI?
3.    Bagaimana cara menentukan kriteria ketuntasan minimum (KKM) pembelajaran SD/MI?

v   RANGKUMAN
Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dapat dikatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar merupakan kecakapan dari suatu usaha atau latihan pengalaman dalam bentuk perubahan tingkah laku yang mengandung pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), sikap (afektif) serta nilai-nilai yang konstruktif (value).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106), berpendapat bahwa tes prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian keberhasilan peserta didik, yaitu: tes formatif, tes subsumatif, dan tes sumatif.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) merupakan nilai minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam satu mata pelajaran sehingga peserta didik dikategorikan tuntas pada mata pelajaran tersebut. KKM ditentukan pada awal semester dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu, tingkat kesulitan materi, intake siswa dan daya dukung. Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas, wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah men­capai KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut: Tujuan, Guru, Peserta didik, Kegiatan pembelajaran, Bahan dan alat evaluasi, Suasana evaluasi







v   TES FORMATIF
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat
1.             Kegiatan Untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa disebut...
a.    Evaluasi
b.    Penilaian
c.    Pengukuran
d.   Tes
e.    Observasi

2.             Istilah “pengukuran”dalam sistem evaluasi  merupakan suatu kegiatan yang bersifat...
a.    Kualitatif
b.    Akurat
c.    Komparasi
d.   Kuantitatif
e.    Pengujian


3.             Berikut ini tujuan penilaiaan yang dikekmukakan oleh Chittenden,kecuali...
a.    Keeping track
b.    Knowledge
c.    Finding-up
d.   Finding-out
e.    Summing-up

4.             1Membuat soal
2.M enyusun kisi-kisi
3.Analisis silabus
4.Membuat kunci jawaban
5Menyusun pedoman penskoran
6Menyususun lembar jawaban
Urutan langkah-langkah menyusun kisi-kisi soal adalah...
a.    1-2-3-4-5-6
b.    3-2-1-6-4-5
c.    3-2-1-6-5-4
d.   3-2-1-5-6-4
e.    6-5-4-2-3-1

5.             Dalam penilaian hasil belajar ada 4 kemungkinan tujuan penilaian,kecuali...
a.    Formatif
b.    Syinthesis
c.    Sumatif
d.   Diagnostik
e.    Penempatan

2.             I.Berdasarkan isi dan tujun bersifat umum.
II.Memiliki derajat kesedihan yang tinggi
III.Mencangkup pengetahuan dan kecakapan yang khusus
IV.Item-item jarang di uji cobakan sebelum menjadi bagian tes tersebut
Dari data di atas manakah yang merupakan tes baku dalam pengembangan evaluasi jenis tes
a.    I  dan II
b.    I dan III
c.    II dan  IV
d.   I,II, dan III
e.    Semua pernyataan benar

3.             Pilihan Jawaban
a.    Jika pernyataan benar,alasan benar ,dan alasan merupakan sebab dari pernyataaan
b.    Jika pernyataan benar,alasan benar,tetapi alasan bukan merupakan sebab dari pernyataan
c.    Jika pernyataan benar tetapi alasan salah
d.   Jika pernyataan salah,tetapi alasan benar
e.    Jika pernyataan salah,alasan salah

4.             Untuk melihat bagaimana cara menggunakan komputer dengan baik dan benar,guru harus menyuruh peserta didik untuk mempraktikkan atau mengoperasikan penggunaan komputer yang sesungguhnya sesuai dengan prosedur yang baik dan benar...
Dari pernyataan di atas,tes evaluasi yang digunakan adalah...
a.    Tes Perbuatan
b.    Tes Lisan
c.    Observasi\Studi Kasus
d.   Portofolio

5.             Suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,logis, objektif,dan rasional mengenai berbagai fenomena,baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Pernyataan di atas merupakan pengembangan instrumen evaluasi...
a.    Jenis non tes dalam bentuk obsevas
b.    Jenis non tes dalam bentuk Wawancara
c.    Jenis non tes dalam bentuk Angket
d.   Jenis non tes dalam bentuk Studi Kasus
e.    Jenis non tes dalam bentuk sosiometri

6.             Pemberian penghargaan kepada peserta didik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik,sebab...
a.    Dapat membangkitkan semangat atau motivasi belajar peserta didik
b.    Membuat peserta didik menjadi ingin dimanja
c.    Dapat membuat peserta didik merasa di anak emaskan
d.   Membuat anak didik menjadi sombong karna memiliki kelebihan dari teman yang lainnya
e.    Membuat Peserta didik menjadi malas-malasan karena sudah merasa pintar.

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir. Hitunglah jawaban yang benar kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi kegiatan belajar.
Jumlah jawaban yang benar  
Tingkat penguasaan =                                                 X 100%
                                                Jumlah soal
 



Arti tingkat penguasaan                        90%-100% = baik sekali
                                                        80%- 89% = baik
                                                         70%-79%= cukup
                                                       <70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80 atau lebih anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajarar berikutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80 anda harus mengulangi materi kegiatan belajar lagi. Terutama bagian yang belum dikuasai.



GLOSARIUM

Kognitif          : Berdasar kepada pengetahuan factual yang empiris
Afektif                        : mempunyai gaya atau makna yang menunjukan perasaan (tentang gaya bahasa atau makna)
Psikomotorik   : Berhubungan denga aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental dan psikologi
Saraf                : Jaringan yang menyalurkan rangsangan dari dan alat-alat tubuh
Rasional          : Menurut pertimbangan atau pikiran yang logis
Trasendental    : Menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian
Gaib                : Tidak terlihat, tersembunyi, tidak nyata
Formatif          : Morfem terkait, baik yang dipakai untuk membentuk dasar
Assesment       : Penilaian, penksiran,
Learning          : Mempelajari, Mendengar, belajar
Pola                 : Sistem, cara kerja
Individual       : Mengenai atau berhubungan dengan manusia secara pribadi
Evaluasi           : Penilaian
Essay               : Sebuah karangan, soal, tulisan
Value               : Nilai atau harga


DAFTAR PUSTAKA

Drs. Syaiful Bahri Djamara dan Drs. Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Roestyah. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sukmadinata Nana Syodih. 2004.  Landasan Psikologis Proses Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Usman. 1993, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


[1]Drs. Syaiful Bahri Djamara dan Drs. Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: Rineka Cipta. 2006) h.10h

[2]Ibid. 106
[3]Roestyah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta. 2004) h.79
[4]Op.cit.108
[5]Usman.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993) h.84
6 Sukmadinata Nana Syodih. Landasan Psikologis Proses Pendidikan(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004) h. 94


[7]Roestyah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta. 2004) h.86

1 comment: