Wikipedia

Search results

Sunday, February 5, 2017

KURIKULUM DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA


PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu.
Pengertian tentang kurikulum mempunyai dampak pada pengembangan dan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi kurikulum. Karena setiap istilah dalam kajian ilmiah selalu didasari oleh konsep dan teori tertentu. Konsep dan teori inilah sebenarnya yang membawa dampak terhadap perencanaan, pengembangan maupun implementasi suatu kurikulum.
Kurikulum nasional mempunyai dampak yang nyata terhadap sistem pendidikan dan sistem sosial suatu negara. Demikian pula terjadi pada kurikulum sekolah dinegara kita. Karena dengan kurikulum dapat diupayakan tebentuknya kepribadian bangsa sesuai yang diidealisasikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Kurikulum ?
2.      Apa saja yang termasuk dalam Komponen-Komponen Kurikulum ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa pengertian Kurikulum
2.      Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Komponen-Komponen Kurikulum

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Kurikulum
Arti kurikulum didasarkan tiga teori, yaitu:
1)      Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran
2)      Kurikulum diartikan sebagai pengalam belajar diperoleh siswa dari sekolah
3)      Kurikulm  diartikan sebagai rencana belajar siswa
Menurut Tyler, kurikulum sama dengan pengajaran. Pengembangan kurikulum sama dengan merencanakan pengajaran.
     
B.     Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum adalah suatu alat atau sistem yang ada dalam pendidikan, sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen yang saling mendukung satu sama lain.
Para pemikir pendidikan mempunyai ragam dalam menentukan jumlah komponen kurikulum, meskipun dari beberapa pendapat akan tetapi pemahaman dan pengertiannya hampir sama. Nasution membagi komponen kurikulum menjadi 4 yaitu : Tujuan, Isi dan Struktur Materi, Strategi dan Media mengajar, dan Evaluasi. Berikut ini akan di uraikan secara singkat mengenai komponen-komponen tersebut.

1.       Komponen Tujuan
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan sangat memegang peranan penting, akan mewarnai keseluruhan komponen-komponen lainnnya dan akan mengarahkan semua kegiatan mengajar. Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Tujuan kurikulum diangkat dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dan didasari oleh falsafah negara antara lain:
a)      Tujuan Institusional (Kompetensi Lulusan)
Adalah tujuan yang yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, contoh : SD, SMP, SMA
b)      Tujuan kurikuler (Standart Kompetensi)
Adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran sehingga mencapai hakikat keilmuan yang ada didalamnya.
c)      Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar)
Tujuan instruksional (Kompetensi Dasar) dirumuskan sebagai kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan prosesbelajar mengajar.
d)     Tujuan instruksional Umum (Indikator Umum)
Kemampuan tersebut sifatnya lebih luas dan mendalam.
e)      Tujuan instruksional khusus (Indikator khusus)
Kemampuan lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsunganya prose belajar mengajar.

Sedangkan Bloom mengemukakan 3 kategori tujuan mengajar sesuai dengan domain-domain perilaku individu, yaitu :
a)      Tujuan domain kognitif yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan akal dan intelektual peserta didik.
b)      Tujuan domain afektif yaitu tujuan yang mengarah pada penggerakan hati nurani para peserta didik.
c)      Tujuan domain psikomotor yaitu tujuan yang menngarah pada pengembangan ketrampilan jasmani peserta didik.

2.       Komponen Isi dan Struktur Materi
a)      Komponen Isi
Isi materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu antara lain:
1)   Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
2)   Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
3)   Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
4)   Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
5)   Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
b)      Struktur Materi
          Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk :
1)      Teori: seperangkat konsep, definisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2)      Konsep: suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3)      Generalisasi: kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4)      Prinsip:  yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5)      Prosedur: yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6)      Fakta: sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7)      Istilah: kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8)      Contoh: yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9)      Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal dalam garis besarnya.
10)  Preposisi: yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :
1)      Valid: dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Disamping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2)      Tingkat kepentingan: materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3)      Kebermaknaan: materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4)      Layak dipelajari: materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5)      Menarik minat: materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1998) tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu :
1)      Sekuens kronologis: susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu.
2)      Sekuens kausal: susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.
3)      Sekuens struktural: susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi.
4)      Sekuens logis dan psikologis: sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang kompleks menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.
5)      Sekuens spiral: susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih kompleks.
6)      Sekuens rangkaian ke belakang: dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut :
a)      pembatasan masalah
b)      penyusunan hipotesis
c)      pengumpulan data
d)     pengujian hipotesis
e)      interpretasi hasil tes
Dalam mengajarnya guru memulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan siswa diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e). Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
7)      Sekuens berdasarkan hierarki belajar: prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.


3.      Komponen Strategi dan Media Mengajar
a.     Strategi mengajar
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memahami suatu Strategi. Strategi menujuk pada sesuatu pendekatan, metode, dan peralatan mengajar yang diperlukan. Strategi pengajaran lebih lanjut bisa dipahami sebagai cara seorang pendidik dalam mengajar. Dengan demikian, strategi disini mempunyai arti menyeluruh yang mesti dipahami dan diupayakan untuk pengaplikasiannya oleh seorang pendidik sejak dari mempersiapkan pengajara sampai proses evaluasi.
Dengan menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar dapat memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat bditangkap para peserta didik. Akan tetapi penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tingkat kompetensi pendidik.
Menurut Rown Tree ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar, yaitu:
1)      Reception (exposition) learning-discovery learning
Reception dan exposition mempunyai makna yang sama, reception dilihat dari segi siswa sedang expotion dilihat dari segi guru.
Dalam exposition atau reception learning keseluruhan bahan ajaran disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir. Penyampaiannya baik secara lisan maupun secara tertulis. Siswa tidak dituntut mengolah, atau melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya.
            Dalam discovery learning bahan ajaran tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menganalisis, menyimpulkan, mereoerganisasi, serta mengintegrasikan bahan-bahan ajaran.
2)      Rote learning-meaningfull learning
Dalam rote learning bahan ajaran disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan maknanya bagi siswa. Dalam meanigfull learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Menurut Ausubel dan Robinson, sesuatu bahan ajaran bermakna bila dihubungkan dengan struktur kognitif yaitu segala fakta, konsep, proposisi, teori dan data perseptual yang telah dikuasai siswa sebelumnya.
3)      Group learning-individual learning
Dalam group learning pembelajaran dilakukan secara bekelompok. Salah seorang dalam kelompok berperan sebagai guru. strategi ini tidak memperhatiakan kecepatan belajar secara individual, setiap individu peserta belajar dianggap sama. Walaupun biasanya peserta belajar dalam kelompok tersebut memiliki latar belakang, kemampuan akademik, ras, jenis kelamin yang berbeda-beda.
Sedangkan individual learning dilakukan secara individual oleh siswa secara mandiri. Segala hal yang berkaitan dalam pembelajaran ini sudah didesain untuk belajar sendiri, sehingga pembelajaran individual ini menuntut siswa untuk belajar dan menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa kerja sama dengan orang lain.
b.    Media Mengajar
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Media merupakan alat bantu untuk memudahkan pendidik dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar lebih mudah dimengerti oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Rown Tree mengemukakan 5 macam media mengajar, yaitu :
1)  Interaksi insani, media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih, dalam kominikasi tersebut kehadiran sesuatu pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang lainnya. Terutama kehadiran guru mempengaruhi perilaku siswa siswi nya.
2)  Realia, merupakan suatu bentuk perangsang nyata seperti orang-orang, binatang, benda-benda, peistiwa yang diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan orang sedangkan dalam realia orang-orang tersebut hanya menjadi objek pengamatan, objek studi siswa.
3)  Pictorial, media ini meunjukkan berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata atau simbolik, bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas atau film. Media ini mempunyai banyak keuntungan karena hampir segala bentuk, ukuran, kecepataan, dari benda, makhluk dan peristiwa dapat disajikan dalam media ini.
4)  Simbol tertulis, merupakan media penyajian informasi yang paling umum. Ada beberapa macam bentuk media simbol tertulis, seperti buku teks, buku paket, paket program belajar, modul, serta majalah-majalah.penulisan simbol-simbol tertulis biasanya dilengkap dengan media pictorial seperti gambar-gambar, bagan, garafik dan sebagainya.
5)  Rekaman suara, berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman suara dapat disajikan secara tersendri atau digabung dengan media pictorial. Penggunaan rekaman suara tanpa gambar dalam pengajaran bahasa cukup efektif.

3.       Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. Terdapat beberapa model evaluasi kurikulum menurut Stufflebeam, diantaranya adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
1)      Context: yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2)      Input: bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3)      Process: pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4)      Product: keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang.



























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagai suatu sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
1.    Tujuan
2.     Isi dan Struktur Materi
3.     Media mengajar
4.     Evaluasi.
Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses  pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional maupun tujuan pendidikan islam. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik harus bisa menciptkan suasana yang kondusif serta mampu memunculkan motivasi peserta didik. Strategi pengajaran mengatur seluruh komponen, baik pokok maupun penunjang dalam sistem pengajaran.













DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 1985. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta : BPFE
Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti
Abdulloh, 2010, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Dakiir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, yogyakata: PT Rhineka Cipta.
Syauddih Sukmadinata, Nana. 1988.Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi



No comments:

Post a Comment