Wikipedia

Search results

Sunday, February 5, 2017

Kurikulum Pendidikan Musik SD/MI



A.      Kurikulum Pendidikan Musik SD/MI
Bagi sebagian masyarakat dan para pemangku kebijakan, musik bukan merupakan sesuatu hal yang penting, musik hanyalah sebagai hiburan, musik hanyalah pengisi waktu bagi anak-anak. Musik tidak akan memberikan kontribusi untuk kehidupan masa datang, musik tidak akan memberikan sesuatu profesi yang menjanjikan. Bahkan dilingkungan sekolah pun masih banyak yang menganggap bahwa musik bukan suatu mata pelajaran yang begitu penting, betulkah?
Banyak guru dan orang tua anak baik itu yang belajar disekolah formal ataupun informal yang memandang sebelah mata tentang pendidikan musik. Sehingga apabila anaknya memiliki kekurangan pada mata pelajaran tertentu, maka orang tua menganggap anaknya “kurang pandai”, tetapi apabila anak memiliki nilai bagus pada mata pelajaran seni baik itu seni musik, seni rupa atau seni tari, orang tua menganggap hal tersebut bukan yang luar biasa, padahal anak tersebut mempunyai potensi dalam mata pelajaran tersebut yang bisa dikembangkan lebih lanjut. Nah, disinilah perlunya kesadaran guru dan orang tua untuk mengetahui potensi apa yang terdapat pada anak-anaknya.
Hal yang sama terjadi pada sekolah informal, misalnya kursus musik. Karena anggapan awalnya para orang tua mengkursuskan anaknya hanya untuk mengisi waktu luang saja, maka pengawasan dirumah pun tidak serius, misalnya mengatur jam latihan atau meminta dan mengawasi anaknya untuk berlatih. Kenapa harus orang tua? Karena waktu terbanyak adalah di rumah dalam hal ini orang tualah yang mempunyai waktu terbanyak untuk mengawasi anaknya, guru les hanya bertemu 40-60 menit saja dalam seminggu. Kerjasama orang tua dengan guru les sangat ditekankan dalam hal ini apabila ingin mencapai kesuksesan dalam pendidikan.
Berbicara mengenai mata pelajaran di sekolah, pada kurikulum 2007, terdapat sejumlah mata pelajaran yang salah satunya mata pelajaran Seni dan Budaya. Jika diamati uraian bahasannya, mata pelajaran Seni dan Budaya ini terdiri atas bahan ajaran pendidikan seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater. Mata pelajaran ini disajikan mulai dari kelas 1 SD sampai dengan kelas III SMA, dengan alokasi waktu mungkin sekitar 2 jam pelajaran setiap minggu. Ya, hanya 2 jam saja pelajaran seni diberikan di sekolah. Dengan alokasi waktu yang disediakan dan bahan ajar yang beragam, pada umumnya para guru tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran sebagaimana mestinya. Apalagi kalau di sekolah tersebut hanya terdapat guru seni musik saja, maka nyaris pelajaran seni yang lain akan ditinggalkan. Disamping itu, ada diantara mereka yang berpendapat bahwa pendidikan musik merupakan pelajaran yang tidak penting, sangat disayangkan dengan pendapat itu. Alasannya karena mata pelajaran pendidikan musik tidak di-UAN-kan.
Padahal apabila ditelaah lebih lanjut, menurut para ahli, pendidikan musik merupakan sarana yang paling efektif bagi pendidikan kreativitas. Pendidikan musik juga dapat menjadi sarana pendidikan afektif untuk menyalurkan emosi dan ekspresi anak. Selain itu, pendidikan musik dapat menjadi pendidikan keterampilan. Jadi secara konseptual, pendidikan musik sangat besar peranannya bagi proses perkembangan anak, terutama di Sekolah Dasar.
Sebagai materi pembelajaran, mata pelajaran Seni dan Budaya perlu di pahami guru, mau dibawa kemana anak didik kita sehingga tercapai arah yang tepat. Eisner (1972) dan Chapman (1978) mengatakan bahwa, arah atau pendekatan seni baik itu seni rupa, seni musik, seni tari ataupun seni teater, secara umum dapat dipilah menjadi dua pendekatan, yakni seni dalam pendidikan dan pendidikan melalui musik.
Pertama, seni dalam pendidikan. Secara hakiki materi seni penting diberikan kepada anak. Maksudnya adalah, keahlian melukis, menggambar, menyanyi, menari, memainkan musik dan keterampilan lainnya perlu ditanamkan kepada anak dalam rangka pengembangan kesenian dan pelestarian kesenian. Seni dalam pendidikan ini sejalan dengan konsep pendidikan yaitu sebagai proses pembudayaan yang dilakukan dengan upaya mewariskan atau menanamkan nilai-nilai dari generasi tua kepada generasi berikutnya (baca: guru kepada murid). Oleh sebab itu, seni dalam pendidikan merupakan upaya kita sebagai pendidik seni dan juga lembaga yang menaungi kita untuk mewariskan, melestarikan, dan mengembangkan berbagai jenis kesenian yang ada baik lokal maupun mancanegara. Sangat beragam sekali kesenian yang berkembang di Indonesia ini. Dari mulai kesenian tradisional sampai pada kesenian modern, banyak terhampar di depan mata kita. Misalnya batik, ukiran, anyaman, lukisan, pupuh sunda, gamelan, kecapi, biola, piano, tari tayub dan tari bedaya, balet sampai pada berbagai jenis seni kontemporer. Dari kekayaan tersebut apabila tidak diwariskan kepada anak melalui jalur pendidikan maka kita akan menunggu saatnya kesenian tersebut akan dijauhi oleh anak kita.
Dari uraian di atas, maka seni dalam pendidikan merupakan sebuah program yang mengharapkan siswa pandai dalam bidang seni. Pandai menggambar, pintar menyanyi, terampil dalam menari, pandai memainkan alat musik dan sebagainya. Memang terasa sangat sulit sekali apabila diterapkan pada sekolah umum, karena harus mempertimbangkan kualifikasi guru terhadap bidang seni tertentu, waktu yang cukup, dan sarana- prasarana yang memadai. Tetapi bagi orang tua yang ingin anaknya terampil dalam bidang seni tertentu jangan khawatir, sudah banyak terhampar di depan mata kita sanggar-sanggar, kursus musik, kursus menggambar dan sebagainya, untuk kita pergunakan seoptimal mungkin bagi perkembangan anak kita.
Kedua, pendidikan melalui seni. Plato menyatakan bahwa seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Dari pendapat ini kita bisa beranggapan bahwa sesungguhnya seni atau pendidikan seni mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pendidikan secara umum.
Konsep pendidikan melalui seni juga dikemukan oleh Dewey bahwa seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan seni itu sendiri. Maka melalui pendidikan melalui seni tercapai tujuan pendidikan yaitu keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis.
Merujuk pada konsep pendidikan melalui seni, maka pelaksanaannya lebih ditekankan pada proses pembelajaran dari pada produk. Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka sasaran belajar pendidikan seni tidak mengharapkan siswa pandai menyanyi, pandai memainkan alat musik, pandai menggambar dan terampil menari. Melainkan sebagai sarana ekspresi, imajinasi dan berkreativitas untuk menumbuhkan keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Kalau memang ternyata melalui pendidikan seni dapat menghasilkan seorang seniman maka itu merupakan dampak saja.
Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka guru pun dapat melaksanakannya. Kekurangan kemampuan guru dalam hal pendidikan seni dapat ditutup dengan penggunaan berbagai media pembelajaran yang memadai. Seperti yang telah dipaparkan di atas, pendidikan musik khususnya banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan dan keseimbangan rasional, emosional, intelektual dan kesadaran estetis. Banyak sekali hasil penelitian yang memberikan informasi kepada kita tentang pentingnya pendidikan seni khususnya musik bagi perkembangan anak, berikut beberapa hasil penelitian yang penulis rangkum dari Bulletin of the Council for Research in Music Education, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Pendidikan musik/pendidikan seni, memudahkan perkembangan anak dalam bahasa dan kecepatan membaca.
2.    Aktivitas bermusik/berkesenian sangat bernilai bagi pengalaman anak dalam berekspresi dan lain-lain.
3.    Aktivitas bermusik/berkesenian membantu perkembangan sikap positif terhadap sekolah dan mengurangi tingkat ketidakhadiran siswa di sekolah.
4.    Keterlibatan dalam kegiatan bermusik/berkesenian secara langsung mempertinggi perkembangan kreativitas.
5.    Pendidikan musik/pendidikan seni memudahkan perkembangan sosial, penyesuian diri, dan perkembangan intelektual.
   Dari penjelasan-penjelasan di atas, ternyata pendidikan musik sangat penting untuk perkembangan anak di masa depan. Pendidikan musik tidak lagi sebagai mata pelajaran tambahan yang sewaktu-waktu bisa saja dihilangkan atau hanya sekedar pengisi waktu luang bagi anak-anak yang kursus musik. Bukankah pendidikan itu merupakan sesuatu hal yang penting untuk menolong siswa dalam mengembangkan intelektual, emosional dan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka? Hal ini merupakan tugas para guru dan orang tua untuk mewujudkan hal tersebut. Maka pendidikan musik/pendidikan seni adalah bagian penting dan efektif untuk mewujudkan hal tersebut, walaupun sampai saat ini masih diragukan dan dikesampingkan.
1.         Hakekat Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar
Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Pengajaran musik ialah pengajaran tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik.
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

2.         Pendidikan Seni Musik SD
Pengajaran musik di SD adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik di SD hendaknya kita mempunyai rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu, agar dalam pelaksanaannya kita dapat selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai.
Rumusan tujuan pengajaran musik itu dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam kurikulum yang berlaku dan tujuan umum yang kita cita-citakan di atas. Salah satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di SD itu dapat dibuat sebagai berikut : untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan kepekaan terhadap dunia disekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang musik.
Tujuan pengajaran musik di SD ini harus dijabarkan menjadi beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut TIU sesuai dengan pengelompokkan unsur-unsur musik yang esensial seperti yang telah diutarakan pada bab I, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. TIU-TIU untuk unsur-unsur musik yang esensial ini dapat pula dilihat dalam bab III yang lalu tentang sasaran belajar A, B, C, D, dan E. Agar lebih jelas, TIU-TIU untuk pengajaran musik di SD ini dirumuskan kembali sebagai berikut.
a.    Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melidi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
c.    Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
d.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk/struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
e.    Mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.

3.         Tujuan Pembelajaran Seni Musik
Salah satu tujuan pengajaran musik di SD dapat dibuat sebagai berikut :
a.    Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
b.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melodi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
c.    Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harnoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
d.   Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk/struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
e.    Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tinggi.

4.         Sifat Pembelajaran Seni Musik
a.    Pendekatan ”Belajar dengan Seni”
Proses pemerolehan dan pemahaman  pengetahuan yang didapatkan dengan kegiatan seni musik misalnya siswa belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka dengan mempelajari lagu tersebut siswa dapat mengetahui dan memahami sikap apa yang terdapat pada lagu. Siswa seharusnya tahu tentang apa yang diceritakan lagu, dan dari pengetahuan tersebut mereka bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa lagu Indonesia Raya menginginkan terwujudnya sikap cinta tanah air, kebanggaan terhadap tanah air, dan sikap mempertahankan tanah air, serta menanamkan jiwa patriotis.
b.   Pendekatan “Belajar Melalui Seni”
Proses pemahaman emosional yang tercermin ke dalam penanaman nilai-nilai atau sikap yang terbentuk melalui kegiatan berkesenian. Seperti dalam menyanyikan sebuah lagu, dituntut untuk membuat keteraturan tempo/ketukan. Apabila kita tidak bisa mengikuti tempo tersebut, maka lagu yang dibawakan menjadi kacau atau tidak teratur. Jadi melalui bernyanyi akan tertanam sikap disiplin yang tinggi untuk membuat keteraturan.

c.    Pendekatan “Belajar tentang Seni”
Proses penekanan pada pembelajaran tentang penguasaan materi seni musik yang tergambar pada unsur-unsurnya seperti irama, birama, notasi, melodi, tangga nada, bentuk/struktur lagu, ekspresi (tempo, dinamik, dan warna).

5.         Seni Musik Kurikulum 2013
Ketika kita mendengar kata musik maka alat musik yang terbayang oleh kita biasanya adalah gitar, piano, drum dan berbagai musik modern. Padahal negara kita memiliki beragam musik tradisional. Musik tradisional ini asalnya adalah dari kegiatan-kegiatan masyarakat. Ciri-ciri umum dari music tradisional adalah musik harus dimainkan bersama-sama. Contoh musik tradisional adalah angklung, gamelan(karawitan), kulintang dan masih banyak lagi. Ada juga musik Indonesia yang merupakan serapan dari Arab tapi cukup terkenal di Indonesia yaitu kasidahan.
Posisi musik tradisional di kurikulum 2013 :
-       Kelas VI yaitu menampilkan musik nusantara dengan alat musik sederhana.
-       Kelas V  yaitu menyanyikan secara berkelompok lagu anak-anak dengan iringan musik vokal sesuai dengan asal daerahnya.
-       Kelas IV yaitu  menyanyikan lagu daerah yang harus dikenal.
-       Kelas III yaitu menyanyi lagu permainan dari daerah.
-       Kelas I yaitu siswa dikenalkan dengan lagu anak-anak.

Beberapa tema untuk siswa kelas I dengan menggunakan lagu anak-anak:       
-       Diriku : Kepala, Pundak, Lutut, Kaki; Dua Mata Saya (ciptaan Pak Kasur), Siapa Namamu (ciptaan AT Mahmud)
-       Kegemaranku : Basri Jago Kasti (ciptaan Bu Kasur), Cing Gemerincing (ciptaan AT Mahmud)
-       Kegiatanku : Bangun Tidur (ciptaan Pak Kasur)
-       Keluargaku : Sayang Semuanya (ciptaan Pak Kasur)
-       Pengalamanku : Naik Delman (ciptaan Pak Kasur); Hai Becak (ciptaan Ibu Sud)
-       Lingkungan bersih, sehat dan asri : Sebelum Kita Makan (ciptaan Pak Kasur)
-       Benda, binatang dan tanaman di sekitarku : Melati, kenanga ; Cit Cit Cuit (dipopulerkan Joshua Suherman); Lihat Kebunku (ciptaan Ibu Sud); Desaku (ciptaan Ibu Sud)
-       Peristiwa alam : Pelangi (ciptaan AT Mahmud); Bintang Kecil (ciptaan Daljono); Naik Naik ke Puncak Gunung (ciptaan Ibu Sud); Tik Tik Bunyi Hujan(ciptaan Ibu Sud).

6.         Implementasi Pendidikan Seni Musik SD 
Tak banyak sekolah yang mencantumkan seni musik sebagai kurikulum wajib. Tapi, semua siswa SD Laboratorium Unesa wajib mengikuti pelajaran tersebut karena masuk kurikulum formal. Mulai ensambel biola sampai musik patrol. Pukulan triol bersahutan diikuti suara jimbe, kentungan, simbal, dan bass drum. Kemudian, mengalunlah Eling-Eling. Lagu Jawa itu terdengar lincah dengan beat sedikit mengentak.
Sembilan bocah pemain musik itu pun berjingkat-jingkat seiring irama. Sesekali mereka berganti posisi dengan pemain lain dengan gerakan lincah serta indah. Para guru dan siswa yang melihat latihan tersebut memberi aplaus saat lagu usai.
Kemudian, mengalun lagu kedua, Para Pencari Tuhan dari Ungu. “Kami tidak butuh latihan lama untuk membawakan sebuah lagu. Biasanya, satu lagu hanya latihan maksimal lima hari”, kata Dewi Kurniasari, pembina musik SD Laboratorium Unesa, yang ditemui di aula sekolah (6/1). Selain Dewi, latihan kelompok musik patrol tersebut ditunggui pembina lain, Mukmin Efendi. Meski bernama musik patrol, instrumen yang digunakan bukan hanya kentungan, sebagaimana biasa dipakai patrol membangunkan sahur waktu Ramadan.
Tapi, ada triol yang dimainkan Februar Nugraha (kelas IV) dan Rifqi Sani (kelas VI). Jimbe dipegang Dimas Syah Putra Ramadhan (kelas II) dan Mohammed Aden Suryana (kelas V). Sedangkan kentungan dipukuli Alva Rezha (kelas V) dan Andyta Prima (kelas V). Kedua pemain tersebut merangkap pemukul simbal yang berjumlah empat unit, diletakkan terpisah. Instrumen terbesar, bass drum, digebuk oleh Eko Tantra (kelas VI). Vokalisnya dua orang, Afifal Putri, siswa kelas IV yang menyanyikan dua lagu tersebut, serta Muthia Tsania, siswa kelas VI, yang waktu itu absen. “Saya senang bermain musik patrol”, ujar Dimas, anggota termuda. “Sejak kelas satu, saya ikut main”, lanjutnya.
Karena itu, Dimas hampir tak pernah absen. Selasa itu misalnya, seusai ujian, dia tak pulang. Tapi, langsung ganti seragam latihan, kaus berkerah warna hijau dan celana panjang putih. Mendidik anak-anak SD bermain musik, kata Dewi, tidaklah gampang. Harus telaten dan paham keinginan mereka. “Beruntung, anak didik kami mengerti dan tahu kapan harus serius berlatih, bercanda, atau bermain-main,” ungkap wanita berambut sebahu itu. Selain musik patrol, SD Laboratorium Unesa mengajarkan musik jenis lain. Mulai drum band, ensambel gitar, ensambel biola, band, paduan suara, hingga musik angklung. Semua alat tersedia lengkap di sekolah itu. “Tapi, yang sering tampil ya musik patrol ini. Dibanding musik lain, patrol ada nilai budaya tradisionalnya”,' tegas Mukmin Efendi.
Musik patrol memang identik dengan musik rakyat. Biasanya muncul saat Ramadan, keliling kampung pada malam untuk membangunkan warga makan sahur. Umumnya hanya menggunakan kentungan. “Intinya, musik patrol itu menggunakan alat-lalat yang tak bernada,” jelas Mukmin. “Semua alat yang dipakai anak-anak tidak bernada. Berbeda dari gitar, biola, atau piano yang mampu menghasilkan nada do, re, mi, dan sebagainya,” sambung alumnus Pendidikan Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik), Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa, tersebut.
Karena alatnya tak bernada, para pemain dituntut mampu membuat musik yang indah. Kolaborasi yang tepat antara alat yang satu dengan lain perlu diperhatikan dengan cermat. “Tidak boleh asal pukul. Tempo ketukan pun harus diperhatikan,” ujar Mukmin yang mengajar di situ bersama Dewi sejak 2006. Grup musik patrol tersebut sering diundang tampil dalam berbagai acara. Di antaranya, temu budaya Jepang-Indonesia di Sekolah Jepang Surabaya pada 3 Desember tahun lalu, pembukaan Smala Cup di SMAN 5 Surabaya, serta berbagai kegiatan lain. “Kami pernah menjuarai lomba musik patrol pada 2007 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Surabaya,” kata Kepala SD Laboratorium Unesa Endang Ariadi Suwarno. Sekolah tersebut, lanjut Endang, didirikan pada 1998. Pelajaran seni musik sudah dimasukkan sebagai pelajaran wajib. Menjadi kurikulum yang berdiri sendiri, tidak digabung pelajaran kesenian dan kerajinan. “Pelajaran seni musik sangat bermanfaat untuk anak-anak,” jelasnya. “Musik patrol kami cukup dikenal karena mayoritas anak-anak di sini muslim. Tapi, dulu ada anak-anak nonmuslim yang juga bermain musik patrol,” ungkapnya.
Manfaat paling utama dari pelajaran musik, kata Endang, adalah meningkatkan kecerdasan emosional anak. “Dengan musik, otak anak akan berkembang seiring sejalan. Otak kiri maupun otak kanan, sehingga mereka memiliki kecerdasan sempurna,” jelasnya.
Tidak sekadar cerdas dalam hal intelektual yang mengandalkan kemampuan otak kiri. Tapi, juga perasaan anak-anak akan lebih halus. “Lebih dari itu, musik juga bisa digunakan menggali kemampuan lain selain kepandaian,” tuturnya. Sebab, tidak semua anak punya kecerdasan intelektual tinggi. Kadang mereka justru punya kemampuan di bidang lain yang menonjol, seperti musik. “Nah, musik inilah yang digunakan untuk melatih kemampuan soft skill mereka,” ucap ibu dua anak tersebut. Wanita kelahiran Banyumas, 9 Januari 1942, itu mengaku, awalnya tak sedikit yang menentang dirinya memasukkan pelajaran seni musik dalam kurikulum formal. Alasannya, anak-anak akan mendapat beban belajar tambahan. Mereka harus mengikuti seni musik seminggu sekali selama dua jam. Tapi, Endang bergeming. Dia bahkan lebih terpacu untuk membuktikan bahwa musik sangat bermanfaat bagi anak-anak. Selain musik, dia memberikan pendidikan budi pekerti untuk melatih siswanya berlaku sopan santun sejak dini. '”Hasilnya, di sekolah lanjutan, alumnus kami dinyatakan sebagai anak-anak yang sopan,” katanya.
Adanya pendidikan seni musik dalam kurikulum di sekolah dasar merupakan sebuah terobosan karena hanya beberapa sekolah dasar saja yang sudah menerapkannya. Seperti pada contoh sebuah sekolah di Surabaya tadi, pendidikan seni ternyata belum banyak sekolah dasar yang memasukkannya ke dalam kurikulum wajib. Hal ini mungkin dikarenakan kebanyakan sekolah dasar di Indonesia belum mempunyai cukup modal untuk melaksanakan pendidikan seni musik.
Kenyataan ini dapat dipahami mengingat untuk mengadakan latihan musik secara rutin dan berkala diperlukan banyak peralatan musik yang lengkap dan tentunya membutuhkan banyak dana. Jadi sampai saat ini hanya sekolah-sekolah yang favorit dan mempunyai kekuatan finansial yang mampu melaksanakan pendidikan seni musik di sekolah dasar.

No comments:

Post a Comment